Delapan Belas

4.1K 384 243
                                    

Semakin banyak komen. Semakin banyak up.

Jadi pastikan banyak komennya😍😍

***

Mahesa Pov.

Aku bahagia Shaya sadar. Ia tidak mengalami akibat kecelakaan yang aneh seperti kebanyakan orang. Tapi aku sedikit kecewa. Bahwa sampai saat ini. Dia masih menganggap aku sebagai orang lain. Padahal aku ingin sekali menjadi sandarannya. Menjadi tempat berbagi apapun yang dia mau.

Katakanlah,

Yaaa... aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada Shayaku. Istriku.

"Nyonya Sani sudah membaik. Dan kita sudah menemukan donor ginjal yang tepat."

Saat ini aku bersama Roy sedang di kantin Rumah sakit. Ia membawa satu map berisi informasi tentang Ibu Mertuaku. Kemudian map lainnya berisi pekerjaan sialan ku.

"Kau tidak bisa membiarkan aku istirahat sehari saja Roy?"

Dia terlihat memutar kedua bola matanya jengah, "Bisa saja, asal kau turun menjadi bawahanku. Mau?"

Sialan sekretarisku itu. Dia memang sangat menyebalkan. Tapi aku tidak bisa apa-apa. Roy ini skretarisku yang paling setia. Dia selalu mengantarku kemana-mana. Pergi berbisnis dengannya. Aku tidak butuh supir.

Aku mengabaikan skretaris gila ku itu. Aku mengambil beberapa pekerjaan yang dia bawa. Kemudian setelahnya aku membaca informasi tentang Nyonya Sani, mertuaku. Aihh, kenapa aku se-senang ini, punya Ibu mertua. Aku jadi senyum-senyum sendiri. Membayangkan dia akan memasakan makanan enak untuku. Terus dia akan memanggilku 'Nak Mahesa.' Ya ampun, kapan itu akan terjadi. Sepertinya aku harus membuat Nyonya Sani segera sembuh.

"Cepetan! Saya mau kembali ke kantor!" Roy menginterupsiku. Dia memang sangat menyebalkan.

"Ya sudah, sana bawa. Awas kalau kembali lagi!" Ancamku, dia hanya mengedikan kedua bahunya. Kemudian bergegas keluar kantin.

Aku kembali menikmati kopiku. Ketika aku melihat sesosok laki-laki yang pernah aku lihat.

Kavindra!

Kenapa dia masih ada di sini. Aku segera pergi, aku takut dia menemui Shayaku lagi. Awas saja! Kalau ia berani menemuinya. Aku akan membuat perhitungan dengannya.

Aku berjalan cepat ke arah kamar Shayaku. Aku tidak sabar ingin segera menemuinya. Jujur saja aku sangat rindu padanya. Tadi aku pergi, karena sedikit kecewa saja. Dia sepertinya belum terbiasa dengan keberadaanku.

Sampai di depan pintu. Aku mendengar percakapan dua suara yang berbeda. Satu laki-laki. Dan satunya perempuan.

"Lo jahat banget, Shya. Masa kita berdua enggak di bolehin masuk" gerutu seorang perempuan.

"Siapa yang enggak ngebolehin?" Tanya Shaya lemah. Dan hal itu membuatku marah. Karena mereka berdua. Telah mengganggu waktu istirahatnya Istriku.

"Enggak tahu di depan banyak cowok aneh. Kalau aja aku enggak bilang sahabatnya. Kayany enggak di bolehin masuk. Iyakan Drik?"

Drik? Jangan-jangan si Eldrick sahabatnya Shaya. Wah gawat! Aku enggak suka kalau dia berani natapin Shayaku. Aku pernah melihat laki-laki itu bermain piano dengan menatap Shayaku begitu dalam. Dan aku cemburu.

Segera aku masuk. Dan pas aku lihat, ketiga manusia itu menatapku kaget. Tentu saja mereka akan heran dengan keberadaanku di sini.

"Pak Mahesa, ngapain di sini?" Tanya perempuan yang tadi menggerutu. Entah siapa namanya. Mungkin dia sahabatnya Shayaku. 

Unimaginable (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang