Daddy...

1.3K 140 46
                                    

Peter hanya mengaduk-aduk makanannya saja. Ia masih belum sepenuhnya menerima kejadian hari ini. Dia selalu mengingat perkataan Mr. Rogers atau Steve atau bisa disebut Ayahnya kalau Peter tak lama lagi akan mendapatkan doa doa dan harapannya terwujud. Dia juga memikirkan Poppsnya mengapa selama ini harus menutupi segala sesuatu dari nya, tentang hidupnya, tentang Ayahnya, dari mana awal mereka menjadi seperti sekarang ini. Pikiran itu terus bergelut di dalam otak Peter sampai mau menyuap makanan pun tak berselera.

"Kenapa kau hanya mengaduk aduk makanan itu Peter?" Bruce sudah berada di meja makan.

"Aku.. Aku tak berselera untuk melakukan apapun paman!" Peter menjawab dengan pelan.

"Apa setelah kau mulai mengetahui ini semua, kau kecewa dengan Poppsmu?" Bruce bertanya pada Peter dan meletakan kedua tangannya di meja.

"Apa pertanyaan itu harus aku jawab Paman, ada sisi dimana aku merasa segala yang aku harapkan pada Mr. Rogers benar-benar membuat aku bahagia. Tapi sisi lainku selalu bertanya apa salah ku pada mereka sehingga mereka merahasiakannya pada ku? Bukankah ini pasti akan terjadi kalau Popps jujur sedari awal?" mata Peter mulai sendu.

"Peter... Poppsmu tidak ada niat untuk membuatmu kecewa, dia hanya tidak tau bagaimana cara membuat mu merasa terlindungi maka dari itu dia membuat caranya sendiri seperti ini."

"Aku tak tau paman, aku sudah memikirkan ini sejak lama. Sejak ku lihat Popps sering murung. Dan saat pertemuannya dengan Steve juga Popps terlihat tak menyukanya. Apa itu alami menerutmu?" Peter tegas.

"Ya Nak itu ben....!"

"Maka jika paman bertanya apa aku kecewa dengan Popps? Untuk pertama ini aku sangat kecewa dan menyesalinya paman." Peter beranjak dari kursinya dan meninggalkan Beruce begitu saja.

"Peter dengarkan aku dulu.. Peter!" Panggilnya namun tak dihiraukan Peter yang terus jalan menuju kamarnya.

Steve datang lebih dulu ketimbang Tony karena jarak kantor Tony lumayan jauh mungkin bisa ditempuh kurang lebih 40 menit.

Bruce dan Steve ada diruang tamu saat Bruce membukakan pintu untuk Steve dan menyuruhnya masuk.

"Dimana peter?" Steve panik.

"Hey Steve, sabar kau harus tenang kau tak akan bisa menjelaskannya jika kondisimu seperti ini!" Steve terlihat sangat panik.

"Aku sudah mengatakan pada Tony sebelumnya tentang masalah ini Bruce, aku hanya tak ingin membuat anakku kecewa denganlu untuk kedua kalinya."

"Aku mengerti.. Tapi semua yang telah kau lakukan apapun itu ada konsekuensinya Steve. Kau dan Tony harus menceritakan padanya segala sesuatunya bahkan sejak dari awal tak ada lagi yang perlu kalian tutupi Peter menginginkan itu. Kau lebih baik tunggu Tony sebentar lagi, biar kau hadapi ini berdua dengannya." Bruce memberi masukan membuat Steve jauh lebih tenang.

Bruce saat ini pun tak bisa melakukan apa apa karena ini semua adalah masalah keluarga Tony dan Steve. Sebagai bagian dari saudara Tony, Bruce hanya bisa memahami kondisi mereka tanpa mau ikut campur lebih dalam bahkan untuk memberikannya solusi. Steve masih menunggu Tony sambil duduk dan dia mulai menahan rasa gelisahnya. Tak lama si empunya rumah datang dengan wajah panik dan langsung berjalan melewati Steve dan Bruce.

"Peter... Peter... PETER..!" Tony memanggil nama anaknya belum sempat dia membuka sepatunya dgn dasi yang sudah miring juga tas yang dia lempar di sembarang tempat.

"Tony... Tony kau tenang dulu..!" Bruce mencoba mengendalikan Tony.

"Dimana anak itu Bruce.. Katakan dimana?" Tony sangat berantakan.

Thank's For Everything Where stories live. Discover now