16. | a healer who needs some healing

38.6K 5.7K 1.1K
                                    

hai, humans!
dhana dengan sifat alaynya dalam ngetik, gaakan berubah sampai kamu nemuin kata TAMAT di cerita ini. jadi kalau kamu merasa ganyaman, silakan memilih mundur. dhana memang tokoh wattpad, tapi dia adalah ciptaan katan, yang mengalami bahwa rupa fisik dan atitude, gamenjamin dia pande dalam dunia perchattingan.

you have been warned.
---










"Kamu bilang kamu dari Semarang, tapi mamamu kelihatan kayak orang Sumatera."

"Oh itu. Yang asli Semarang memang papa, Bang. Mama dari Sumatera."

Kalau dengar mama ngomong, ya pasti tahulah dari logatnya kan. Kata dia sih, waktu kami nonton Mak Beti di youtube, dia masih saudaraan sama Mak Beti. Nenek buyutnya mereka dulu temenan.

Bahkan mama bilang, dia saudara yang tak dianggap.

Ya Allah.
Kasihan mama, ngaku-ngaku. Padahal dia kenal Mak Beti juga dariku. Mak Beti sama dia cuma punya darah Sumatera yang sama kan. Atau ... emosi yang sama. Nasibku sama Beti sama juga kayaknya.

"Oh pantes. Ini... mamamu masih lama?"

Aku meringis. "Mungkin sebentar lagi."

Kami memang nggak jadi dinner, digantikan dengan lunch aja. Karena ternyata, rencana sudah disusun ulang. Hari ini, tak ada yang pergi ke studio+rumah (kadang, aku merasa kalau aku sedang bermimpi bisa bekerja dengan segampangan ini waktunya) sebab kami memiki dua agenda. Pertama, mengajak mama dan Lo lunch. Kedua, sore nanti, aku dan para abang akan ke rumah sakit, menjenguk sepupunya mas Dhana yang lahiran.

Uda dan kang Denny memang nggak bisa ikut siang ini, karena aku bisa paham urusan rumah tangga nggak cuma satu-dua. Mama dan papa sudah bisa menjadi contoh. Jadi, kalau memang belum siap sibuk dengan hal tak terduga, jangan nikah dulu deh.

Sementara abang datang ke sini sejak pukul 10. Sekarang sudah lewat 30 menit dan mama masih belum keluar dari kamarku. Saat aku tadi mengeceknya, dia bilang masih harus mencari baju yang cocok. Dia malah memarahiku karena nggak bilang kalau abang akan mengajak makan bareng. Jadi dia nggak membawa baju yang layak.

Pusing aku tuh.

Aku mengajak abang ngobrol hal-hal lucu, juga terkadang aku yang memaksanya menjadi lucu. Hal itu kulakukan agar dia nggak merasa bosan menunggu tuan putri generasi lama menghias diri.

Tiba-tiba, aku kebingungan waktu melihat abang melongo dan ketika aku menoleh ke belakang, mengikuti arah pandangan abang, kutemukan mama ... habislah aku!

Gimana mungkin dia bisa tampil lebih memesona daripada anak gadisnya ini! How dare her!

"Eh sorry ya, Nak Alan. Tante lama banget ya."

BUANGET.

Nget.

Nget.

"Nggak pa-pa, Tante. You are worthy to wait."

Senyum itu! Oh tidak! Senyuman mama ini menggelikan. Dia memberiku senyum seperti itu jarang sekali, maksudku, yang kuingat hanyalah dulu, ketika aku berhasil berpacaran dengan anak pemilik sekolah saat SMA kelas 1. Ya walaupun hubungan kami hanya bertahan seminggu, setelahnya mama kembali pada mode awal.

"Lo ke mana, La?"

Ohiya anak satu itu!
Tadi, aku dan abang sudah masuk ke dalam kamarnya, menemukan dia yang lagi termenung di depan lemari. Dengan muka yang suram penuh kegelisahan, dia mengatakan kalau dia nggak jadi ikut makan.

 [ NOVEL ] setelah dapat kerja, lalu apa? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang