09. Masa Lalu dan Sedikit Tawaran Masa Depan

2.3K 140 18
                                    


Dengan berat hati aku merelakan kontak Steven hilang dari peredaran. Aku juga sudah minta izin dan minta maaf kepada salah satu teman dunia maya.

Bagaimana jika Mas Bayu tahu tentang Lazuardi? Apakah dia juga tidak mengizinkanku untuk berkomunikasi dengan dia? Aku nggak bisa dan nggak akan pernah memberi tahu sosok yang aku sayang sebelum dan saat ini.

Ya, meski aku nggak pernah melihat sosok Lazuardi, tapi aku pernah mendengar suara serak-serak basahnya. Rokok dan minuman keras menyebabkan pita suaranya mengeluarkan suara macho abis. Penyanyi rock emang gitu, sih. Dari dia pun aku tahu lagu-lagu lawas yang emang bagus, meski itu genre rock.

Lazuardi... sosok yang aku kenal selama lebih dari setahun. Aku tahu suka-duka yang pernah dia hadapi. Beberapa masalah keluarga juga pasangan, aku sedikit tahu. Bagaimana dia merasa menemukan sosok adik yang lebih manis tingkahnya dari adik kandung, bahkan pacarnya sendiri.

Lazuardi pernah mengadoku tas dan kemeja yang sampai sekarang aku sayang sekali untuk memakai. Kecuali tas. Aku selalu memakainya kemanapun aku pergi. Tas punggung yang kadang aku ibaratkan sebuah pelukan dan dorongan dari belakang untuk hari-hariku yang kadang terasa biasa saja.

Dan sekarang, aku sedang memeluk tas erat. Berharap Lazuardi ada di sini dan menyemangatiku. Sampai-sampai Mas Bayu marah karena aku enggan meletakkan tas di kursi belakang.

"Aku minta maaf soal nggak boleh lagi kamu komunikasi sama temenmu. Itu juga buat kebaikan kamu, kok, Gy. Biar kamu juga sekarang melihat dunia luar sana. Kan kamu hidup di dunia nyata, bukan dunia maya," ujar Mas Bayu setelah kami separuh perjalanan dari warung makan Mas Bayu.

Aku hanya menganggukkan kepala. Namun, di dalam hati aku berontak.

Dunia maya, gundulmu. Karena dunia maya juga, kita juga bertemu, kan?

"Nanti kerja jangan lupa makan siang. Kamu kalau ambekan gini biasanya nggak makan. Nanti malah makin kurus, lho," ujar Mas Bayu. Jarinnya mentoel pipiku.

"Iyaaa. Aku janji makan teratur," ujarku.

Gimana nggak teratur? Kadang kalau kita makan di luar, aku yang sering ngehabisin pesenan dia yang kadang di luar batas. Kadang, terlalu banyak dia memesannya.

Kududuk diam di kursi sebelah. Sementara Mas Bayu yang sudah capek dengan belanja untuk jualan nanti sore, membuat mood baikan dengan mendengarkan lagu dangdut koplo. Salah satu genre musik yang nggak pernah aku simpan di memori otak, ponsel dan laptop.

Aku diantar tepat di depan gang masuk rumah. Aku belum mengizinkan Mas Bayu untu main di rumah dan berkenalan dengan orangtuaku.

Boleh, kok. Cuman... apakah perlu? Terus aku harus memberi alasan orangtuaku apa?

"Makasih, udah nganterin aku, Mas," ujarku sambil mengamil tangannya untuk salim. Sudah kebiasaan untukku melakukan ini.

Dan selalu ingat untuk berterimakasih. Serius. Aku pernah mendapat cerita dari Mas Bayu jika mantan pacarnya tidak pernah mengucapkan terimakasih untuk hal-hal yang pernah dia lakukan untuk si mantan.

Maksudku, aku akan menghindari hal yang nggak dia suka. Bahkan, jika aku putus dengan Mas Bayu, setidaknya aku menghindari hal ini. Dia akan menceritakan keburukkanku. Ya, tapi, ini emang sudah kebiasaan, sih. Aku kalau habis turun angkot dan membayar, juga mengucapkan terimakasih kepada pak supir yang sudah mengantarku sampai tujuan dengan selamat.

Kadang, sih. Apalagi kalau bapak supirnya emang nyupirnya enak. Dan Mas Bayu enak nyupirnya. Dia sudah handal. Bahkan, dia sering mengebut, sih, sebenarnya yang kadang bikin aku nahan napas karena takut. Apalagi kalau sedang dalam tikungan.

Love Me HarderWhere stories live. Discover now