Bagian - 38

7.5K 325 19
                                    

"Siapa yang sudah menyuruh kamu?" tanya Camella masih dengan wajah dingin serta tatapan tajam pada 2 orang lelaki dihadapannya. Mereka yang sudah membuat Carra celaka.

Dimobil Carra , Camella menyimpan kamera dibelakang juga depan mobil itu yang langsung terhubung pada laptopnya.

Ia dengan jelas bisa melihat apa yang terjadi sebelum kecelakaan itu.

Bruggh

Tubuh kedua lelaki itu kembali ditendang oleh bodyguard Camella, sudah satu jam sejak penangkapan kedua orang itu, mereka masih bungkam, meskipun disiksa oleh anak buah Camella.

Camella mengambil pistol di tas hitam nya, yang langsung diarahkah pada kepala pria yang memakai baju abu-abu.

"Mati atau saksi" ucap Camella membuat tubuh lelaki itu bergetar hebat, tidak hanya dia , lelaki disebelahnya juga ikut bergetar.

Pria berbaju abu-abu itu menggeleng meski air matanya mengalir ketakutan.

Dor

Sebuah tembakan pas mengenai kepala lelaki itu, seketika tubuhnya melemas dan tergulai dilantai bersama dengan darah dan timah panas yang manancap dikepalanya, lelaki itu sudah tidak bernyawa.

Camella tersenyum evil saat melihat ketakutan lelaki yang satu lagi.

"Mati atau saksi" ucap kembali Camella membuat lelaki yang memakai baju hitam itu bergetar hebat, ia tidak ingin nasibnya sama seperti teman disampingnya.

"S-say tidak tahu, dia m-memakai ma-masker , jadi s-saya tidak b-bisa melihat wajahnya" ucap orang itu dengan terbata.

"Siapa namanya?" tanya Camella yang mengisi peluru dipistolnya, lelaki itu kembali bergetar.

" Saya tidak tau namanya, hanya saja w-waktu kami bertemu dia memakai seragam SMA" ucap lelaki itu dengan wajah takutnya.

Dorr

Sebuah tembakan melayang pada kepala laki-laki itu.

**

Agam duduk dikursi samping ranjang yang Carra tiduri, gadis ini masih terbaring ditempatnya, membuat Agam menghela napas.

"Carr, kapan sih bangun, ?" tanya Agam yang kembali mencium tangan kanan Carra, tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada mereka berdua.

Agam kemudian mengambil gitar yang berada dipojok ruangan, tadi sore Raga dan Dewa datang menjenguk Carra, dan mereka meninggalkan gitarnya disana.

Agam kembali duduk , dan mulai memetik senar gitarnya, dari nadanya sepertinya itu lagu dari Virgon-bukti-.

Agam menatap Carra.

Memenangkan hatiku
bukan lah satu hal yang mudah
kou berhasil membuat ku tak bisa hidup tanpamu.

Agam tersenyum melihat wajah cantik Carra, wajah damai itu.

Menjaga cinta ini bukanlah satu hal yang mudah , namun sedetik pun tak pernah ku berpaling darimu.

Beruntungnya aku, dimiliki kamu

kamu adalah bukti , dari cantiknya paras dan hati, kou jadi harmoni saat ku bernyanyi, tentang terang dan gelapnya hidup ini.

Koulah bentuk terindah dari baiknya tuhan pada ku, waktu tak menguasai cantikmu
kou wanita terhebat bagiku
tolong bangun sayang ku

Agam menggenggam tangan Carra, menggela napas dan tersenyum menguatkan diri, kondisi Carra masih kritis entah sampai kapan berakhir.

Cklek

The Ice Girls [END]Where stories live. Discover now