Hari Pertama : Ayo Kita Mulai!

110 1 1
                                    

[1]

Cuaca sedang tidak baik. Belakangan ini, sering terjadi hujan di kota ini. Aku melihat, Evelyn, sekretarisku datang ke ruangan kerjaku. Pasti ada suatu misteri yang harus dipecahkan lagi. 

"Apa kabar, Evelyn?" tanyaku dengan ramah.

"Selamat sore, detektif (Y/N). Cuaca memang sedang tidak baik tapi ada misteri yang harus dipecahkan." kata Evelyn dengan nada yang bersemangat. Pasti dia ingin mendengarkan ceritaku tentang caraku menyelesaikan misteri ini. Aku menghela nafas.

"Jadi, misteri jenis apa yang harus kupecahkan?" tanyaku kepada Evelyn.

"Hmm... Fiona, sang anak gadis, dilaporkan menghilang kemarin. Menurut para polisi, pelakunya ada di rumah yang ditinggali Fiona." Evelyn menjelaskan segala hal dengan rinci.

"Kedengarannya cukup seru untuk dipecahkan. Bolehkah aku pergi ke rumahnya untuk menemukan sang pelaku?" tanyaku dengan penuh semangat.

"Tentu saja boleh, sopir anda sudah menunggu diluar." kata Evelyn.

Sebelum aku keluar, aku melihat sebuah barang yang aku ingin bawa bersamaku. Apakah itu? 

a. Pisau lipat ( pergi ke [2])

b. Baterai ( pergi ke [3] )

c. Biskuit cokelat ( pergi ke [4] )

[2]

Hmm... Mungkin pisau lipat bisa menolongku saat aku menginvestigasi. Akan kusimpan pisau lipat ini di kantung mantelku. ( pergi ke [5] )

[3]

Baterai. Aku tidak tahu mengapa aku ingin membawa baterai bersertaku, tapi baterai ini tampak menarik. Siapa tahu, baterai ini akan berguna? Baterai ini akan kubawa bersertaku.(pergi ke [6] )

[4]

Mungkin aku akan merasa lapar saat menginvestigasi. Aku akan membawa biskuit cokelat ini. ( pergi ke [5] )

[5]

Aku pergi ke luar dan menemui sang sopir. Aku memintanya untuk membawaku ke rumah Fiona. Beberapa jam kemudian, aku sampai di rumah Fiona. Rumah Fiona sangat mewah dan lumayan besar. Aku memberikan upah kepada sang sopir dan mengucapkan terima kasih. Aku berjalan melintasi taman di rumah Fiona. Tamannya sungguh indah. Ada berbagai macam bunga, kolam ikan, dan air mancur. Setelah menelusuri taman, aku sampai di pintu utama. Aku menarik nafas dan mengetuk pintu utama. Aku melihat seorang anak laki-laki sekitar 6 tahun membukakan pintu untukku. 

"Terima kasih" kataku dengan sopan.

Anak laki-laki itu memberikan senyuman kepadaku. Di dalam rumah Fiona, terdapat beberapa orang. Aku melihat seorang wanita muda dengan rambut berwarna biru di atas sofa berwarna merah muda sedang menangis terisak-isak. Kemudian, di sebelahnya, ada seorang wanita tua yang sedang menghibur wanita berambut biru itu. Aku juga melihat seorang laki-laki berambut pirang sedang berbicara dengan seorang pria tua. Mereka berdua tampak khawatir. Aku melihat anak laki-laki yang tadi membuka pintu. Rambutnya berwarna hitam dan berantakan. Dan akhirnya, aku melihat seorang wanita berambut hitam yang tampak marah. Dia memakai baju pelayan. 

"Jadi, semuanya sudah di sini. Kita sebaiknya mulai memperkenalkan diri dulu." kata sang pria berambut pirang.

"KITA TIDAK PERLU MEMPERKENALKAN DIRI. AKU TAHU, AMELIA ADALAH PELAKUNYA. DIA MEMBENCIKU DAN SEKARANG SEDANG MEMBALAS DENDAM!!!" teriak sang gadis berambut biru.

"Flora, hentikan kata-katamu. Aku tahu kamu membencinya tapi itu bukan berarti dia sang pelaku." ujar sang wanita tua dengan halus.

"Nenek tidak akan mengerti!" kata sang wanita berambut biru.

"Baiklah kita akan mulai perkenalan diri kita masing-masing. Namaku detektif (Y/N) (L/N). Sepertinya, kalian sudah mengetahui mengapa aku berada di dalam rumah ini" ujarku.

"Namaku Flora, Fiona adalah adikku yang sangat kusayangi." kata sang wanita berambut biru sambil terisak-isak.

"Namaku Trevor. Flora adalah istriku." ujar sang pria berambut pirang.

"Namaku Nancy. Kamu boleh memanggilku Nenek Nancy. Flora dan Fiona adalah kedua cucuku. Walter adalah suamiku." ujar sang wanita tua.

"Benar, kamu boleh memanggilku Kakek Walter" kata sang pria tua.

"Apa kabar? Namaku Oscar. Aku adalah keponakan dari Flora dan Fiona. Ibu dan ayah sedang bekerja di Amerika. Ayah dan ibu kaget sekali saat waktu itu mendengar Tante Fiona menghilang." cerita sang anak laki-laki dengan panjang lebar.

"Kamu mungkin sudah mengetahui namaku. Namaku Amelia, dan aku adalah seorang pelayan di sini. Aku bukanlah seorang penjahat atau pelaku. Aku hanya seorang pelayan." kata wanita berambut hitam.

"Jadi, apa yang terjadi sebelum Fiona menghilang?" tanyaku kepada mereka.

"Kemarin, aku pergi ke kamar Fiona. Aku bertujuan untuk membangunkannya untuk sarapan. Namun, aku melihat sebuah surat di atas ranjang Fiona. Kamu boleh melihatnya." ujar Flora.

Aku melihat surat tersebut. Tertulis:

Sekarang Fiona telah menghilang.

Lihatlah siapa yang tertawa sekarang

Dari: orang yang sangat kau benci.

"Aku dan Walter sedang di ruang makan ketika mendengar teriakan Flora." ujar Nenek Nancy.

Kakek Walter mengangguk.

"Aku sedang membersihkan dapur. Tiba-tiba aku mendengar teriakan yang sangat kencang." ujar Amelia sang pelayan.

"Di kamar, aku bermain mobil-mobilan. Kemudian, tante Flora teriak." kata Oscar.

"Kemarin, aku sedang mengunjungi rumah temanku. Tiba-tiba terjadi hujan deras jadi aku tidak dapat pulang ke rumah karena aku menaiki motor. Ketika aku sampai di rumah, keadaan sudah panik dan Flora menangis." Trevor menjelaskan dengan rinci.

"Ini sudah malam. Kamu boleh tidur bersama kami. Oscar, tolong antarkan detektif ke kamarnya." ujar Nenek Nancy dengan halus.

"Baik, Nek." jawab Oscar.

Aku mengikuti Oscar menuju kamar. Oscar mengajak aku untuk ikut makan malam tapi aku sudah makan bekal yang kubawa selama perjalanan. Aku menolak ajakan tersebut dan tidur sampai keesokan hari.


--Hari Pertama Telah Selesai--

Misteri Rahasia : Hilangnya Sang GadisDove le storie prendono vita. Scoprilo ora