Bab 1 - Misteri Cinta dalam Kertas Kosong

3.7K 94 8
                                    

Temanku sering memanggilku otak dangkal. Mungkin karena aku kebanyakan mengutarakan teori aneh dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Tiga prinsip yang selalu ku pegang dari dulu adalah: berusaha, beruntung, dan mengacak. Prinsip itu sering ku gunakan dalam sesi-sesi ujian ataupun sesuatu yang ada kaitannya dengan soal. Pertama yang kulakukan adalah berusaha semaksimal mungkin, ketika berusaha tidak membuahkan hasil, maka aku akan memilih opsi jawaban, lalu ku pilih secara acak seperti domino. Dan yang terahir adalah pasrah menunggu keberuntungan.

Selain otak dangkal, teman-temanku sering memanggilku Rif. ya memang itu adalah namaku. Nama lengkapku Mohammad Arif.

Malam seperti ini adalah waktu yang tepat untuk merenung dan membebaskan imajinasiku. Keinginan memiliki pacar saat SMA pupus lantaran tidak ada yang mau denganku. Padahal secara tampan wajahku tidak jelek-jelek amat. Bodoh juga tidak terlalu. Tapi tidak ada satu pun cewek yang aku dekati menjadi pacar. Bahkan hampir semua yang aku sukai selalu membenci ketika momen PDKT. Semoga ini bukan pertanda, bahwa aku akan jomblo lama.

Ditemani segelas kopi dan handphone yang masih menyala, hidupku di kota orang seperti penjara. Tidak ada pasangan yang melatar belakangi hidupku terasa hampa dan tiada arti untuk dihadapi. Hanya mata kuliah ini dan itu saja setiap hari. Bahkan, isi otakku penuh dengan berbagai macam imajinasi tentang memiliki pacar. Andaikan ku tulis, mungkin sudah dapat satu buku.

Hampir setiap hari, saat waktu menunjukkan pukul  18.30  malam aku keluar dari kos  untuk jalan-jalan melepaskan penat. Dari pada nanti gila memikirkan cinta yang belum jelas keberadaannya. Meskipun saat aku melihat jam tangan waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Salah satu tempat yang sering aku kunjungi adalah toko roti milik pak No. Toko langgananku sejak awal kuliah sampai 2 tahun ini. Ku rasa, hanya di sini aku menemukan sedikit kebahagian dunia luar, apa lagi roti yang disajikan terbilang enak untuk ukuran harga 5000 rupiah. Itupun bonus dengan minuman.

"Pak!" ucapku ke pak No.

"Leh Arif, gimana nak? Tumben baru nongol. Biasanya habis magrib kamu sudah datang ke sini"

"Hehe iya pak, tadi ada beberapa tugas yang harus aku kerjakan. Jadi, ya agak malam gini pak. Lagian toko bapak tutup masih jam 11 nanti" ucapku.

"Seperti biasa ya pak, roti campur susu dan segelas air putih" lanjutku.

"Tunggu ya" jawab pak No.

Pak No jalan ke belakang mengambil roti pesananku. Memang selama 2 tahun ini hanya roti itu yang aku pesan. Tak ada satu pun roti yang dapat menggantikan roti yang satu ini. Untuk para calon pacarku, ini adalah salah satu nilai lebih dariku, tidak pernah gonta-ganti pasangan.

Tidak seperti biasa, pak No keluar lebih cepat dari dugaanku. Kadang 10 - 15 menit baru keluar dari belakang. Tapi ini hanya beberapa menit "Rif, haduuuh habis nih gimana?"

"Apanya pak?" tanyaku.

"Roti pesananmu, laku keras hari ni. Maaf ya hehe" jawab pak No.

"Ya udah pak air putih aja ya" ucapku.

"Tunggu ya!" jawab kakek berusia sekitar 60 tahun itu. Walaupun sudah malam namun semangatnya tak kunjung luntur sejak pagi hari. Aku yang hanya begini saja sudah tidak semangat. Apa lagi melayani banyak pelanggan, wah bisa gulung tikar.

"Ini nak!" kata pak No sambil memberikan sebotol minuman.

"Gak usah bayar Rif" lanjut pak No.

"Loh pak jangan gitu dong, bawa uang nih aku"

"Ya kamu beliin makanan aja buat makan di kosan. Kan asik tuh, hehehe" jawab pak No.

"Lagian kamu kan juga baik ke bapak, em tunggu nak, baru ingat nih" ucap pak No.

Novel SIP! Komedi RomantisWhere stories live. Discover now