Move?

1.2K 147 8
                                    


Seminggu setelah kejadian pertemuan yang tak disangka-sangka antara Tony dan Steve, Tony menjalani hari-harinya seperti biasa meskipun dalam hati dan fikirannya masih terbayang wajah Steve setelah hampir seumur  Peter dia tak berjumpa sebetulnya ada rasa rindu tetapi lagi lagi kalah oleh rasa kecewanya.

Pepper sedang berkunjung ke rumah Tony. Sebenarnya Pepper memang selalu menjadwalkan kunjungannya setiap Seminggu 2 kali untuk mengetahui keadaan sahabatnya itu.

"Memang bukan suatu hal yang mudah menjelaskan beberapa point penting untuk menarik calon nasabah agar tertarik pada asurasi. Hampir separuh malam aku bergelut memikirkan hal ini." Penjelasan Tony sambil duduk diruang santai dengan Pepper malam itu.

"Pekerjaan apapun juga perlu otak untuk berfikir, Tony. Setidaknya orang yang bisa menyimpulkan kalau asuransi itu baik untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin akan terjadi suatu saat nanti pada nasabah mu dan mereka akan merasa bersyukur karena kau bisa menjelaskannya. Dan jika kau sudah bersusah payah menjelaskan apa yang kau tau tetapi mereka belum membutuhkannya, itu bukan salah mu." Jelasnya menerangkan. "lagipula yang ku tau tempatmu tidak memberikan target untukmu, Ton?"

"Ya.. Well.. Sebenarnya kalau aku bisa lebih menarik calon nasabah untuk ikut asuransi itu akan mempermudah aku untuk mendapat bonus. Ya aku hanya mau lebih tenang daripada di tempat ini." Sahutnya.

"What do you mean?" Tanya Pepper penasaran dan diam menatap dalan Tony beberapa detik. "Oh my god.. Kau mau pindah?" Pekiknya sambil meyakinkan Tony. 

"Ya i know.. Ini mungkin terdengar gila. Tapi Pep aku tidak bisa untuk disini terus!"

"But why? Ku fikir kau selama ini baik-baik saja disini? " tanya Pepper balik.

"Sihhg..?" dengusnya Tony tak langsung menjawabnya.

"Tony.. Is everything ok?" Pepper kembali bertanya secara dalam sedangkan Tony masih menatapnya.

"A.. Aku butuh tempat baru!" Jawabnya Tony singkat.

"Sorry.. But i have to say....It's about Steve, Right?" Tebak wanita cerdas itu dan Tony hanya bisa diam seribu bahasa dan belum mampu menjelaskan. "Ok tebakanku benar, How?"

"Pepper... Aku bukan mengharapkannya tetapi dia..." putusnya dan menarik nafas panjang. Pepper mengerutkan dahinya dan seperti mengisyaratkan 'apa'
"Dia.. Dia mengetahui aku ada di kota ini." jelasnya. Pepper tertunduk.

"Bukankah itu bagus Ton?"

"What?"

"Kau sudah merahasiakan ini pada Peter sepanjang usianya sampai sekarang, kau sudah sangat cukup menyembunyikan siapa Ayahnya, kau membuat Peter seolah dia mempunyai 2 orang sekaligus dalam dirimu padahal kau mungkin tidak tau dia begitu menanti seseorang yang dia harapkan lengkap dalam rumah ini... "

"Dia sudah merasa lengkap Pep..!"

"Yes for you but not him." jawabnya singkat.

"Kau tidak perlu harus kembali seperti dulu dengan Steve ketika kamu bisa menceritakan pada Pete yang sebenarnya."

"It just..."

"Kapan kau bertemu dengannya Ton?"

"Seminggu lalu... Ya.. Seminggu lalu di supermarket."

"Supermarket hanya berjarak kurang dari 4 blok dari rumah mu. Bagaimana jika Steve menemukan rumahmu?"

"Itu sebabnya aku ingin pindah Pep!"

"Menunggu sampai kau dapat bonus?"

"Bahkan lebih cepat dari itu." sahutnya. "Dengar aku hanya ingin hidup ku tenang Pep.. Aku hanya ingin dengan Peter selamanya tanpa.. Tanpa orang itu lagi dihidupku."

"Apa dengan cara kau terus menghindar, kau memutuskan pindah kau akan lebih tenang? Tidakkah sekarang kau pun masih memikirkan Steve. Hey Tony yang kau butuhkan bukan keluar dari tempat ini, tapi Steve maka hidupmu akan lebih tenang."

"Ohh come on Pepp.."

"Kau pikirkan ini tentang Peter." Tukasnya menghampiri Tony sambil mengelus pipi Tony dengan lembut.

"Oh.. Sorry apa aku mengganggu kalian?" Peter datang dari sebelah mereka.

"Hai sweetheart! Kau sudah pulang? Ohh tentu kau sangat tidak mengganggu." Balas Pepper menghampiri Peter.

"Kau sudah makan Peter? Aku akan membuatkan makan malam untuk kita.

"Baiklah.. Aku akan segera turun setelah selesai mandi dan berganti baju agar bisa membantu kalian." Peter bergegas ke kamarnya, Pepper melihat Peter sampai menghilang.

"Tidakkan kau lihat anak itu sangat mengerti keadaanmu Tony. Tolong jangan buat dia bertambah kecewa padamu suatu saat." Permohonan Pepper, karena Pepper begitu menyayangi Peter seperti seorang ibu terhadap anaknya.

Tony tak membalas ia hanya menatap Pepper selebihnya mememegang keningnya.

"Aku butuh waktu Pep.."

"Benar.. Kau butuh waktu karena kita harus menyiapkan makan malam untuk kita." Pepper balik badan menuju dapur.

Memang masakan Pepper dikenal sangat enak. Tangannya begitu apik jika sudah di dapur, Kalau saja Tony bukan seperti ini hidupnya mungkin Pepper adalah istrinya sekarang yang bisa memaksakannya makanan-makamam favorit yang menjadi kesukaannya.

"Aunt Pep, masakan mu selalu enak. Kalau kau masak setiap hari disini aku bisa bisa gendut!" komentar Pete riang.

"Kalau masakan ku? Apa bisa kalah karena Pepper?" Tony tak mau kalah.  "Lagi pula gendut itu tidak sehat!" timpalnya lagi.

"Masakan mu selalu menjadi hidangan paling keren Popps!" Balasnya sambil menungukan tanda ok.

"Ternyata kau masih bisa dikalahkan Pepp." ledeknya.

"Ya karena kau ayahnya." balas Pepper sambil ketawa menang disusul seringai Tony.

"Kenapa kalian tak menikah saja!" Sahut Peter. Tony dan Pepper saat meneguk air tiba-tiba tersedak.

"Ohokkk.... Ohokkk.. Ohokk..... Sorry.."

"Apa aku salah bicara pada kalian? Maafkan aku!"

"No.. Its ok.. Its ok kid!" Tony menyelak.

"Peter.. Kami.. Kami ini berteman saja, tak ada apapun yang kami rasakan sampai detik ini. Aku disini hanya karena Tony seperti saudara bagiku dan kau seperti anak ku." jelas Pepper setelah batukmya hilang.

"Yes... I'm Sorry.. Tapi aku butuh seseorang lagi disini Popps. Tidak hanya kau dan aku, tapi kalau kau mau." sambung Peter lirih. Tony melotot kemudian menatap Pepper. "Ahahahaha... Kenapa muka mu merah sekali Popps.. Aku hanya bercanda.. Aku masih bahagia meski disini hanya bedua denganmu." Tony bisa bernafas lega.

Pepper dan Tony tak tau harus membalas apa lagi atas omongan Peter mereka hanya bisa meneruskan makannya.

#
#
#
#

Duuh.. Makin gak karuan cerita yang saya buat..

Maap baru bisa update sekarang karena ada kendala setiap judul yang sudah saya tulis untuk chapter ini hilang entah dimana tuh catetan.. Jadi mau gak mau harus mikir lagi.

Yg sudah baca jangan lupa vote dan koment ya.. Maaf kalau belum Menyentuh bagus untuk tulisannya dan jalan ceritanya..

See you on the next chapter
Thank you 🙏😊





Thank's For Everything حيث تعيش القصص. اكتشف الآن