19

55 8 0
                                    

Apa yang kita miliki saat ini, belum tentu kita miliki di masa depan. Jangan pernah sia-siakan.Karena mungkin semua itu tidak akan tergantikan.-kalamendung

Atas izin omanya, Ane pergi keluar rumah dengan sepedanya. Ia hampir lupa bagaimana rasanya kebebasan memandang seluk beluk kota indahnya.
Tapi yang paling ia rindukan adalah, seorang pria yang menempati hatinya.
Ia mengarahkan sepeda untuk pergi ke taman kota. Baru pukul sembilan pagi memang, tapi banyak mahasiswa yang datang untuk sekedar membaca buku. Ane hanya datang kesana untuk melihat-lihat saja. Ia menempatkan sepedanya di bawah pohon. Dan memilih duduk disamping kolam air mancur besar yang menjadi pusat keindahan taman.
Ane memandang sekelilingnya, berhenti di satu titik. Seorang laki-laki berjalan kearahnya dengan dua buah es krim di tangannya. Astaga! Laki-laki itu juga langsung duduk di sebelahnya. Ane benar-benar takut jika orang itu berniat macam-macam padanya.

"Apa ekspresimu memang selalu begitu?" tanya orang itu pada Ane.
Ane melihat laki-laki itu yang ternyata itu Al.
"Kita bertemu lagi." kata sapaan Al untuk Ane.

Ane mencoba tersenyum, meskipun yang terlihat hanya senyuman tipis. "Kamu mengenalku?" tanya Ane polos.

Al melukiskan senyum yang sulit diartikan, bahkan seperti menahan tawa. "Kamu benar-benar pelupa."

"Untukmu." Al memberikan satu buah es krim kepada Ane. Ane hanya menatapnya lekat-lekat.
"Tenang saja. Tidak ada racun." Ane dibuatnya seperti merasa bahwa Al bisa membaca pikiran. Dengan sedikit ragu Ane akhirnya mengambilnya. Ia mulai merasakan rasa Vanilla yang mendominasi varian es krim itu.

"Terimakasih." senyum Ane begitu tulus setelah mengatakannya. Dibalas anggukan oleh si pemberi.

Al mulai mencoba membuka percakapan."Apa yang kau lakukan sendirian?"

Ane menggeleng sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Al. "Tidak ada. A-k aku cuma ingin keluar rumah."

"Kau tidak kuliah?" Giliran Al menambahkan lagi.

Ane tampak berpikir keras, seperti memilah beberapa jawaban yang tepat. "Tidak tau. Sejujurnya...aku tidak mengerti."

"Hm ya. Baguslah, setidaknya saya tidak sendirian." Jawab Al setelah menghembuskan nafas.

"Kamu bilang dirimu saya?" tanya Ane menanyakan keformalan Al dalam berbicara.

Al tersenyum lagi. "Saya terbiasa. Terutama pada orang yang belum kenal.

"Kamu bilang, kamu kenal aku." sergah Ane. Yang telah menghabiskan es krim ditangannya.

"Dasar pelupa! Saya orang yang membantumu saat kamu luka. Saya pemilik caffenya." Jawab Al mencoba mengingatkan Ane. Ia tak habis pikir, gadis di depannya ini sudah berkali-kali melihatnya. Apa wajahnya yang memang sangat asing, sampai lupa mendadak seperti ini.

"Kau Anelya, bukan?" tanyanya lagi. Dibalas anggukan kecil Ane yang begitu polos.

"Terimakasih sudah menolongku. Maafkan aku, lupa pada orang baik sepertimu." kata-kata Ane bagaikan sebuah sihir yang menahan mata Al untuk tidak berhenti menatap gadis itu.

"Bisa kau bantu aku mengingat namamu? Kurasa..."
"Al. Namaku Al. Catat diingatanmu." potong Al dan dibalas senyuman Ane.

Semilir angin melewati rambut rambut halus kulit dua insan ini.
Mereka hanya membiarkan riuh alam yang terdengar semenjak tiga menit terakhir.

"Kamu, pemilik caffe itu? " Kali ini Ane yang membuka topik.
Al mengangguk tidak melepas tatapannya ke depan.

"Kamu sendirian?" tanya Ane lagi. Seperti ada sesuatu dalam dirinya untuk mengetahui lebih banyak tentang laki-laki di sebelahnya ini.

MENDUNG | END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang