🔐 K&G 10 (B)

6.8K 1K 652
                                    

Maaf aku tidak suka meminta bantuan, agar tidak ada balas budi, dan tolong jangan jangan paksa aku untuk berterima kasih.
-Resha

~~o0o~~

Berbeda dari biasanya, yang malas pulang dan masih ingin terus di kedai kopi, sore hari Niken begitu semangat untuk kembali. Dia sudah sampai di rumah terlebih dahulu, saat dia tengok jam dinding yang baru menujukkan pukul tiga lebih empat puluh, hanya karena telepon dari Resha yang mengatakan akan mengantar, hati yang sebelumnya kecewa mulai berbunga-bunga, jelas dia sadar diri dan tidak mengharap lebih, hanya mengantar saja baginya sudah cukup meski jujur ingin lebih, seperti memberikan baju batik dan mengajaknya mengikuti acara pesta.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 18.20, Niken sudah rapi, dengan outfit atasan polos putih setengah lengan dan bawahan kain batik ikat dengan dandanan biasa, dia hanya memoles sedikit wajahnya dengan bedak juga memberi sedikit lipstik warna nude pink di bibir manisnya, lalu rambut panjang dia cempol dengan bagian poni terurai, membuatnya terlihat cantik, anggun, memesona.

Tidak nampak gerak-gerik Resha, Niken berencana mencari ke kamar bertepatan dengan Resha yang keluar dari kamar masih mengenakan celana bola merah saja, membuat Niken terkejut karena belum ada persiapan dari Resha.

"Lo jadi anter?" tanya ragu Niken membuat Resha terdiam salah tingkah menatapnya, "Atau gue bareng temen saja"

Kalau boleh jujur, gue terpaksa ikut, gumamnya dalam hati, "Gue selesai mandi, tinggal ganti baju" jawab Resha lalu menguap lebar dan kembali ke kamar, baru beberapa langkah dia kembali memutar badan, "Belum telat, kan? Lo bisa setrika batik gue?"

Niken meneguk saliva dan nampak ragu, "Gue beli batik, lo mau pakai enggak?"

"Mana?"

Entah mengapa Niken merasa gembira, segera dia menuju kamarnya dan mengambil baju batik yang sudah disiapkan sebelumnya, tidak ingin membuat Resha menunggu Niken kembali keluar membawa batik yang sudah terlipat rapi.

"Kalau mau pakai aja" ucap Niken lalu Resha menyambar batik dan masuk ke kamar tanpa menjawab.

Terpaksa, norak banget pake samaan, batin Resha.

Niken menghela napas, Mustahil dia mau pakai, couplean gitu, pasti pikirannya norak.

Tidak butuh waktu lama, Resha keluar dari kamar dan terkejut melihat penampilan Resha. Rambut dia poles dengan pomade dan tersisir rapi, atasan dia mengenakan batik pemberian Niken yang nampak pas di tubuhnya, dengan bawahan celana kain hitam slimfit, untuk menambah sempurna penampilan melingkar jam tangan di tangan kiri, juga jaket bahan parasut warna biru tersampir di bahu.

Boleh juga penampilannya. Tidak rugi meminjam diam-diam kemeja untuk dibawa ke butik, batinnya.

"Dimana lokasinya?" tanya Resha mengejutkan Niken yang masih takjub tidak percaya.

"Oh, sebentar" jawabnya lalu mencari hp di tas, "Ini" lanjut Niken menyodorkan ponsel yang menampilkan undangan yang berisikan sebuah alamat.

Resha mengangguk sambil memainkan hp yang membuka maps, "Oke" ucapnya lalu mengembalikan hp Niken.

"Maaf gue ngerepotin lo" ucap malu Niken namun tidak diperhatikan oleh Resha yang terus melangkah menuju depan rumah.

*

Tiga puluh menit, motor matic itu melewati jalan kota dengan kecepatan yang tidak bisa Niken terima, ditambah membonceng dengan posisi menyamping membuatnya kesulitan dan tidak nyaman, terlebih untuk berpegangan, hanya bagian kecil dari jaket Resha yaitu saku yang bisa dia tarik dengan mata terpejam sepanjang jalan, berdoa semoga selamat sampai tujuan.

Kunci dan Gembok #1 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang