bagaimana apa kamu ingin berubah pikiran?" Tanya Bryan memecah keheningan

"Dad.. " ucapnya sangat lirih
"Peluk Al dad.." ucapnya lagi.. dengan badan bergetar..
Dengan segera Bryan memeluk Al dengan sangat erat.. ia dapat merasakan bahwa tubuh anaknya itu bergetar hebat... dan sangat lemah...

"Apakah Al durhaka jika membiarkan dia mati dad..? Al masih belum bisa... hiks..... kemana dia selama 21 tahun ini dad.. kemana..? Apa Al harus menolong orang yang Al benci dad..? Dulu Al selalu berharap bisa bertemu dengan dia sampai usia Al 17 tahun.. tapi Al sudah lelah dad.. al menyerah dan menganggap bahwa ayah kandung Al sudah mati. Tapi... sekarang.. hikss... kenapa...kenapa harus sekarang dad..? Kenapa harus saat kondisinya seperti ini...?"" Ucapnya sangat lirih...

"Kalau Al tidak siap, kita keluar ya nak.." ucap Bryan lagi

"tidak dad, lakukanlah.. aku mungkin tidak pernah mengenal dia selama ini, pertemuan kami hanya dua kali.. tapi setidaknya Al bisa berbakti padanya.. orang lain yang tidak kita kenal bahkan sering kita tolong. Apalagi dia ayah Al dad..  Al tidak mau menyesal nantinya.." ucapnya yakin

"ya.. kamu benar nak..
Apapun yang terjadi, dia adalah tetap ayah kandungmu.  daddy tidak tahu apa yang terjadi antara mommymu, Vano dan Intan pada masa lalu secara rincinya.. karna kamu sendiri tahu daddy mengenal dirimu dan mommymu saat kau berusia 3 tahun,, tapi setelah mengetahui bahwa Daniel bukan anak kandung Vano, ayah juga kasihan melihat dia.. dia dibohongi puluhan tahun oleh isterinya sendiri.." ucapnya sambil melakukan pekerjaannya

Saat ini ranjang Vano tepat disebelah ranjang Al sehingga darah Al langsung masuk ke tubuh Vano..

"entahlah dad.. aku sendiri tidak tahu bagaimana perasaanku saat ini. Disatu sisi, sisi jahat dalam diriku selalu memaksaku untuk membencinya,, tapi disisi lain, Al tidak dapat menampik ada rasa bahagia dalam diri Al mengenal dia.. tapi seperti kata dad, Al akan mencoba menerima semuanya dengan ikhlas.."

"daddy mengerti son, kita doakan semoga dia cepat pulih..' dan ketahuilah daddy sangat bangga padamu anakku.."
"Terimakasih dad.. ini juga Al lakukan untuk mommy... Al tidak ingin mommy   kecewa jika Al tidak bisa menerima ayah kandung Al
."

"semoga kamu bisa menyikapi ini semua dengan bijaksana son, daddy melakukan ini bukan karena daddy tidak menyayangimu atau mommymu,, tapi daddy berusaha memperbaiki semuanya nak.. daddy tidak ingin kamu menyesal karena tidak mengenal ayah kandungmu sendiri padahal ia berada di dekatmu, daddy tidak mau mommymu menyesal karena terus menerus menyimpan sakit hati terhadap keluarganya.. daddy hanya ingin kita hidup dengan bahagia...tanpa ada bayang-bayang masa lalu itu saja nak.."

"terimakasih dad, terimakasih sudah hadir dalam hidup Al dan juga mommy... berkat dad Al bisa merasakan kasih sayang seorang ayah, dad mengajarkan Al banyak hal.. al sangat menyayangi daddy.. mommy juga adik-adik Al.."

"ya son.. jadikan semua ini menjadi pelajaran dalam kehidupanmu,, belajarlah menyikapi masalah yang ada dan jadikan itu sebagai bahan untukmu untuk pendewasaan diri.. kamu juga bisa belajar mengontrol emosimu... bijaklah dalam menyikapi suatu masalah,, dan cari jalan keluar saat suasana hatimu sudah dingin."
^
"iya dad.. Al akan melakukan apa yang dad ucapkan.."

Tak terasa sudah 2 kantong darah Al yang sudah diambil... saat ini ia sedang di ruangan pemilik rumah sakit bersama orang tua dan adik-adiknya..

"istirahatlah nak, kamu pasti lemah saa ini.." ucap Anna tulus saat Al sudah keluar dari ruangan Vano

"baiklah mom, tapi jangan tinggalkan Al sendiri disini" pintanya

"manja..huuuu" ucap Alfian dan Aleya serentak

"ckk... biarin" balas Al cuek lalu menutup matanya dan tidak lupa menggamgam tangan ibunya dan mulai masuk ke alam mimpi

"bagaimana kondisinya kak?" Tanya Anna pada suaminya sementara kedua anak mereka saat ini sibuk dengan dunia mereka masing-masing

"dia masih di ICU tapi kondisinya sudah stabil. Kita tunggu sampai dia sadar saja sayang."

"syukurlah kak.. tapi bagaimana aku menjelaskan ini semua kepada ibu dan yang lainnya?" Tanya Anna pelan

"kita jelaskan nanti saat Vano sudah sadar dan jangan khwatir kami selalu berada di sampingmu"

"thank you kak.. "

"tentu sayang"

Keesokan harinya kondisi Vano masih tetap dan tidak mengalami kemajuan.. saat ini keluarga Vano dan Intan belum ada yang datang.. sehingga hanya Anna dan keluarganya yang berada disana

"Vano,, bukankah kamu meminta padaku untuk memaafkanmu kan? Sekarang aku sudah memaafkanmu Vano.. jadi aku harap bangunlah... banyak hal yang harus kamu ketahui... tidakkah kamu ingin bertemu dengan Anakmu Vano? Aku mohon kamu harus bangun... kamu pasti kuat..." ucap Anna sambil mengelus tangan Vano yang tidak terkena infuse

"hei, Deveno.. saya yakin kamu adalah laki-laki yang kuat.. kamu harus bisa melawan ini semua.. bertahanlah.. ada seseorang yang sangat menunggumu disini.. kamu pasti akan menyesal jika tidak segera membuka matamu.." ucap Bryan

"om,, eh... ayah.. tidak... aku tidak tahu harus memanggilmu apa... walaupun aku hanya pernah berbicara sekali kepadamu, aku merasa nyaman sama seperti aku bicara dengan daddyku.. tapi aku menepis itu dan menganggap kamu murni adalah om ku,, tapi ternyata apa.. takdir mengantarkanku pada kenyataan yang cukup menampar untukku... bangunlah... banyak hal yang harus kau jelaskan padaku.. jika tidak, aku akan sangat-sangat membencimuu,.. bangunlah ..." ucap Al sambil duduk di pinggir ranjang Vano

PELANGI SEHABIS HUJAN (Revisi)Where stories live. Discover now