Bagian - 41

7.6K 319 10
                                    

5 Panggilan tidak terjawab

Carra menghela napas saat melihat nomor baru itu terus miscall nomor Carra. Mengesalkan memang saat Carra menelpon balik malah diriject.

"Udah lo lacak?" tanya Carra pada anggota Black-Dragon bernama Yufan, Jolex bilang Yufan adalah jagonya teknologi, untuk itu Carra meminta melacak nomor yang mengganggunya ini.

"Gak bisa dilacak bos, aksesnya udah diblock." Jawab Yufan yang menyernyitkan keningnya aneh, akses lacak yang ia gunakan ternyata sudah diblock yang membuatnya tidak bisa melacak nomor itu.

"Kok bisa, Lex lo bilang di ahli yang beginian." Semprot Carra yang kesal sebari mendudukan dirinya dikursi, Jolex meringis mendengar sindiran ketuanya yang menohok.

"Ya.. sory-sory ajah nih yah bos, kayaknya orang ini bukan orang sembarang deh, soalnya dia udah tau kalau pasti akan dilacak." Ucap Yufan aneh, Carra menghela napas. Bukanya Carra tidak bisa memblokir nomor itu, Carra sudah berkali-kali memblokirnya namun ternyata nomor masih bisa menganggunya. Ariana sudah menyarankan ganti nomor saja namun tidak , itu tidak mungkin, nomor yang Carra sekarang pakai adalah akses komunikasi semua gengstar nya.

"Yaudah sih Carr, gak perlu lo lamunin kayak gitu, mungkin kebetulan orang iseng ajah kali." Balas Ariana yang menatap Carra yang juga meliriknya. Carra mengedikan bahunya tak acuh.

"Carr, besok lo sekolah kan?" tanya Ariana yang melihat kondisi Carra sudah pulih total. Carra mengangguk dan kembali menatap Yufan yang masih berusaha melacak kontak itu.

"Gue cabut dulu, ada urusan." Ucap Carra yang langsung berdiri, dan segera mengambil kunci mobil Lambo merahnya.

Carra keluar dari basecamp nya, ia sedikit merasakan ponselnya kembali bergetar, cukup lama, Carra segera merogohnya. Nomor itu lagi, namun kali ini bukan cuma miscall yang seperti biasanya, kali ini menelpon.

Carra segera menggeser tombol hijau itu, tak lama sambungan pun terhubung.

"Lo kalau mau main-main jangan sama gue, lo pengganggu." Ucap Carra saat mendengar suara krasak-krusuk disebrang sana. Tidak ada jawaban, entah kenapa Carra penasaran siapa orang ini.

"Hallo, lo bisa denger gue." Lanjut Carra dengan suara dingin menusuk, terdengar helaan napas seorang pria, Carra menyernyitkan keningnya.

"Haloo, Mel" sapa orang itu, mata Carra melotot sempurna, bibirnya memucat, tubuhnya bergetar hebat, ponsel yang berada ditanganya terlempar begitu saja, kaki Carra tak mampu menompang tubuh Carra yang kemudian ambruk.

Air mata Carra bercucuran, Ariana yang kebetulan akan keluar menterbelalakan matanya sempurna melihat Carra hampir tak sadarkan diri itu. Ariana segera menahan tubuh Carra.

"Carr.. lo kenapa?" tanya Ariana panik melihat keadaan terguncang Carra, bibir pucat itu tak mampu berbicara. Ariana kemudian membopong Carra untuk duduk disofa ruang tamu. Ariana menggosok telapak tangan Carra.

"Lo kenapa?" tanya lagi Ariana, mata Carra hanya mengerjap, Ariana kemudian mengusap pundak Carra memberi kekuatan.

"Ar.. itu.. tadi..suara dia, dia..Ar." Ucapan Carra dengan suara bergetar, mata Ariana melotot sempurna, 'dia' Ariana tahu siapa yang dimaksud Carra disini, namun itu hal mustahil.

"Gak mungkin Carr, dia, dia." Ariana menggeleng dengan memeluk Carra, tubuhnya ikut terguncang mendengar perkataan Carra tentang dia.

"G-gue denger.. cuma d-dia yang manggil gue Mel.." lanjut Carra yang melepaskan pelukan Ariana, gadis tirus itu terus menggeleng.

"Mustahil Mel." Balas Ariana dengan air mata yang sudah terjun bebas, ia masih tidak percaya dengan ucapan Carra.

"Hp gue." Sadar Carra yang segera berlari mengambil ponselnya, ia kemudian melihat sipenelpon terakhir, "ini Ar.. liat." Lanjut Carra memperlihatkan si nomor baru itu melakukan percakapan dengan Carra 20 detik.

The Ice Girls [END]Where stories live. Discover now