Dua puluh dua

1.7K 90 0
                                    

Agatha tidak langsung menuju kamar Omar tapi,ia malah menuju kamar pria lain.Disana Oscar terbaring lemah dengan tali infus melekat di tangannya.

Agatha tidak habis pikir mengapa pria itu menyia-nyiakan hidupnya.

Agatha sempat bertukar pesan dengan Zac saat ia bekerja.Zac menceritakan apa yang terjadi pada pria itu.

Oscar terpukul akan kematian ibunya.Pria itu menjadi pemurung dan tidak mau keluar kamar sama sekali setelah mengantar jenazah ibunya ke peristirahatan terakhir.Oscar tidak menyentuh makanan dan minuman.Pria itu juga tidak mengurusi pekerjaannya.Untungnya ada Zac yang menangani masalah di kantor karena Zac bekerja pada Omar.

Agatha menghela napas lelahnya.Ia teringat akan dirinya.Ia juga pernah kehilangan seseorang dalam hidupnya.Kakeknya yang mengurusinya sejak kecil telah tiga tahun meninggalkannya.Awalnya Agatha tidak bisa menerima kematian mendadak kakeknya itu disaat ia tidak ada di sampingnya.Ia merasa sangat bersalah karena tidak ada di sampingnya disaat-saat terakhir.

Agatha sama seperti Oscar.Tidak mau makan dan minum.Tidak mau melakukan apapun.Yang di lakukannya hanyalah menangis dan mengumpati diri sendiri.Hingga Agatha sadari bahwa tidak ada gunanya meratapi kepergian kakek,karena ia tidak akan kembali lagi walaupun ia menangis darah sekalipun.

Agatha juga berpikir bahwa jika ia terus bersedih maka kakeknya tidak akan tenang di alam sana.

Agatha berusaha bangkit dari keterpurukannya dan memulai hidup lagi tanpa sang kakek.

''Aku tidak tahu kau selemah ini,Oscar...''Agatha menatapi wajah Oscar yang pucat.

''....aku menyukaimu karena kau adalah pria yang kuat.Kau selalu menjadi orang yang bisa di andalkan dari semua anggota.Mengapa kau sekarang jadi begini?''

Agatha membenarkan selimut Oscar yang tidak menutupi dadanya ketika suara derit pintu berbunyi.Agatha menoleh dan melihat Claudia masuk dengan wajah terkejut.

''Agatha,kau ada disini?''

Claudia bertanya sambil berjalan menuju kesampingnya.

''Ehm..''Agatha hanya bergumam.

''Kau mengenal Oscar?''

Agatha menggeser tubuhnya hingga menghadap langsung pada perempuan itu yang menatapnya penasaran.

''Jujur saja.Aku adalah mantan kekasih Oscar''

''Oh...A-apa?''

''Kau terkejut,Claudia?''

''Y-ya.Ma-maaf''Gadis itu tergagap.

''Mengapa kau harus meminta maaf?''

''Ka-karena a-aku tidak tahu bahwa gadis yang di cintai Oscar adalah dirimu''

Agatha menatapnya dalam.

''Zac pernah bercerita padaku bahwa Oscar hanya pernah berpacaran satu kali sebelum ia di jodohkan denganku.Jadi,kurasa gadis itu adalah kau.Maaf.Aku menghancurkan hubungan kalian''

''Boleh aku bertanya?''

''Hmm..ya,silahkan''

''Mengapa pertunangan kalian tidak di lanjutkan?Kurasa kalian sangat cocok.Kau wanita yang sangat cantik dan lembut,Oscar menyukai wanita tipe sepertimu.Seandainya kalian benar-benar menikah,aku...akan berusaha untuk merelakan Oscar jika itu yang terbaik untuknya''

Claudia tersenyum hambar.

''Sayangnya,pandangan Oscar tidak sepertimu''

''Mengapa?Apa kau membuat kesalahan?''

''Dia membenciku.Aku berpura-pura menjadi wanita yang kurang ajar di depannya.Aku merayunya seperti perempuan hina.Ia jijik padaku''

''Mengapa kau melakukannya?''

''Karena....sama seperti Oscar,aku juga mencintai orang lain''

Agatha menoleh cepat padanya dan Claudia tahu apa yang di pikirkan perempuan itu.

''Bukan Omar''jawabnya cepat.''Ada pria lain''

''Lalu mengapa kau ada disini?''

''Zac memintaku untuk menjaga Oscar,tapi kalau kau ingin disini,aku akan pergi....''

''Tidak,tidak.Aku tidak punya kepentingan dengannya.Aku hanya datang menjenguk lagipula aku harus menemani Omar''

''Oh,baiklah''

Agatha melangkah menjauhi ranjang Oscar namun,sebelum ia mencapai pintu,ia berbalik.

''Dimana kau tinggal sekarang?''

''Oh,aku...Zac mengatur tempat tinggalku''

''Bagus.Boleh aku meminta alamat dan nomermu?''

''Tapi...''

''Aku ingin berteman denganmu''

***

Dokter baru saja selesai memeriksa Omar ketika Agatha masuk ke dalam ruangannya.Ia melihat Omar yang sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya.

Agatha memberi senyum pada dokter dan mengucapkan terima kasih sebelum dokter dan perawat meninggalkan ruangan pasiennya.

Agatha melangkah mendekati ranjang pria brewok itu.Ia tersenyum dan Omar membalas senyumnya.

''Kau sudah makan?''

''Sudah.Bagaimana denganmu?Aku tahu shif malam sangat melelahkan''

''Yah,sebelum kemari aku sudah sarapan di kantin kantor kita''

''Kau tidak pulang?Kau terlihat sangat lelah,Agatha.Kau bahkan masih memakai baju kemarin''

''Aku mengantuk.Soal baju aku sudah membelinya...''Agatha mengangkat kantong belanjaannya dan memperlihatkannya pada pria itu.''...jadi aku tidak perlu pulang.Lagipula besok aku mendapat libur.Bagaimana kakimu?''

''Masih sedikit sakit.Kata dokter butuh waktu untuk menyembuhkannya''

''Jagoan sepertimu ternyata bisa sakit,ya''

Omar tertawa renyah.Agatha hanya tersenyum samar.

''Jangan ulangi lagi''

''Hm..apa?''

''Jangan mengejarku jika itu hanya membuatmu sakit''

''Aku tidak peduli seberapa sakit yang aku rasakan.Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku tidak menduakanmu,Agatha''

Agatha mengangkat bahu.

''Aku mau tidur dulu.Aku sangat mengantuk''

Saat Agatha hendak beranjak menuju sofa,Omar menahan tangannya.Agatha berbalik dan menatap bingung pria itu.

''Ada apa?''

''Agatha,terima kasih''

''Untuk?''

''Kau sudah percaya padaku''

Agatha melepas tangan Omar yang memegamg pergelangan tangannya.Ia lalu menaruh tangan pria itu di ranjangnya dengan pelan.

''Siapa yang bilang aku percaya padamu?!''

Tbc




Finding Oscar (New Story)Where stories live. Discover now