Part 10

25.7K 1.9K 12
                                    

Pagi ini, Adira sudah berada disekolah, kakinya mulai memasuki gerbang hitam milik SMA Starla. Suasana sekolah belum terlihat ramai, dengan langkah pelan pelan seperti maling yang takut ketahuan gadis itu terus melangkah memasuki area sekolah. Sampai Pak Tri satpam sekolah hanya geleng geleng kepala melihat tingkah gadis itu.

Bukannya apa-apa, Adira tidak ingin jika pagi ini bertemu dengan Febby, takut takut kalo cowok itu udah berdiri di lapangan atau gerbang sekolah untuk memperhatikan murid murid yang masuk tanpa atribut apalagi baju yang dikeluarkan, syukurnya cowok itu masih belum terlihat.

Sudah dua hari ini dia menghindar dari Febby semenjak kejadian Syabila yang membajak ponselnya dengan membuka aplikasi instagram. Hoodie milik Febby saja belum sempat ia pulangkan, Adira tak tau harus bersikap bagaimana jika bertemu Febby, dia masih merasa malu dan takutnya jadi salah tingkah. Tapi untuk hari ini Adira harus benar benar siap mengembalikan hoodie tersebut, seribu kalimat sudah dia persiapkan. Antisipasi, takut bila tiba tiba ngeblank jika sudah berhadapan dengan cowok itu.

Langkah Adira terhenti karena ada seseorang yang menepuknya ditengah lapangan, otaknya seolah olah berfikir bahwa itu Febby. Dia tidak berani berbalik arah, matanya memejam sesekali menghafalkan kata kata yang siap dia luncurkan untuk cowok itu.

"Dir, Adira? Ini gue Arif." Adira masih tak bergeming, membuat Arif semakin dibuat bingung. Tangannya menyintil dahi Adira membuat gadis itu mengeram kesakitan dan membuka mata.

"IIHH! ARIF, GUE KIRA SIAPA." cowok ite menaikkan sebelah alisnya.

"Emang lo kira siapa?," tanyanya.

"Eh, enggak kok bukan siapa siapa." ralat Adira cepat.

"Lagian ngapain sih lo, pagi pagi udah kayak maling aja ngendap ngendap," ucap Arif, lalu mereka berdua melanjutkan jalannya menuju kelas.

"Itu-anu... gue lagi mikir ada barang yang ketinggalan atau enggak dirumah." Arif hanya mangut mangut tak bertanya lagi.

"Terserah lo deh. Oh iya, hari ini ada pelajaran Biologi kan?," kata Arif.

"Iya."

"Ntar, gue pinjam catatan lo ya. Soalnya punya gue gak lengkap."

"Iya. Makanya kalo disuruh nyatet itu nyatet jangan mainan terus sama dua curut peliharaan lo itu si Adrian sama Putra." Adira mulai menceramahi dengan mode cerewet, membuat senyum Arif terukir di bibirnya.

"Iya iya, Ibu negara. Siap dilaksanakan," balas Arif, lalu puncak mengacak rambut Adira.

"Gak usah ngacak rambut gue bisa gak?!" ucap Adira garang, membuat Arif cengengesan "Berantakan tau." cewek itu membetulkan kembali rambutnya yang berantakan.

Hingga sampai didepan kelasnya dia melihat Febby dari arah berlawanan, cewek itu terdiam pura pura tidak lihat dan langsung masuk ke dalam kelas, meninggalkan Arif yang memanggil manggil namanya.

***

"Nanti kalian temenin gue ya pulangin hoodie punya kak Febby," ucap Adira, saat ini mereka sedang berada dikantin.

"Lha, belum dipulangin?," tanya Amira.

"Belum, gara gara Syabila tuh." merasa namanya disebut Syabila menoleh sepenuhnya sambil cengengesan.

Suasana kantin seperti biasa masih tampak ramai, hingga terdengar suara tergesa gesa terdengar dari pintu kantin.

"Woy ada yang berantem, di gudang sekolah!" ucap siswa itu, murid yang ada di kantin tiba tiba gaduh, saling berebut untuk keluar.

Adira dan ketiga sahabatnya sempat terdiam, dan satu nama terucap. "KAK FARHAN." ucapan itu terlintas begitu saja dipikiran mereka

Amira langsung meneguk air mineral miliknya, lalu menarik sahabatnya untuk menuju ke gudang sekolah.

Farhan itu sering berkelahi dan keluar masuk BK, beda dengann Febby. Adira melihat wajah Amira yang pucat, cewek itu mencoba menenangkan.

"Tenang Mir, semoga gak pa-pa."

"Gue gak bisa tenang Dir, itu cowok udah di ingetin juga, masih aja."

Langkah mereka sampai di kerumunan murid yang tengah menonton. Amira dan Adira mencoba menerobos mereka supaya bisa melihat jelas siapa yang berantem. Dengan susah payah akhirnya mereka berdua sampai disana.

Adira menyipitkan matanya melihat seseorang didepan itu. Febby, Farhan, dan dua orang yang Adira ketahui anak kelas 12 Ips4 pentolan yang suka buat onar.

Guru Guru memang tidak ada yang tahu, karena gudang jauh dari pantauan mereka dan jarang dilewati oleh siapa saja.

Disana teman teman Febby masih berusaha memisahkan cowok itu dan tidak jauh darinya terlihat Farhan yang sudah melemas dengan wajah lebam lebam dan Amira segera menghampiri cowok itu.

"KALO LO BERANI JANGAN MAIN KEROYOKAN, NJING!," ucap Febby masih emosi. "SATU LAWAN SATU. BANCI LO!" cowok itu mengusap ujung bibirnya.

Cowok itu menarik salah satu baju murid kelas 12 itu dan siap meluncurkan bogeman mentah diwajahnya, sedangkan yang satu lagi sudah terkapar lemah dan di pisahkan mereka.

"Mau lo apa nyet? Lo kan masalahnya sama gue, gak usah libatin orang lain lah!" ucap Febby, tangannya masih mengepal.

Adira harap harap cemas, mulutnya komat kamit berharap seseorang membawa guru BK kesini untuk memisahkan mereka, dia tak mampu melakukan apa apa lagi-hanya diam mematung ditempat. Tidak lama dari itu Farel salah satu teman Febby membawa Bu Dini selaku guru BK dan Pak Rausyan selaku guru kesiswaan.

Adira bernapas lega, Febby dan yang lain bisa dipisahkan dan langsung dibawa ke UKS sebelum masuk ke ruang BK. Adira dan Amira ikut serta ke UKS sebagai anggota PMR.

Setelah sampai sana, Febby dan Farhan dipisahkan dengan dua orang anak Ips4 dibilik yang berbeda. Teman temannya menunggu mereka diluar UKS.

Adira segera mengambil beberapa kotak P3K untuk mengobati mereka dibantu beberapa anggota PMR yang lainnya. Amira sudah mulai mengobati Farhan, sedangkan Febby belum diobati karena anggota PMR yang lain tidak berani berhadapan langsung dengan cowok itu. Mau tidak mau Adira yang turun tangan.

Cewek itu duduk berhadapan dengan Febby, disebelahnya ada Amira dengan Farhan. Dengan jantung yang sudah berdetak tak karuan, dia mulai membuka kotak P3K tersebut.

Adira meneteskan alkohol ke kapas tebal, lalu mengarahkan ke luka Febby. Ringisan cowok itu membuat Adira tak tega, cewek itu menghentikan gerakannya mengobati Febby.

"Kak, ini kapasnya kakak aja yang pegang, sambil ditekan pelan pelan di lukanya," ucap Adira, sedangkan Febby hanya mengangguk.

Cewek itu mengambil kain bersih yang sudah terisi es batu dari salah satu anggota PMR lainnya lalu beralih ke pelipis kiri Febby. Adira sedikit mencondongkan dirinya untuk menatap lekat luka yang ada di pelipis cowok itu.

"Aaww...." lagi lagi Febby meringis, membuat Adira refleks meniup lukanya.

"Maaf kak, memang sedikit sakit."

"Iya gak pa-pa terusin aja," ujar Febby

Jika dipandang dari dekat begini, Adira jadi lupa caranya bernapas. Alisnya dan matanya yang tajam sangat serasi menyatu diwajah cowok itu, membuat Adira semakin terpesona.

"Ekhm." suara deheman dari Amira menyadarkan Adira. Cewek itu mengerjap, sedikit salah tingkah kemudian meletakkan hansaplast di pelipis kiri cowok itu.

"Sudah?," tanya Febby.

"Iya kak, nanti di kompres lagi aja sampai rumah dengan es batu"

"Hmm..."

Adira mulai membereskan kembali kotak P3K dan alat kompres, lalu meletakkannya kembali ke tempatnya. Cewek itu segera menghirup oksigen sebanyak banyaknya lalu menghembuskan kembali.

Febby dan Farhan keluar UKS menuju ruang BK, diikuti kedua anak Ips itu.

TBC

Jangan lupa vote dan comment

My Ice Senior [Complete]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt