Arka iri.

Dan Arka marah. Kenapa harus Darel? Kenapa Sunny tidak bisa melihat kalau Darel itu hanya main-main saja. Kenapa Sunny tidak percaya dengannya.

Kepala Arka makin pening saja saat memikirkannya.

Saat ini Arka sedang ada dikelasnya dan tidak ada siapapun, semua sudah ke kantin. Arka memang sengaja tidak ikut, dia sedang malas bertemu Sunny. Merka butuh jarak agar bisa saling mengerti. Tapi Sunny tidak pernah mengerti, bahkan Sunny selalu mencoba berdekatan dengan Arka.

Seperti saat ini, cewek itu sudah mengirimi Arka banyak pesan singkat.

"Ar, lo dimana?"

"Kok nggak keliatan?"

"Arka, bales dong"

"Temenin gue makan kek, Firda nggak masuk"

"Arka...."

"tok tok tok! Nggak ada orang ya?"

"Lo dimana deh? Nanti gue susulin"

Arka membaca pesan pesan singkat yang Sunny kirimi, tidak ada yang cowok itu balas. Biar saja, untuk beberapa hari mereka tidak perlu selalu terlihat bersama. Arka butuh jarak dan hatinya butuh ruang untuk mengurangi rasa sesak yang dia tidak mengerti.

Arka mengehala napas, kemudian beranjak. Dia hendak menuju UKS, setidaknya Arka bisa tidur disana. Cowok itu bahkan tidak berniat mengikuti jam pelajaran selanjutnya.

Sekarang Arka tau rasanya patah hati. Ia mengerti kenapa Rara sampai nggak mau makan pas patah hati. Karena memang rasanya itu nggak enak banget. Arka bingung, kenapa urusan cinta bisa serumit ini.


***

Mata Arka terbuka saat dia dengar Ada yang mebuka pintu UKS. Iya, saat ini dia ada di UKS dan tidak mengikuti pelajaran terakhir.

Saat ditanyai petugas UKS, ia menjawab asal "kepala saya pusing bu"

Dan anehnya dipercayai.

Mungkin itu karena wajah Arka yang meyakinkan. Semua orang akan percaya, karena wajah Arka nyaris seperti orang sakit sungguhan.

"Arka?" suara lembut itu keluar dari bibir Finka.

Finka baru saja masuk UKS dengan kotak --yang Arka tidak tahu apa isinya-- di tangannya.

Arka tersenyum canggung.

"Lo sakit?" tanya Finka saat melihat Arka berbaring di ranjang UKS.

Baru Arka ketahui bahwa didalam kotak yang Finka bawa adalah obat. Cewek itu menaruh dengan telaten dan memisahkan obat obat itu pada tempatnya.

"Pusing doang" jawab Arka berbohong. Sebenarnya, Arka tidak sepenuhnya berbohong, dia memang pusing. Pusing saat melihat Darel selalu ada disekitar Sunny. Dadanya kembali memanas. Sialan.

Tanpa aba-aba, Finka menyentuh kening Arka. Cowok itu sempat tercenung seperkian detik sebelum akhirnya tersadar.

"Badan lo nggak panas" katanya.

Arka diam. Ia kan memang tidak sakit, itu hanya alibinya saja. Cowok itu memang hanya sedang malas saja. Anak pintar juga pasti pernah malas kan? Dan sekarang Arka lagi pengen bolos belajar.

Finka menyerahkan satu butir obat, "nih minum. Itu bisa ngurangin pusing di kepala lo" tuturnya.

Arka bingung, kenapa Finka masih saja baik kepadanya. Padahal sudah berlaku jahat sekali pada cewek ini, bahkan Arka sudah menyakiti hatinya.

Tapi kenapa setelah disakiti Finka masih saja baik kepadanya?

Arka menggeleng, "tadi gue udah dikasih obat sama bu Leni" jawabnya. Kebohongan kedua Arka, tadi ia tidak menerima obat apapun dari bu Leni.

Dan Finka tau bahwa Arka baru saja berbohong. Cewek itu tau kalau tadi semua obat di UKS sedang habis, dan ia baru saja me-restok obatnya.

"Kalo gitu lo istirahat aja" Finka hendak keluar saat Arka memanggil namanya.

"Fin,"

Finka berbalik, "kenapa, Ar?"

"Lo masih suka sama gue?" kalimat Arka barusan sama sama mebuat keduanya bingung. Arka tidak tau apa yang Ada dikepalanya sehingga pertanyaan bodoh macam itu bisa keluar dari bibirnya.

Finka diam tidak menjawab. Cewek itu bingung harus berkata apa. Jujur saja sebenarnya ia tidak pernah melupakan Arka sejak awal. Ia hanya melepas Arka untuk kebaikan cowok itu. Finka tidak mau membuat Arka terjebak didalam hubungan yang tidak ia sukai. Finka sadar sejak awal bahwa Arka tidak pernah benar benar menyukainya. Tapi cewek itu lebih senang membodoh-bodohi dirinya sendiri dengan berpikir bahwa Arka mungkin saja menyukainya.

Manusia memang seperti itu, kan? Selalu berangan-angan memenuhi semua ekspektasi untuk pada akhirnya sadar bahwa realita tidak akan sama dengan apa yang kita ekspektasikan.

Tapi Finka seolah membutakan diri, asal ia bisa bersama Arka masalah tak cinta tidak apa-apa. Tapi itu dulu, sebelum Finka sadar bahwa sampai kapanpun hati Arka tidak akan jatuh kepadanya.

Dan entah setan dari mana yang merasukinya, kemudian Arka berkata lagi, "Balikan sama gue, mau?"

Finka diam. Terlalu bingung akan situasi saat ini. Lidahnya kelu, dan dia salah tingkah.

"Lo becanda ya, Ar? Nggak lucu sama sekali" akhirnya kalimat itulah yang keluar dari bibir Finka.

Cewek itu tidak mau terlalu berharap banyak, ia takut dikecewakan lagi.

"Emang gue lagi keliatan becanda?" Arka balik bertanya, matanya serius menanatap lurus kearah mata Finka.

Dan pada saat itu Fika tau bahwa Arka sedang tidak main-main. Cowok itu serius.

Dan satu hal yang Arka sadari pada saat itu, ia mungkin bukan untuk Sunny. Dan tidak ada jalan untuk mereka bersama. Biarlah ia mengulang lagi kisahnya dengan Finka. Finka adalah cewek baik, dan ia berhak untuk bahagia. Arka berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan mengecewakan Finka untuk kedua kalinya.

***










Udah mulai masuk kompliknya nih. Greget sama Sunny yang kelewat ga peka:( btw jangan lupa vote dan komentar ya:) happy reading!

Salam, intan puspita.

Back To YouWhere stories live. Discover now