12

14 5 0
                                    

Dirimu datang lagi.Pergi lagi.Datang lagi.Lalu pergi lagi.Masuk menambah harapan lalu memupuskannya lagi.Apa maumu?

🎈🎈🎈

Kejadian selepas pulang sekolah tadi berdampak buruk bagi Irel.Walapun tak separah gosip murah mengenai roknya yang tersingkap begitu saja di perpus,tetap saja membuat psikisnya terguncang.Dan yang paling disyukuri dari peristiwa itu adalah keberadaan Ata yang tiba-tiba.Entahlah,tidak seharusnya ia memikirkan hal yang menurutnya menyenangkan tersebut ditengah tas berserta seluruh alat dan kotak makan kesayangannya raib digondol makhluk astral.

Sejak sampai rumah,Irel masih berdiam diri di kamar.Menatap hujan yang masih merintih diluar sana.Aldi.Nama cowok itu seolah objek wisata di kepalanya.Selalu ramai dengan pengunjung yang membawa berbagai pertanyaan yang bejibun untuk otaknya.
Mengingat masalah roknya tersingkap yang belum sempat hilang,membuat otak Irel ingin pensiun untuk berfikir.Mungkin alternatif menjadi orang gila bisa sedikit membantu.

Kepalanya kembali pening dan berdenyut-denyut.Irel menjatuhkan diri ke atas kasur.Ia menarik selimut hingga menutupi kepalanya.Dunia ini terasa begitu sempit sehingga ia sulit sekali melepas masalah.Orang lain buang sampah saja langsung 'ber'.Kok buang masalah begitu beratnya.

Irel menengok sekeliling kamarnya.Cat biru dibagian bawah dinding dengan lukisan lain yang menambah nuansa pantai pada kamarnya.Bundanya pun tak main-main memberikan hadiah ini untuknya.Ya,walaupun terlahir dari keluarga yang...emm bisa dibilang cukup berada tak membuat Bundanya memanjakan anaknya.Meskipun Irel adalah anak semata wayang.

Pandangan Irel terhenti.Jatuh menatap buku diary zaman SD dulu.Memalukan,disaat remaja zaman sekarang sibuk posting apose-apose di Instagram,Irel malah memilih menulis diary abal-abal yang memang sudah berhenti sekitar 1 tahun yang lalu.Mungkin bawaan dari Ayahnya yang gemar menulis.Sayang,hanya beberapa tulisan tangan Ayah yang bisa ia lihat.Tidak dengan orangnya.Tuhan memang begitu sayang dan cinta dengan Ayahnya.

Balkon rumah terlihat dari korden transparan dari dalam kamar.Indah,dan merdu.Tak perlu berhujan-hujanan pun bagi Irel ia sudah bisa merasakan sejuk.Seolah air hujan mengguyur badannya.
Irel beranjak dari kasur.Menyingkap selimut yang semula menutupi separuh lebih tubuhnya.Berjalan mendekat ke arah buku bercover gambar pantai.Yah,lagi-lagi pantai.Pantai!Entah apa yang menarik dari salah satu destinasi yang ada di Indonesia tersebut.

Dear diary,
01-01-2006

Enak ya kalau makan bakso sore ini?Makan ketupat pake opor buatan bunda.Apalagi kan lagi ngerayain tahun baru.Ayah pasti pulang dari kantor ngurusin anak-anak yang jago nulis.

Buku,semoga tahun baru ini,aku jadi tambah pinter,tambah cantik hehehe,tambah sayang dan hormat sama Ayah dan Bunda.

Irel tertawa pelan.Lesung pipinya terlihat begitu manis.Tulisan bocah yang masih sangat susah untuk dibaca.Lembaran berikutnya,ia tatap lamat-lamat.10 tahun sudah umurnya waktu itu.Darah menulis sudah kentara untuk terlihat.

Dear diary,
12-05-2016

Malam ini.Ketika bulan bersinar.Melengserkan kekuasaan sang mentari dari luasnya galaksi.

Malam ini.Ketika kalimat per kalimat tulisan ini kutulis.Dada ini menahan sesak,nafas memburu hebat,mata tak lagi kuat untuk terbuka,kaki tak lagi kuat untuk menopang beban hidup.

Ayahku pergi.Pergi untuk tidak kembali lagi.Di malam yang seharusnya aku mencium tangan ayah menyambutnya selepas pulang bekerja,kini yang kucium adalah batu nisannya.Menyambut kepulangannya yang sudah tak bernyawa.

Kurasa,hari ini,esok,dan seterusnya kehidupanku tak lagi sama.

Menetes pelan bulir air itu menyusuri tiap lekukan pipi.Irel menangis sesenggukan.Tulisan ini selalu mengingatkannya akan ayahnya.Dan diary itu hanya berhenti sampai disana.Tak pernah lagi ia sentuh,membuka,apalagi membacanya.Hanya karena ia rindu Ayah,ia berani membukanya lagi.

Ia rindu ayah.Rindu pelukan hangatnya.Rindu elusan tangan pada kepalanya.Segalanya.

Tok...tok...tok...

Irel segera menghapus air matanya.Berlari untuk membuat pintu kamar.

"Iya bi,aku tu-"
Mata Irel membulat sempurna.Mulutnya terbuka selebar-lebarnya.Ia tak berkedip sedikitpun.

"Nih." Tangan itu menggapai tangan Irel yang masih sibuk diam.Bahkan,sampai orang itu pergi pun,Irel tak mengucap apapun.Sekedar say hello apalagi terima kasih.

Baru ketika kesadaran dan otaknya berfungsi lagi,ia cepat-cepat berlari menuruni tangga.Ucapan Bi Neneng agar tidak berlari keluar karena masih hujan pun tak ia gubrisi.Misinya kali ini adalah menghentikan cowok itu.

"Tunggu!"
Orang itu tetap berjalan.Membuat Irel harus cepat akal dan kaki melewati halaman rumahnya yang sialnya sangat luas.Begitu mengganggu ketika terjadi hal genting seperti ini.

Irel memperlamban acara lari-larinya.Karena tak ada gunanya berlari jika motor itu sudah pergi meninggalkannya dengan pemilik kendaraan.
Dengan hati dongkol,ia berjalan sambil sesekali menghentakkan kakinya di tengah derasnya hujan.

Masalah buku,kotak makan,dan tasnya sudah kembali.Untung saja.Karena cowok itu yang mengantarkannya.
Lo utang penjelasan ke gue,ta,batinnya dengan langkah yang sudah semakin cepat.

Lupakan mengenai panggilan 'kak' yang seharusnya disematkan Irel pada cowok itu.Dan lupakan mengenai rasa cintanya yang terkikis seketika melihat Ata yang malah berlari ketika ia panggil.

I Need YouWhere stories live. Discover now