28

61 5 0
                                    

Akhirnya,
Sudah lama tidak up disini😭
Terimakasih untuk yang selalu baca cerita ini😍
Aku mencintai kalian😭😘

Aku cuma mau ingetin, jangan hanya jadi silent readers, aku butuh dukungan kalian gaess😭
Jangan lupa voment untuk bab ini, aku udah usaha nulis panjang-panjang untuk mengistimewakan up kali ini😢
#kanngemisskannnngemiss

Okayy! Langsung aja!

Happy reading, gaess❤

Aku lebih baik pergi meski ada beban, jika itu satu-satunya cara mengiklskan.

"Aku harap kau baik-baik saja." ujar Ane sambil mengiri langkah Al.

Al mengangguk setelah menatap Ane sesaat. Bukan penting juga untuk menceritakan kebohongan mamanya kepada gadis itu. Ia mungkin berpikir membagi keluh kesahnya, tapi untuk saat ini, ia harus memikirkan segalanya terlebih dahulu. Daripada nantinya ia semakin membenci mamanya, akan lebih baik ia mendinginkan kepala dengan sibuk mengerjakan pekerjaannya.

"Aku akan mengantarmu." kini Al yang bersuara. Ane mengangguk membalas perhatian Al itu.

"Kau Ane?"

Keduanya langsung mengarahkan diri ketempat suara itu menyerukan nama Ane. Bersamaan dengan itu, Ane mengernyit sedangkan Al menatap si pemanggil dan gadis disampingnya bergantian.

Sekali lagi wanita paruh baya itu bertanya sambil tersenyum ragu. "Kau Ane kan, aku harap tidak salah orang."

Ane lebih bingung lagi, entah ia harus menjawab apa kepada orang yang tidak dikenalnya. "Maaf, anda siapa?" tanyanya akhirnya, sebelum wanita itu tersinggung karena ia diam saja.

Wanita itu malah tersenyum sambil mengeratkan tangannya menggengam tas. Seperti ada sesuatu yang baru saja ia dapat setelah sekian lama mencarinya. Ada kelegaan dihatinya.

"Kamu gak inget sama tante?" tanyanya setelah memajukan langkah mendekati Ane.

Ane menggeleng pelan. Ia tampak gugup melihatnya.

"Benar, tante. Ini Anelya." jawab Al, karena menganggap mungkin saja ini kerabat Ane yang tidak Ane kenali. Ia hanya berusaha untuk membantu Ane ingat.

"Syukurlah, aku tante Dylitha. Apa setelah tante katakan itu, kamu inget tante?"

Kini Ane terpaku, entah apa yang ada di pikirannya, yang jelas nama itu sangat ia kenal. Ia ingat ketika sahabatnya memperkenalkan bahwa wanita itu pintar sekali dalam hal memasak, Jio bilang seperti itu.
Seketika tubuhnya sudah dipeluk oleh Dyli, ia merasa sangat terharu akan hal ini, tidak menyangka akan bertemu wanita dalam situasi seperti ini.

"Ternyata tante gak salah orang." ucap Dyli dalam pelukan itu.

Pelukannya langsung merenggang, melihat Al yang tampak canggung.

"Apa kamu pacarnya?" tanya Dyli pada Al yang langsung terperangah.

"Ah, tidak tante. Ane teman saya." jawab Al gugup sambil tersenyum malu.

"Owh, kalau begitu tante yang akan antar Anelya nanti pulang. Gapapa kan?"

"Ah, tidak masalah tante, selama Ane bersedia."

Ane menatap Al, lalu mengangukkan kepalanya.

"Aku duluan ya." pamit Al pada Ane. Lalu melangkah meninggalkan Ane yang sekaranh sedang membisu karena pertemuan mendadaknya.

"Apa kamu masih ingat tante?" tanya Dylita setelah mengajak Ane duduk disalah satu kursi taman rumah sakit.

Ane mengangguk. Dia masih terus bersama alam pikirannya, atau terlalu takut untuk menjawab karena rasanya begitu asing.

MENDUNG | END ✔️Where stories live. Discover now