EMPATBELAS

26 2 0
                                    

“Apa harus sesakit ini, kehilangan sesuatu yang bahkan belum sempat untuk dimiliki.”—Unknown.

=========

Beberapa hari berjalan. Arka merasa semuanya berjalan seperti biasa, kecuali hubungannnya dengan Sunny. Semakin hari makin renggang saja.

Fakta bahwa rumah Sunny ada disebrang rumahnya tidak merubah apapun. Keduanya harus menjauh karena situasi.

Tidak ada lagi berangkat sekolah bersama. Karena Arka bersama Finka, dan Sunny selalu diantar oleh Darel. Tidak ada lagi menghabiskan waktu bersama disekolah atau sepulang sekolah. Karena Arka menyibukan diri dengan futsal dan juga Finka.

Semuanya jadi terasa canggung. Arka merasa, semuanya tidak pada tempatnya. Dan Sunny sudah menyadari itu.

Arka tidak mau ambil pusing.

Hidupnya harus terus berjalan. Ia sudah mengambil keputusan yang tepat.

Arka saat ini berdiri didepan kelas Finka. Menunggu cewek itu mengambil tasnya. Jam pulang sekolah sudah berlalu dua jam yang lalu.

"Makasih ya, udah mau nungguin." Finka muncul dari pintu dengan membawa tasnya.

Arka mengangguk, "Nggak apa-apa. Tadi sambil futsalan juga." jawabnya.

Finka tersenyum lebar. Menggandeng tangan Arka. Arka melirik sebentar, lalu melanjutkan jalannya seperti biasa.

Lihat. Betapa lucunya semesta mempermainkan hidup Arka. Balikan dengan Finka adalah hal terakhir yang Arka inginkan. Dan sekarang? Itu hal yang paling cepat terjadi alih-alih perkembangan hubungannnya dengan Sunny.

Arka memarkirkan motor tepat di depan rumahnya. Ia tadi sudah mengantar Finka pulang. Rasanya semua hari-harinya sangat panjang untuk dijalani. Demi tuhan, Finka itu gadis yang baik dan sangat mudah untuk dicintai. Tapi entah kenapa hati Arka selalu menolak? Ia tidak akan menyakiti Finka. Tidak lagi.

Langkah Arka terhenti, saat ia dapati Sunny di ruang tamunya. Cewek itu sedang mengobrol dengan adiknya—Rara. Entah apa yang mereka bicarakan, karena sesekali Rara tertawa mendengar celoteh Sunny.

“Ar.” Sunny yang menyadari kehadiran Arka langsung berdiri.

Arka bergeming.

“Lo baru pulang? Gue dari tadi nungguin lo.” tuturnya.

Lidah Arka kelu. Entahlah semuanya terasa asing. Sunny tidak seperti Sunny. Mungkin Arka sudah mulai gila. Berbicara dengan gadis itu membuatnya canggung. Padahal keduanya pernah ada diposisi ‘tanpa jarak’.

“Gue mau ganti seragam dulu,” kata Arka. Kemudian berlalalu begitu saja. Meninggalkan Sunny dan Rara dalam kebingungan. Arka tidak biasanya seperti ini, apalagi sampai mendiami Sunny. Berarti masalah serius sedang terjadi.

Sunny tidak menyerah. Cewek itu mengikuti Arka sampai ke kamarnya.

“Ar, gue mau ngomong.” Sunny masuk ke kamar cowok itu tanpa aba-aba.

Arka melempar tasnya asal ke kasurnya, sepatunya pun ia biarkan tergeletak dilantai.

“Ngomong aja,” jawab Arka. Cowok itu meraih ponselnya, tanpa menatap Sunny ia rebahkan badannya yang masih terbalut seragam.

Merasa diabaikan Sunny berdecak kesal. Sambil mengerucutkan bibirnya, ia meletakan sepatu Arka pada tempatnya. “Kalau udah selesai itu taruh di tempatnya. Jangan berantakan. Nanti banyak nyamuk.” ujar gadis itu perhatian. Selalu begitu, ada saja sisi dari gadis itu yang tidak bisa Arka abaikan.

Back To YouWhere stories live. Discover now