17. Hacking My BF's Phone

1.4K 131 29
                                    

Kalo berantem sama pacar, enaknya jambak-jambakan apa cuman perang mulut aja?

Lemme know, ya~

Selamat membachah~

[]

"Aku, intinya juga, nggak mau kenalan sama orang yang gak jelas siapa wajahnya, kan? Aku nggak nanggepin mereka juga!" bantah Mas Bayu.

Aku menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan dalam sepuluh hitungan. Cara ini cukup efektif untuk membuatku tidak ikut meledak. Padahal, aku rasanya ingin melempar sesuatu gitu ke muka dia. Namun, aku urung. Aku udah kecewa dan nggak tahu mau gimana lagi ngadepin Mas Bayu.

"Kok diem, Nong?"

Aku tersenyum. "Emang kamu nggak nanggepin yang nggak jelas, sih, Mas. Aku nggak tahu juga. Cuman, aku nggak sukanya kamu bohong pas kamu bilang kamu nggak pake Blued. Aku emang gampang dibodohin sih, ya. Cukup tahu."

Mas Bayu terdiam. Dia kini fokus untuk menyetir.

Sebenernya malam ini aku nggak mau buat ketemu Mas Bayu setelah berpura-pura jadi orang yang tertarik dan mau ngajak kenalan. Mungkin aku yang nggak biasa bohong, ketika Mas Bayu minta dikirim foto, aku langsung kasih fotoku. Sehabis itu, dia telepon sambil maksa-maksa buat ketemu. Dia perlu menjelaskan sesuatu padaku.

"Kamu cari apa di sana, Mas?" tanyaku kemudian.

"Iseng aja, Nong. Udah, ya. Nggak usah dibahas lagi," pinta Mas Bayu.

"Mau dihapus akunnya, nggak?" tantangku.

"Udaaah! Kan tadi kamu udah lihat kalau aku udah hapus aplikasinya juga," ucap Mas Bayu yang sebenernya semakin buat aku marah.

Aku dibegoin sebegininya, lho. Hapus akun berarti kamu beneran nggak punya akun di sana, tapi kalau hapus aplikasi, itu berarti kamu masih punya akun yang bisa dibuka. Dan Mas Bayu kekeh kalau dia udah hapus semuanya.

Ini orang sok pinter dan sok ngadalin. Sumpah. Kecewa aku sama Mas Bayu. Ini udah bener-bener di pucuk banget rasa marahnya.

"Lha kamu masih sayang sama Mas Bayu?"

"Gimana, ya? Kalau diibaratin, kayaknya cuman FWB. Entah. Baru nggak pingin mikir masalah ini, Jul."

"Kamu nggak turun?" tanya Mas Bayu ketika kami sudah sampai di warung makan kembali. "Makan, yuk. Aku masakin cumi kesukaan kamu, Nong."

Aku akhirnya membuka pintu mobil dan berjalan di belakang Mas Bayu. Kalau nggak inget baru marah, sebenernya pantat Mas Bayu itu gemesin banget. Padat dan besar. Ya ampun. Pingin nabokin pake papan cucian biar rata.

"Kamu di kamar dulu, ya. Ini Hasna mau ke sini ambil pesenan," seloroh Mas Bayu. "Mau teh anget?"

Aku mengangguk dalam keadaan masih gondok. Setelah mendapat teh hangat, aku kemudian berada di kamar sambil mendengarkan obrolan-obrolan yang terjadi di luar sana.

Kadang, aku merasa jika Mas Bayu masih kelewat jaim. Ketika ngobrol denganku, dia menggunakan bahasa Indonesia, tapi ketika bersama orang lain, dia memakai bahasa Jawa. Kayak, orang pacaran kudu banget pakai bahasa Indonesia? Ini common di daerah Jawa, sih. Kalau daerah kayak Ibu Kota, yang biasanya lo-gue, jadi aku-kamu.

"Mas? Pesenanku udah jadi?"

Suara Hasna tiba-tiba mengisi pendengaranku. Nggak tahu kenapa, aku merasa kasihan sama Hasna. Serius. Aku kalau dibilang cemburu, ya aku cemburu sama Hasna. Namun, setelah melihat kelakuan Mas Bayu, aku merasa sangat-sangat kasihan dengan kondisi Hasna.

Kalau aku jadi Hasna, dimana posisi cewek itu udah tahu kalau Mas Bayu emang masih main sama cowok, aku milih mundur. Cowok itu payah kalau selingkuh. Cowok ditakdirkan untuk fokus dalam satu hal saja. Jika berat salah satu, maka akan terasa bagaimana timpangnya perhatian yang diberikan.

Love Me HarderWo Geschichten leben. Entdecke jetzt