Bagian - 20

11.3K 434 2
                                    

Tring

"Gam, hp lo bunyi tuh" teriak Raga didepan televisi yang tengah ia tonton, pasalnya ponsel Agam ada disamping Raga.

"Anterin sini, gue lagi tanggung" jawab Agam yang berada diruangan lain.

Raga berdelik jijik "Ogah banget, lu lagi berak juga" balas Raga dengan mengganti saluran tv nya.

Setelah beberapa saat terlihat Agam sudah keluar dari kamar mandi. Ia kemudian duduk sambil mengecek ponselnya.

Dilihatnya itu chat dari sang ayah yang memberitahukan bahwa....

"APAAAA" teriak Agam saat tahu isi pesan yang dikirimkan ayahnya.

"Astagfirullah.. Gam, lo apa-apaan sih" ucap Dewa sambil menendang kaki Agam.

Agam kemudian menatap antara Raga dan Dewa bergantian.

"Glenca pulang" singkat ,padat dan jelas, satu detik senyap, dua detik masih sama, saat detik ketiga.

"AAAAPPPAAA" teriak Raga dan Dewa bersamaan.

"Serius lo Gam, ko cepet banget sih kak Glenca pulangnya, kenapa gak nunggu kita lulus SMA ajah sih"

"Gue juga gak tau, barusan bokap gue chat katanya dia lagi jemput si kepang dibandara"

"Gue syok banget, mana gue belum rawat wajah gue lagi, liat nih kayak ada jerawat kan di muka gue" ketika mata Agam dan Raga menatap asal bicara, mereka berdua kompak memeragakan mau muntah.

**

"Assalamualaikum" salam sang ayah saat sudah sampai dirumah besarnya, disana anak keduanya sudah berdiri dengan tampan nya dihadapan ayah tercinta.

"Waalaikumsalam"

"Jangan cuma berdiri, itu bantuin kaka kamu bawa barang, papah udah banyak nih" titah sang ayah ,Agam langsung saja berjalan menghampiri kaka nya yang membelakanginya karna sedang mengambil barang.

"Gimana kabar lo kak.?" tanya Agam membuka percakapan.

"Jangan banyak tanya dulu, ini cepet bantuin bawa" ucap Glenca yang langsung saja memberikan barang bawaanya sangat banyak, sampai Agam tidak bisa melihat jalan.

"Ini gimana gue bisa jalannya kak?" tanya Agam kembali, pasalnya bawaanya sangat banyak, Glenca berdecak kesal.

"Bawel lo" ucap Glenca yang mengambil satu bawaanya, tanpa mengurangi barang yang Agam bawa, dengan terpaksa Agam tetap membawanya kedalam rumah.

"Wah.. baiknya anak papah mau bantuin kakanya bawa barang bawaan sebanyak ini" puji Gama yang membuat Agam semakin kesal, bukanya ngebantuin eh ayahnya malah duduk-duduk santai disofa.

Agam kemudian meletakan semua barangnya di meja, ia kemudian merebahkan tubuhnya disofa ngikutin Gama, susah sih kalau gak ikhlas bakal langsung cape kayak Agam gini.

"Kangen nya suasana rumah.." ucap Glenca yang memejamkan matanya, Agam kemudian menatap Glenca, cukup terkejut dengan perubahan kakanya itu yang menjadi lebih cantik. Namun bukan Agam namanya kalau memuji Glenca.

"Makanan newyork gak cocok sama lo ya kak, badan lo cungkring banget udah kayak belalang"

"Ko cungkring sih Gam, ini lebih kurus namanya, emangnya lo badanya gak naik gak turun heran gue, padahal porsi makan lo 2x lebih banyak, malah makin tinggi ajah, harusnya lo naikin berat badan biar gak perpect amat".

"Udah.. kita makan ajah yuk, papah udah pesen banyak makanan buat kedatangan Glenca" ucap Gama membuat kedua anaknya segera mengikutinya kedapur.

**

"Akhirnya ujian selesai"

Teriak seluruh murid SMA Atlanta ini, selama seminggu mereka menjalani ujian sekolah.

Seluruh murid juga segera dipulangkan setelah menjalani ujian sekolah ini, namun masih ada yang tetap disekolah ataupun sudah pulang.

Namun bagi kelas 3 tidak ada kata 'selesai ujian' karna ujian sesungguhnya menanti mereka beberapa minggu lagi.

"Makan dimana kita, ?" tanya Raga saat keluar dari kelas mereka, saat ini mereka membicarakan makan siang dimana enaknya.

"Gue punya tempat baru man kita kesana ajah yuk.. Gam ngapa lo diem ae" Dewa ikut menimpali, Agam mencebikan bibirnya gak tau kenapa ia kesal mendapat pertanyaan dari Dewa.

"Gue gak ikut..males" jawab Agam yang kembali duduk dikursinya, kini hanya mereka ber3 yang berada dikelas.

"Serah lo deh Gam, yaudah kita duluan " ucap Dewa yang merangkul Raga kemudian mereka berdua pergi, kini tinggal Agam sendiri, entahlah Agam cukup males melakukan sesuatu.

Ia kemudian keluar dari kelasnya, sekolah ini sudah sepi tinggal tersisa beberapa yang ada dikantin atau dikelas, hampir seluruh murid sudah pulang.

Agam lalu melihat-lihat ke kelas Carra, sepertinya sudah tidak ada orang, ia terus berjalan sampai depan kelas 10.3, menatap jendela untuk melihat-lihat masih adakah murid disana , ternyata kosong. Dengan keisengan Agam membuka pintu yang tidak dikunci ini, menebak-nebak dimanakah kursi Carra berada.

"Gak mungkin Carra disini, ini terlalu menonjol.." ucap Agam sambil menunjuk meja paling depan, setelah itu ia menduduki meja ke 3 barisan 1 dari kanan, "Disini pasti kursinya" tebak Agam.

Ia lalu melihat sesuatu dibawah , itu seperti kunci , Agam lalu mengambilnya dan melihat kunci itu dengan seksama, sesuatu tertulis disana.

'Mel & Justin'

"Ngapain lo dikursi gue"

***

Salam hangat dari Ninna Nattasha penulis amatir pemakan segala

The Ice Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang