***

Setelah panggilan alam nya selesai, Adira pun menemui Amira yang berada di meja makan, tapi disana Amira tidak sendiri melainkan bersama wanita paruh baya yang Adira yakin adalah Mama nya Febby.

Hellen yang melihat Adira berjalan mendekat pun tersenyum hangat. "Ini Adira kan, adeknya Faiz?"

"Iya Tente," ucap Adira lalu menyalimi tangan Hellen. Wanita paruh baya itu pun mengusap rambut Adira. "Sini duduk." Adira menurut dan duduk di sebelah Hellen.

"Kalian satu sekolah ya?" tanya Hellen kepada keduanya.

"Iya Tante, malah satu kelas," jawab Amira.

"Pantesan keliatan akrab banget."

Sambil mengobrol kecil, Adira membantu Amira meletakkan gelas di atas nampan. Bagi Adira Mamanya Febby adalah tipe orang yang mudah akrab jadi tak membuat suasana canggung diantara mereka.

Sedang asik mengobrol, tak lama terdengar suara telpon di ponsel milik Hellen yang langsung diangkat wanita itu. Mereka berdua yang sudah selesai menyusun gelas pun ingin beranjak dari sana dan menemui teman temannya.

"Oh iya Tante boleh minta tolong gak?" tanya Hellen yang sudah menutup telpon tersebut. Mendengar itu, langkah mereka berdua pun terhenti.

"Minta tolong apa Tante?" tanya Adira

Hellen mengambil sebuah kotak dari atas kulkas lalu memberi nya kepada Adira. "Tolong kasihin sama Febby ya, ini tadi paketnya nyampe sore tapi bi Uli lupa ngasihin ke anaknya. Tante mau buru buru soalnya, ada acara makan malem bareng klien Papanya Febby, itu Papanya udah jemput di depan."

"I–iya Tante."

"Yaudah kalo gitu Tante jalan dulu ya," pamit wanita paruh baya itu sambil membawa tas jinjing miliknya.

"Udah sono kasih ke kak Febby, kamarnya ada di lantai dua pintu putih polos," ucap Amira setelah sepeninggalan Hellen.

"Tapi-"

"Ntar kak Febby nyariin barang nya loh, udah gak papa kan lo pertama kali main di rumah ini jadi biar lo tau." ucap Amira yang menggoda Adira. "Kalo gitu gue diluan ya mau ngasih gelas ke anak anak, ntar mereka nungguin. Babay, good luck ya!"

"Eh Mir jangan tinggalin gue dong." Adira cemberut menatap kotak tersebut.

"Gue ke kamar kak Febby gitu?" gumam nya

***

Dengan memantapkan hati, Adira pun melangkahkan kakinya sampai di depan pintu kamar Febby. Lalu cewek itu mengetuknya.

"Masuk," ucapnya dari dalam. Adira pun membuka pintu tersebut, pertama kali yang ada di benak Adira adalah kamarnya Febby rapih.

"Han, lo liat paketan gue gak-" pertanyaan Febby terhenti saat dia melihat Adira lah yang masuk tadi. "Aku kira Farhan."

"Ini kak dari Tante Hellen," ucap Adira sambil menyerahkan kotak yang dia pegang.

Febby pun menerima kotak tersebut dan membukanya, sebuah hoodie berwarna abu abu dengan list coklat dipinggirnya. Lalu cowok itu berjalan menuju lemari nya dan meletakkan hoodie tersebut digantungan baju.

"Banyak banget Hoodie sama jaketnya kak, belum lagi yang masih sama aku." cowok itu terkekeh.

"Kalo kamu mau, jaket punyaku untuk kamu aja. Anggep aja kenang kenangan dari aku." Adira bersorak dalam hati.

Kalo dikamarnya terdapat rak buku khusus novel, lain hal dengan Febby. Rak buku miliknya berisi buku pelajaran. Lalu dirinya tak sengaja melihat foto cetakannya yang di tempel Febby.

"Ihh ternyata ditempel juga," ucap Adira gemas.

Febby tersenyum tipis, lalu berjalan membuka pintu balkon nya. Adira yang penasaran pun mengikut. Disana dia melihat sebuah teropong, cewek itu pun mendekati benda tersebut dan mencobanya.

"Bukan gitu caranya." Febby pun berdiri di belakang Adira lalu mulai mengatur benda tersebut.

"Wah bintangnya keliatan deket banget." cewek itu tampak senang, lalu Adira menolehkan kepalanya sebelah kiri, saat itu juga wajah Febby sedang berada disampingnya. Dan dengan tidak sengaja Febby mencium pipi Adira.

Cukup terpaku lama, keduanya pun tersadar dan Febby segera berjalan menjauh dari Adira menuju pembatas balkon. "Sorry... " ucapnya.

Adira menyentuh pipinya dan dia yakin wajah nya pasti memerah. Tak mau ada rasa canggung diantara keduanya, Adira pun menyusul Febby. Dia melihat ke bawah, dimana temen temannya sudah memulai acara barbaque tanpa mereka berdua.

Dasar gak tungguan lagi batin Adira

"Ada tiga hal yang pengen aku ungkap secara jujur ke kamu," ucap Febby yang membuat Adira menoleh.

"Wihh, apa itu kak?"

"Aku gak tau reaksi kamu bakal gimana, tapi aku coba jujur." Adira menatap Febby curiga, ada apa dengan cowok ini.

"Dulu, aku kira perasaan aku ke kamu hanya sekedar peduli karena kamu adiknya Faiz. Pertama kali  jadiin kamu pacar kakak aja, karena aku ingin ngelindungi kamu dari Kanta yang mau jadiin kamu mainan." mungkin ini saatnya dia berkata jujur. Mendengar itu Adira sedikit kaget. "Seiring berjalannya waktu, aku baru sadar, ternyata perasaan aku ke kamu bukan hanya sekedar peduli tapi aku benar benar punya perasaan lebih yang gak pernah aku sadari," lanjutnya.

Febby meraih kedua tangan Adira. "Aku memang gak bisa nyatain perasaan ke kamu seromantis orang orang. Tapi percayalah Adira, aku sayang kamu." mendengar itu membuat hati Adira lega.

"Aku juga kak." Adira tersenyum lebar. Senyum yang membuat Febby lemah jika berhadapan dengan gadis itu. "Yang kedua apa?"

"Aku bakal kuliah di luar negeri bareng Farhan." Adira sudah tak kaget lagi mendengar itu, karena Amira sudah bercerita beberapa hari lalu tentang Farhan yang akan mulai sibuk belajar, mulai sekolah nanti.

Walaupun sudah mengetahui dari Amira, Adira ingin mendengar langsung dari Febby. Dan malam ini cowok itu yang berbicara sendiri tanpa diminta.

"Baguslah, semangat belajarnya. Jangan ngecewain Om Anggara."

Kini Febby yang dibuat kaget dengan reaksi Adira. "Kamu kok biasa aja?"

"Emang aku harus gimana? Ngambek seminggu," Adira terkekeh.

"Kamu gak kaget gitu?"

"Lagian aku udah tau juga dari Amira, tapi aku cuman mau dengar dari kamu nya langsung."

"Terus kamu gak takut ada apa apa sama hubungan kita, kan pasti kita LDR."

"Ihh kok kamu yang bawel sih kak." Adira tertawa kecil dengan tingkah Febby. "Aku juga pernah mikir apa yang kak Febby pikirin, tapi aku sadar, hubungan itu dilandasi kepercayaan dan komitmen satu sama lain. Kita jalani aja dulu. Kalo masalah kedepannya kita gak tau bakal gimana, cuman Tuhan yang tau. Kalo emang jodoh gak bakal kemana."

Febby tersenyum, ada perasaan lega dengan pernyataan Adira yang dewasa. Cowok itu mengusap puncak kepala Adira.

"Terus yang ketiga apa?"

"Besok kamu dateng ke lokasi yang aku share."

"Oke, awas kalo bohong," ancam Adira bercanda. "Yaudah yuk kebawah, masa mereka udah mulai barbaque diluan." Febby mengangguk, lalu meraih tangan Adira untuk digandengnya menuju taman belakang

TBC

My Ice Senior [Complete]Where stories live. Discover now