Chapter 5 ~ Tacenda

Mulai dari awal
                                    

"Hei, Eren. Tidak ada dokter bedah jantung yang siaga malam ini. Dr. Bozzard bahkan sedang di ruang operasi karena ada pasien darurat yang masuk tiga jam lalu. Bagaimana ini?" lapor Connie. Jantung Eren berdetak kencang, pikirannya kalut. Dia hampir saja kehilangan akal sehatnya sesaat. Tiba-tiba, Nifa berteriak dari kejauhan,

"Eren, aku tengah terhubung dengan Dr. Ackerman. Coba kau bicarakan situasi pasien padanya!"

Eren berlari menuju Nifa dan dengan gesit mengambil ponselnya,

"Malam, Dr. Ackerman. Saya Eren Jaeger. Ada pasien darurat yang mengidap AAA (3) dan mengalami perdarahan." ucap Eren gelagapan. Pria di seberang sana menjawab panggilan Eren dengan tenang,

"Bisa ceritakan lebih jelas?"

"Dia pria berusia 56 tahun, tanpa masalah kesehatan selain tekanan darah tinggi. Dia datang ke UGD sejam lalu dan mengeluhkan sakit di perutnya. Setelah diperiksa CT Scan, dia memiliki aorta dengan diameter 8 sentimeter. Kami di sini telah mengurangi rasa sakitnya. Tekanan darahnya 90 per 60 serta detak jantungnya sekitar 90. Tidak ada dokter bedah jantung yang stand by saat ini. Dr. Bozzard tengah berada di ruang operasi." Penjelasan lebar Eren diamini oleh Levi.

"Saat ini, aku sedang di luar kota. Sekitar dua jam tiba di tempat. Kau kirimkan hasil CT Scan ke emailku biar aku bisa mengeceknya. Aku akan meminta supirku mengemudi mobil lebih cepat. Sampai waktunya tiba, kau lakukan yang terbaik untuk pasien serta persiapkan waktu darurat " Instruksi dari Levi membuat Eren kembali bersemangat.

"Terimakasih, Dr. Ackerman." ujar Eren sebelum mengakhiri panggilannya.

Eren menghela napasnya. Ganjalan yang bermukim di kalbunya mulai menghilang. Ia kembali menemani Hannes, selalu siap sedia dalam segala situasi. Kondisi Hannes yang mengeluh perutnya sakit membuat Eren khawatir. Ia berinisiatif mengecek kaki pasien.

"Kakinya dingin. Nifa-san. Kita punya larutan NaCl hangat,kan?" tanya Eren cemas. Nifa bergegas mengambil dua botol yang berisi garam hangat, lalu meletakannya di antara kaki Hannes.

Tiba-tiba terdengar peringatan dari mesin monitor hemodinamik dan saturasi, Hannes kembali dalam kondisi tidak sadar. Eren yang panik lalu membangunkan Hannes,

"Paman, dapatkah kau mendengarkan suaraku? Paman..Paman.." panggil Eren. Namun, Hannes tidak menampakkan tanda-tanda terbangun.

"Saturasinya tidak turun, Eren." Suara Connie menyadarkan Eren. Eren mengamati alat monitor, lalu memerintahkan Connie,

"Connie, beri dia intubasi (4)!" Baik Connie maupun Eren segera memasang lateks. Eren segera membuka mulut Hannes dan memasukkan laringoskop (5) untuk membuka jalan napas. Setelah memberikan aba-aba 'siap', Eren menyuruh Connie memasukkan tabung plastik fleksibel (6) dari mulut ke dalam batang tenggorokan dan meremasnya. Tabung tersebut lalu dihubungkan ke dalam sebuah pompa napas sementara (7), yang bertujuan mendorong oksigen masuk ke paru-paru pasien.

Eren kemudian mengambil stetoskop dari Nifa, dan memeriksa dada Hannes. Ia pun berucap, "Sudah masuk dengan baik."

"Level saturasi oksigennya sudah meningkat." lanjut Eren ketika mengamati layar monitor hemodinamik dan saturasi. Tapi, pemuda Jaeger itu belum puas saat melihat tekanan darah Hannes. Ia menggigit bibirnya, bingung harus berbuat apa.

Melihat rekannya yang kebingungan, Connie menyodorkan telepon genggamnya kepada Eren dan memintanya untuk menghubungi kembali Levi. Saat teleponnya diangkat, Eren kemudian mengadu,

"Dok, tekanan darahnya baru saja naik turun. Bagaimana ini?"

Terdengar helaan napas di seberang, Levi meminta Eren untuk rileks lalu menjawab,

Apple and Cinnamon [RIREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang