SATU

40.6K 1.7K 12
                                    

"Woy kebo bangun!! Udah siang. Jangan molor mulu!" kata Naya dengan intonasi tinggi seraya mengguncang tubuh Samudera.

Samudera hanya bergumam lalu menarik selimut tebalnya hingga menutupi seluruh tubuh. Naya memutar bola matanya kesal, cewek itu menarik selimut Sam membiarkan tubuh yang hanya dibalut celana kolor itu terpampang nyata di depannya. Ah, pemandangan biasa sehingga ia tak akan malu-malu melihatnya. Lagipula tidak ada yang menggoda dari diri Samudera Archandra. Perut datar sedikit buncit itu tak akan membuatnya tergoda. Cowok pemalas seperti Sam tidak mungkin memiliki perut kotak-kotak, mitos kalau sahabat Kanaya Sarasvati tersebut memiliki otot perut.

"Kebo dasar! Aelah udah jam enam nih, bangun dong. Lo ganteng-ganteng kebo banget sih?!" Kesal Naya masih tak Sam hiraukan.

"Berisik!" Sam malah membalikkan tubuhnya hingga tengkurap. Dan kembali terlelap.

Tak habis akal, Naya langsung menghempaskan tubuhnya ke atas tubuh Sam yang tidur tengkurap itu. Teriakan kesakitan Sam seketika membahana, hal yang malah membuat Naya tertawa.

"Argh! Kampret lo Nay. Badan gue remuk semua. Awas, minggir lo!" Teriak Samudera kesal. Naya segera menyingkir ia memperlihatkan senyum lebarnya dan semakin lebar ketika Sam mendudukkan dirinya.

"Lagian lo nggak bangun-bangun, gue udah siap gini. Lo malah sama sekali belum mandi, jangankan mandi, nyawa lo aja belum kekumpul," sindirnya kala melihat Sam yang menguap dengan wajah super lesu yang anehnya tak membuat ketampanan cowok itu berkurang sedikit pun. Rambut berantakkannya malah membuat sahabat Kanaya itu terlihat lebih keren.

"Hmm," balasnya dengan gumaman.

"Mandi gih sono, habis itu sarapan, gue tunggu di meja makan. Ok?" Naya bangkit dari posisinya, cewek itu sudah berdiri di sisi ranjang seraya melingkin lengan almamater sekolahnya sampai siku.

"Hmm ...." kembali dengan gumaman cowok itu membalas. Naya mengedikkan bahunya tak acuh, mendapat respon demikian dari Samudera sudah biasa bagi Kanaya.

Kanaya segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar Samudera. Meninggalkan sahabatnya yang masih menampilkan tampang malasnya tersebut. Samudera baru beranjak dari duduknya kala derap langkah Naya tak lagi terdengar oleh indra pendengarnya. Dengan ogah-ogahan cowok itu meraih handuk yang tergantung dekat lemarinya. Masih dengan ogah-ogahan cowok tersebut berjalan menuju kamar mandi.

Samudera sama sekali tak berniat mandi, cowok itu hanya berniat membasuh muka dan menyikat giginya saja. Masa bodoh dengan bau badan, ia bisa menggunakan parfum untuk menyamarkan bau asem tubuhnya.

***


"Makasih ya Nay udah bangunin Sam, itu anak dari dulu masih aja ngebo. Tante heran, nurun dari siapa kemalasannya itu, padahal Om dan Tante sama-sama rajin," kata Mama Samudera dengan ekspresi lesunya.

Naya terkekeh, "Tante mah, anak sendiri disamain sama kebo," katanya. Mama Samudera hanya mengedikkan bahunya tak acuh. Wajahnya masih cemberut.

"Jangan-jangan Papa dulu sebelum nikah sama Mama suka malas-malasan ya?" Papa Samudera yang tengah menyesap kopi tiba-tiba terbatuk. Berdeham sebentar menetralkan rasa gatal di kerongkongannya. Dengan lihat cengirannya saja sudah bisa menjawab pertanyaan sang istri.

"Eh beneran, toh. Pantes itu dulu awal nikah Mama mencium bau-bau kemalasan, terus Mama juga sering lihat aura kemalasan Papa. Untung sekarang udah rajin si Papa." Mama tampak mengomel, sementara Papa masih cengengesan.

"Eh Nay, dimakan sarapannya, Tante yakin kamu belum sarapan di rumah. Habisnya kamu langsung ke sini." Naya menganggukkan kepalanya lantas segera meraih sandwich di depannya tersebut. Dengan cepat dilapahnya sandwich itu.

"Ma, Pa, Sam berangkat." Samudera tiba-tiba sudah ada di sebelah Naya, membuat Naya yang masih berusaha menelan sandwich itu tersedak. Meraih gelas berisi air lalu meminumnya, Naya langsung memberikan tatapan tajam ke arah Samudera.

"Ngagetin ae lo Bambang," kesal Naya yang disambut kekehan oleh orang tua sahabatnya itu. Samudera menampilkan ekspresi datarnya, tak berniat membalas selain dengan gumaman ciri khas cowok itu.

"Cepet amat lo mandinya, atau lo emang nggak mandi?" Tanya Naya meneliti tubuh sang sahabat. Penampilan cowok itu masih sama berantakannya dengan tadi. Dasinya tidak terpasang dengan benar, rambutnya tidak disisir, dan almamaternya masih tersampir di bahunya.

"Hmm." Tidak usah ditebak laki-laki itu pasti menjawab dengan gumaman.

"Dasar jorok. Kebo jorok lo Sam!" Samudera mengangkat bahunya tak acuh, terlihat tidak peduli dengan julukan sahabatnya itu.

Samudera hendak meraih tangan sang Mama, namun urung karena wanita yang menjadi pemegang kunci surganya itu berbicara, "Nggak sarapan dulu, Sam?" Sam menggeleng. Lihatlah, dengan orang tuanya saja masih irit bicara. Memang benar-benar ya cowok satu itu.

"Ya udah hati-hati di jalan, jangan ngebut bawa motornya. Kalau kecelakaan kasihan motornya, DP-nya gede itu," kelakar Papa yang Samudera angguki dengan serius.

Samudera meraih tangan ibunya lalu mencium punggung tangan wanita yang melahirkannya tersebut. Hal yang sama cowok itu lakukan pada sang ayah.

"Assalamu'alaikum," katanya tanpa menghiraukan Naya langsung berjalan ke arah pintu keluar. Naya buru-buru merapikan dirinya, lantas segera berpamitan dan mencium punggung tangan orang tua Samudera.

Cewek itu segera berlari menyusul Samudera yang sudah tak terlihat punggung badannya. Bisa-bisa kalau ia tidak cepat, kawan es batunya itu akan meninggalkannya ke sekolah.

TBC

Future BoyfriendWhere stories live. Discover now