Here We Go Again

4.1K 206 3
                                    

Kriiiiiing !!!!! Bel sekolah berbunyi nyaring tepat pada jam 10.45 menandakan waktu istirahat siswa SMA. Bunyi bel istirahat adalah salah satu bunyi yang disukai para siswa selain pengumuman libur mendadak.

Aku dan Nate merapikan meja kami. Meja anak baru itu-Fathir-mulai dikerumuni beberapa siswa seperti artis dikerumuni segerombolan paparazi. Aku sudah menduga hal itu akan terjadi. Maklum, dia anak baru.

"Fathir, kamu imut deh" kata Aireen kemudian melarikan diri ke luar kelas karena disorakin dengan anak-anak kelas. SKSD gitu.

"Reen memang seperti itu" kata gadis yang berdiri di sebelah Fathir. Si langganan juara 1, Yasmin Aulia.

Fathir mengangguk pelan. Dia baru saja masuk ke kelas yang asing ini dan sekarang dia dikerumuni teman sekelasnya yang dianggapnya aneh.

"Woi, woi ! Udah dulu kenalannya ! Fathir, yuk ke kantin" seru seseorang dari belakang kerumunan yang lain tak bukan, si ketua ketua kelas, Faris. Secara automatis, kerumunan tadi bubar.

Aku dan Nate berjalan ke kantin mengabaikan kerumunan anak-anak tadi. Kurasa cukup dengan mengetahui namanya. Lagipula dia kelihatan kurang friendly. Dan hari ini dia telah memalukanku sewaktu kelas matematika. Keajaiban apakah ini ?!

"ADEL, AWAS !"

Sialan. Amat hari ini. Aku kepeleset di tangga. Di depan anak baru itu. Gara-gara mikirin dia. Great. The day was a disaster. Dan puncanya adalah dia. Si Fathir. Aku tak tahu. Mungkin saja dia sedang menahan tawa melihatku dalam keadaan ini.

"Lo nggak apa-apa, Del ?" Nate membantuku berdiri. Rasanya ada puluhan mata yang menatapku. Kakak kelas maupun juga teman-teman seangkatanku memerhatikanku. Ini sangat memalukan !

"Gue nggak apa-apa" Aku bangun dan seraya menarik tangan Nate seperti kecelakaan tadi tidak berlaku. "Ayo ke kantin"

...

"Lo tadi kenapa, Del ? Kagak liat jalan nyampe jatuh ?" Nate menyesap teh dinginnya. Setelah membeli makanan, kami duduk di sebuah set kursi meja piknik yang diteduhi sebuah pohon berdaun lebat.

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Bingung apakah harus aku mengatakannya.

"Gue ngelamun"

Tepat setelah aku mengucap kata itu, Nate terbatuk-batuk. Untung tehnya nggak disembur ke wajahku.

"APA ! Lu ngelamun terus jatuh ?" Kali ini Nate tertawa terbahak-bahak persis seperti setelah mendengar lelucon. Alasan yang tidak masuk akal. Memang. Tapi itulah faktanya.

"Wow, lucu sekali ya ?" Komentarku sarkastik. Nate mendiamkan diri tapi mulutnya masih mengunyah burger daging buatan Mbak Rani. Kelihatannya dia sedang memikirkan sesuatu yang tak jelas.

Tiba-tiba dia mendekat. "Lo kesurupan, Del" kata Nate menepuk pundakku pelan.

Aku hanya merengus ketika dikatakan seperti itu. Dengan sigap aku segera mencubit pipi Nate yang kebetulan agak berisi. Nate kemudian berlari ke arahku untuk membalas. Aku segera berlari ke belakang Aprilia yang sedang membawa semangkuk bakso panas. Dia kelihatan kewalahan membawanya ketika aku menggunakannya sebagai perisai.

"ADEL !! NATE !!" teriaknya keras dan membuat kami berhenti berkejaran. Matanya disebalik kaca mata sedang menatap kami tajam. Dia meletakkan bakso itu di atas meja piknik.

"Kalian ini memang mencari masalah !" Aprilia kemudian mengejar kami. Aku dan Nate tidak mempunyai pilihan selain berolahraga mengelilingi taman kecil itu. Begitulah aktivitas kami sehari-hari yang tidak kalah dengan anak kelas satu SD.

Aku dan Nate kembali melahap burger daging. Aprilia juga sedang meminum kuah baksonya. Hening terselit diantara kami yang sedang menikmati makanan.

"Ngomong-ngomong lu jatuh di tangga tadi, Del ?" Aprilia memecah keheningan setelah menghabiskan baksonya. Aku terdiam. Membiarkan dua makhluk di depanku menatapku.

"Gue-"

"Jatuh karena ngelamun" potong Nate. Aku merengus. Cepat atau lambat Aprilia akan tau juga.

"Serius ? Gue kira kira lu kesandung atau kepeleset gitu" kata Aprilia. Wajahnya tidak menunjukkan tanda mau ketawa melainkan wajahnya yang serius dan tegas. Aku bersyukur responnya tidak separah Nate.

"Lo ngelamunin ap-"

Kriiiiiing !!!!!! Suara Aprilia tenggelam di dalam bunyi nyaring bel masuk.

"Apa ?" Aku memintanya mengulang soalannya.

"Nggak. Bukan apa-apa" Dia menggeleng.

Sebenarnya aku tau apa yang ingin ditanyakannya. Tetapi lebih baik aku tidak memperpanjang masalahku tentang si anak baru itu, Fathir Khuarizmi. Cowo yang membuatku membenci dirinya pada hari pertama dia masuk.

Author Note

Hellow~~~ makasih karena udh baca !! Vomments please :)

Miss Idiot & Mr. Newton [hiatus]Where stories live. Discover now