25

53 10 0
                                    

BRAKK!!

Al memijit dahinya yang tampak pening melihat kondisi temannya yang sudah berubah gila.

"Al! Lo harus segera nyusul Tisya dan bilang kalok lo gak bisa hidup tanpa dia!"

"Berhentilah bersikap konyol." ucap Al tegas tanpa melihat Gandi.

"Lo harus tanya kenapa ia bisa sampai segitunya ninggalin lo. Masak cuma gara-gara alasan mimpi aja."

"Kayaknya lo gak ngerti sama gua kali ini." seru Al kemudian menatap dingin sahabatnya.

"Lo harus bilang ke dia, bahwa lo masih pengen sama dia." Gandi sambil menepuk bahu Al.

"Cuman gara-gara itu lo geprak meja gua?" membuang tangan Gandi yang tadi bertengger di bahunya.

"Mm..itukan ceritanya gua emosi gitu."

"Mulai sekarang, gausah bahas tentang Tisya lagi." ujar Al kepada Gandi yang masih sedikit menganga.

"Berapa tahun lo sanggup kayak gini Al? Gua gak selamanya bisa nemenin lo. Lo butuh cewek, untuk nenangin kebodohon lo itu!"

"Sekarang lo main ngengas aja ke gue kan." ejek Al lagi. Sepertinya ia senang juga mengalihkan pembicaraan.

"Gue serius, goblok." membuang muka karena ejekan Al kepadanya.

Al bangkit dari duduknya. "Udahlah, urusin aja percintaan lo sama pacar lo."

"Gua cuma kasian sama lo. Setidaknya, lo pulang Al. Lo harusnya gak mengabaikan tanggung jawab lo sebagai anak."

Deggg. Oke, kali ini memang tepat sekali pikiran Gandi. Ia memang kasian melihat kehidupan sahabat karibnya ini. Walaupun ia dingin dan jarang mengatakan isi hatinya, Gandi tau bahwa Al pasti sering meratapi kesepiannya itu.

"Lo mau gue sogok pakek apa biar diem?!" seru Al melempar snack ditangannya dan mengarahkannya ke Gandi.

"Gue kan harus jadi sahabat yang baik untuk lo!"

"Udah, udah. Bacot lo ah!"

"Yeee...dibilangin juga! Tisya kan cantik. Pantes aja lo ditinggal dan milih cowok bule." canda Gandi ingin sekali membuat Al kesal.

"Cantik doang gak cukup jadi kriteria cewek idaman buat gue." jawab Al, menyombongkan diri.

"Hemm.. Gue tau nih sekarang. Selain cantik, cewek itu harus gila juga kan?" dua kali alis Gandi naik turun setelah mengatakan itu.

"Berhenti bilang dia gila."

Gandi melongo selama dua detik dan tertawa keras setelahnya. Al hanya mengeluarkan ekspresi sedingin mungkin dan mentulikan telinga mendengar gelegar tawa bagaikan iblis itu.

"Ohh, jadi gitu. Gua tinggal seminggu, lo udah meet and introduce diri lo ama dia." ejekan itu bertubi-tubi singgah di telinga Al. Ingin sekali ia merobek mulut Gandi yang selalu mengejeknya itu.

"Berhentilah tertawa. Gak ada yang lucu!" suruh Al lelah dengan kelakuan bodoh Gandi.

"Gue lucu aja sama lo--"

Seorang gadis dengan suara higheels yang berpantulan dengan ubin sudah berdiri dihadapan mereka. Percakapan dua sahabat itu terhenti ketika tau siapa yang ada dihadapang mereka kini.

"Panjang umur hidup lo, Tis!" seru Gandi menyambut kedatangan Tisya yang sedang tersenyum lembut.

"Al, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Bilang saja langsung." ucap Al cepat. Ia ingin mempercepat waktu agar gadis itu cepat pergi.

"Al aku butuh kamu untuk membicarakan ini. Please." pelas Tisya kepada Al.

MENDUNG | END ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя