Atar

110 24 124
                                    

Kelingan nalikane aku ketemu ro kowe ....

Pria yang kini tengah mengenakan setelan jas hitam menggusah napasnya kembali saat lagu itu berkumandang lagi. Ia tidak habis pikir sama tingkah laku siswa SMA jaman sekarang. Seingatnya yang namanya pesta valentine itu dimeriahkan sama lagu ala kebarat-baratan, atau paling tidak lagu pop yang lagi trending.

"Ini pesta apa acara dangdutan sih?" gerutunya sambil menata gelas plastik di atas meja. "Kalo aja gue bukan kaum haus duit, gak akan deh gue terima job ini."

Atar Daiva Azra, pemilik kedai kopi yang letaknya tak jauh dari SMA ini, yang dagangannya beberapa hari sebelumnya sudah di-booking untuk acara pesta valentine. Di sebuah stand yang letaknya dekat gerbang sekolah, Atar sibuk meracik kopi untuk para siswa yang baru datang.

Sibuk mendengarkan pikirannya sendiri yang sedang berperang, Atar tidak menyadari kehadiran seorang gadis yang sedari tadi memanggil-manggilnya. "Bang! Bang! Bang lagi ngomong sendiri apa ngomong sama gelas sih? Lagi bahas apa emang?"

Geram kehadirannya tidak dianggap, gadis ini menggebrak meja.

Brakk!

"EH SAYANG, SAYANG!"

Atar langsung memegangi dadanya, lalu setelahnya ia mendelik tajam pada si empu. Entah kenapa kata yang terucap barusan itu sayang, padahal biasanya cinta. Sungguh, latah yang luar biasa absurd.

"Ciee manggil sayang," ucap gadis itu dengan cengiran jahilnya.

Mata Atar langsung mengerling. "Gue latah bego! Kalo nama lo Cantik juga gue gak bakal manggil lo cantik, apalagi sayang hidih."

Mendadak jadi hening, Atar melirik lewat ekor matanya. Gadis di depannya menunduk sembari memandang nanar coklat di genggamannya. Raut wajahnya berubah drastis sekali dari lima menit sebelumnya. Sekarang jadi murung.

"Kenapa lo?" tanya Atar khawatir orang di depannya kerasukan setan sekolah yang lagi galau.

Tangan gadis pemilik iris mata coklat itu merogoh-rogoh ke dalam tasnya, kontan Atar semakin dibuat kebingungan.

"Nih," lirih gadis itu sambil menunjukkan kartu pelajarnya tepat di depan wajah Atar.

"Anasya Azni Cantika," ujar Atar mengeja namanya, namun di kata terakhir matanya melebar. Serius namanya beneran Cantik?

***

"Kok gak ikut gabung?" tanya Atar setelah beberapa waktu sempat saling membisu.

Kini Cantik tengah duduk sembari menikmati capucino buatan Atar. Namun, ada sesuatu yang mencuri perhatian Atar sedari tadi. Cantik selalu memandangi coklat yang dibawanya.

Aku tresno karo kowe nanging aku iso opo ....

Ngerteni kowe uwes nyanding uwong liyo ....

Hanya lagu dangdutan yang terdengar, Cantik tidak menggubris ucapan Atar. Merasa diabaikan, Atar balik badan.

"Bang!" panggil Cantik cukup keras.

Atar menoleh, tanpa sengaja manik matanya bertabrakan dengannya. "Kenapa? Capucino-nya gak boleh minta nambah ya, satu orang satu. Rugi gue nanti."

Cantik geleng-geleng kepala, tangannya melambai-lambai memberi isyarat pada Atar untuk duduk di sebelahnya. Entah sihir apa yang menerpanya, seorang Atar menurut.

"Bang, 'aku tresno kowe' itu artinya 'aku cinta kamu' kan?"

Atar gelagapan saat Cantik menatap matanya intens, menunggu jawabannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

A Night to RememberWhere stories live. Discover now