35.

3K 214 10
                                    

Kindisi Ny. Gracia tak juga kunjung membaik. Semakin hari kondisi tubuhnya semakin melemah, dan kritis.

"....."
"Kami akan segera kesana. Terimakasih atas infonya."

"Sayang, kita harus  ke rumah sakit sekarang. "
"Hah, kenapa kak?"
"Ibu kristis."

Mereka segera berangkat ke rumah sakit..
___________

Sampai di rumah sakit, mereka segera bergegas ke ruangan Ny. Gracia

Brakk......

Semua orang di ruangan itu terkejut dengan suara pintu yang dibuka dengan sangat  keras..

"Anne?" Kaget semua orang

"Ibu..?"  Lirihnya. Ia segera mendekati ranjang ibunya itu..

"Ibu kenapa lagi sih bu... ibu harus kuat.. jangan tinggalin Anna bu... ibu harus sehat.. ibu harus bangun... hikss hikss.." Anna terus menggenggam tangan ibunya tanpa mempedulikan sekitarnya..

"Bagaimana kakak bisa ada disini?" Tanya Nathan pada Bryan yang sejak datang hanya diam di  dekat Anna dan sesekali mengelus pelan rambut Anna mencoba menenangkan

"Apa kedatangan kami tidak diharapkan?" Tanya Bryan balik

"Ehh... bukan. Bukan bang. Tapi aku heran bagaimana kalian bisa disini dan  kapan kalian sampai disini.. jangan berfikir buruk dulu bang. " jawab Bryan

"It's not difficult for me to know the inportant news."

"I..ya. bang" ucap Yonathan kaku dan hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal

Suasana kembali hening...

"Sayang, sudah ya..kamu istirahat dulu.. ucap Bryan pelan pada Anna yang sedari tadi masih menangis dan menggemgam tangan ibunya."

Namun ia hanya menggelengkan kepalanya..

"Bagaimana tadi kata dokter keadaan Ny. Gracia?" Tanya Bryan pada Yonathan

"Ibu tadi sempat kritis bang , detak jantungnya juga melemah tadi. Makanya kita sangat khawatir, tapi untungnya kondisinya sudah mulai stabil." Jelas Yonathan

"Syukurlah".
Respon Bryan

"Mmmmm.. anak-anak kalian mana kak?" Tanya Mark pada Anna

"-------" tidak di respon

"Mereka tidak bisa ikut. Semua sedang sibuk." Jawab Bryan karena  merasa iba pada adik iparnya itu karena Anna hanya memandangnya datar dan dingin sangat mirip seperti Al, tanpa ada niat menjawab adiknya itu

" kak, kita pulang." Pinta Anna tiba-tiba

"Kenapa sayang?" Tanya Bryan heran

"Nenek sihir datang " ucapnya  melihat kedatangan Intan dan keluarganya bahkan mertuanya juga ikut

"Huss.. kamu ini, ya sudah kita pamit dulu yah. Senyum dong" ucap Bryan..

"Anna hanya menampilkan senyun manisnya." Hal tersebut tidak lepas dari pengamatan seseorang  dari antara orang yang baru datang tadi..
Miris... sakit sekali rasanya melihat ia tersenyum manis seperti itu pada orang lain

"Mark,than, kami pulang dulu ya. Kami akan datang lagi kok." Ucapnya sambil menggemgam tangan Anna dan membawanya keluar dari ruangan itu.

Begitu mereka berdua keluar, suasana di ruangan itu sangat hening.. tidak ada yang berani memulai pembicaraan

"Sejak kapan dia disini?" Tanya Intan tiba-tiba memecah keheningan

"sejak dokter selesai memeriksa ibu tadi kak" jawab Kanaya 

"huffttt, untuk apalagi dia kesini, dasar tidak tahu malu" omelnya

"udah ya kak, aku harap kakak jangan buat keributan disini. biar bagaimanapun kak Anne adalah anak kandung dari ibu,  kakak kami berdua. jadi tidak ada salahnya jika ia datang kesini," jawab Yonathan

"aku sangat bersyukur dia mau datang kesini, ya walaupun mungkin alasannya hanya untuk ibu, tapi setidaknya aku sangat bersyukur dengan itu, mengingat semua yang telah terjadi dengan kak Anne, pasti sangat berat untuk memaafkan perbuatan kita waktu itu. dengan kedatangan kak Anne aku yakin ibu pasti akan segera sembuh." Ucap Mark

"amin" ucap Yonathan

sedangkan Intan hanya mendengus kesal. tiba-tiba saja Vano yang sedari tadi diam. langsung keluar dari ruangan dengan buru-buru.


sementara itu, Anna dan Bryan hanya berjalan santai menuju mobilnya. tiba-tiba ada yang berteriak memanggil

"Anne... Anne.. aku mohonn... tolong berhenti sebentar."

"Anna yang melihat Vano di belakang dan berlari kearahnya langsung terkejut dan secara spontan mengeratkan genggamannya pada tangan sang suami. sedangkan Bryan sendiri juga tidak kalah terkejut melihat laki-laki yang berada sekita 5 meter di belakang mereka.

"Angel.. aku mohon,, kita harus bicara.. aku mohon.." pinta Vano dengan suara sangat lirih

"Don't call me again with the name, I  don't want to hear the name." ucapnya dengan pandangan yang penuh amarah dan dendam.

"okay.. maafkan aku. Aku ingin bicara sebentar denganmu.."

"saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan tuan Devano yang terhormat." jawabnya dingin

"aku tahu aku salah Ne, aku mohon banyak hal harus kita bicarakan. sudah cukup keluarga kita berantakan selama 21 tahun ini Anne,aku mohon apa kamu tidak kasihan dengan  keadaan ibu yang seperti ini.."

"hahah... keluarga katamu? keluarga apa yang membuang anaknya sendiri hah?.. 21 tahun dua puluh satu tahun tidak dianggap. apa kamu tahu bagaiman rasanya tuan? kamu tahu? tentu tidak. bukankah kamu sangat senang melihat saya menderita seperti ini.. ah, sudahlah. tidak ada yang perlu kita bicarakan. semua sudah berlalu dan tidak akan bisa diulangi lagi. dan ketahuilah, saya dan suami saya  tentang  keluarga kalian untuk selamanya. kamu bisa pegang ucapan saya tuan Devano."

"dasar tidak tahu malu, masih syukur anak saya mau berbicara dengan kamu, tapi lihatlah siapa sebenarnya gadis polos yang kamu bangga-banggakan ini dulu Vano. Dia tdak lebih dari seorang wanita munafik. PEMBUNUH. JALANG. saya sangat menyesal pernah menginginkan kamu menjadi menantu dan mengnggap kamu anak yang baik" ucap Imeda (a.k ibunda Vano) yang tiba-tiba datang ke rumah sakit  hendak menjenguk Ny.Gracia bersama suaminya.

sakit... sangat sakit rasanya mendengar perkataan dari Ny. imelda kepadaa Anna. tapi Anna tetap berusaha terlihat tegar dihadapan wanita yang dulunya sangat disayanginya itu.

"mah.. " bentak Vano

Bryan sudah mengepalkan tangannya. ia sangat marah mendengar perkataan wanita di depannya.

"silahkan berkomentarlah sepuas anda tentang saya. seberapa buruk saya dimata anda, saya tidak peduli. karena anda tidak tahu apa-apa kebenarannya tentang saya." jawabnya dingin dan langsung berlalu mengajak sang suami

" mah, mama ini apa-apaan sih. mama sadar apa nggak sama apa yang mama bicarakan, mama itu salah besar menilai Anne seperti itu, salah besar ma" ucap Vano frustasi

"maksud kamu apa sih Van, sudah jelas-jelas dia itu wanita nggak benar. ah sudahlah. mama mau jenguk mertuamu dulu."

Sementara Vano segera menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu alamat Anne di Indonesia, karena dia memang harus minta maaf pada Anne.












PELANGI SEHABIS HUJAN (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang