" Saya permisi untuk membersihkan diri, silahkan menikmati hidangan yang ada " ucap ku 'sok' sopan kepada kedua orang tua Jaemin.
" Silahkan cantik, kami akan menunggu disini " sama seperti dulu, Ny.Choi masih tetap lembut sampai sekarang.
Jadi setelah aku berlama lama didalam kamar ku ini, akhirnya aku keluar karna eomma sudah mengamuk, jadi aku harus keluar jika tidak ingin pintu ini di hancurkan oleh eomma.
" jadi kedatangan kami disini, untuk membicarakan kembali tentang rencana perjodohan ini" ucap Tuan Choi, " jadi sebelum nya, kami ingin bertanya kepada Vee, apakah kamu setuju untuk menikah dengan Jaemin? Kalau Jaemin tidak perlu ditanya lagi, sudah pasti ia sangat setuju" Tuan Choi seperti nya sengaja menggoda putranya, aku bingung ingin menjawab apa, tapi saat aku menatap mata eomma, lantas saja aku mengangguk mengiyakan. Dan ku dengar napas lega dari mereka semua.
" jadi kapan pernikahan ini akan terlaksana? "
Dan mereka terus berbincang sementara aku bosan dan hanya menganggukan kepala tanda aku setuju, padahal aku tidak mengerti apa yang aku setujui.
" Vee, bisakah kita berbicara di Taman sana" kutolehkan kepala ku melihat Jaemin yang duduk disebelah ku sambil menunjuk kearah Taman rumahku.
" hmm " ucap ku acuh tak acuh.
" Paman Bibi, Eomma Appa. Aku dan Vee ijin ketaman "
Seketika para orangtua tersenyum dan langsung menganggukkan kepala mereka dengan sangat antusias.
Suasana ditaman ini sangat hening dan dingin, untung saja tadi aku sudah mengenakan mantel hangat ku, tidak ada yang berbicara, hanya suara semilir angin yang mengisi keheningan ini.
" Vee "
" Hmm "
" saat kita sudah menikah nanti, bisakah kita tetap menjadi teman?"
" maksudmu? "
" aku tahu bahwa kau membenciku semenjak kau tahu bahwa kita dijodohkan.
Aku ingin kita tetap seperti saat kita kecil, tidak ada kebencian diantara kita. Bisakah? " Aku bingung harus menjawab apa, disatu sisi aku tidak membenci Jaemin dan disisi lain aku kesal padanya, mengapa ia tidak menolak perjodohan ini?
" aku ingin bertanya pada mu, mengapa kau tidak menolak perjodohan ini? apa jangan jangan kamu yang menyuruh orang tua mu untuk merencanakan semua ini? " seketika otak ku langsung berpikir bahwa Jaemin lah yang merencanakan perjodohan ini dengan menggunakan kekuasaan orang tuanya, sungguh sulit dipercaya, Jaemin naif dan lugu sudah berubah menjadi rubah yang licik.
" Tidak Vee, sejak kecil memang kita sudah dijodohkan, dan juga aku tidak ingin membuat kedua orang tua ku, sedih. Lagipula tidak ingat kah kamu waktu kecil kita pernah berjanji untuk menikah disaat dewasa nanti? sekarang kita telah dewasa dan sudah saat nya untuk kita menepati janji tersebut " ucap Jaemin tersenyum.
Seketika aku mencoba mengingat, apakah aku pernah berjanji seperti itu? sialan! harus ku akui jika ingatan Jaemin sangat lah tajam, aku saja sudah lupa jika Jaemin tidak mengatakannya.
" tapi kan saat itu kita masih kecil, aku belum mengenal Cinta dan juga dulu walaupun kamu gendut kamu tetap menggemaskan, tapi sekarang lihatlah dirimu! gendut? iya, menggemaskan? Hueek " aku memperagakan orang yang sedang muntah, aku memang jahat. Tapi aku harus terus menyakiti Jaemin agar ia menolak perjodohan ini.
" Tapi Vee, bukan hanya janji itu yang membuat aku ingin menikah dengan mu, aku memang sudah mencintaimu sejak kita kecil, dan sampai sekarang Cinta itu masih tetap ada" ucap Jaemin bersungguh-sungguh sambil menatap mataku.
Aku membeku, tak kusangka jika Jaemin masih mencintaiku sampai sekarang, padahal aku sudah melupakan nya semenjak ia pergi meninggalkan ku, tanpa surat dan pesan. Aku benci mengingat itu.
Dia memang Cinta pertama ku, tapi dia hanyalah Cinta monyet ku,
Cinta yang tak pernah aku anggap ada. Dulu ia sangat menggemaskan, bertubuh gempal dan membuat ku selalu ingin mencium pipinya. Tapi sekarang keadaan sudah berubah, aku memiliki seseorang yang sangat aku cintai.
Dan aku harap Jaemin juga dapat menemukan seseorang yang mencintainya dengan tulus dan kami berbahagia bersama pasangan masing masing.
" lalu aku harus apa? Apakah aku harus menerima dan membalas cintai mu itu" ucap ku sinis, aku harus mematikan Cinta Jaemin pada ku. Aku tidak boleh membiarkan Cinta itu tumbuh dan akan menyakiti Jaemin nantinya. Lebih baik sakit diawal daripada sakit diujung.
" tidak perlu, yang perlu kamu lakukan hanyalah menerima bahwa aku adalah calon suami mu dan bahagia kan orang tua kita "
" apa aku sudah bilang bahwa aku menerima mu sebagai calon suamiku? " ucap ku kesal, memangnya dia siapa sampai sampai menganggap dirinya calon suami ku, ya walau kenyataan nya memang benar.
" Ya tadi kau sudah menganggukan kepala mu saat ditanya Appaku apakah kau bersedia menikah dengan ku apa tidak "
Jleb...
Perkataan nya seketika membungkam mulutku, aku menyesal telah menerima nya tadi, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan selain menerima Jaemin. mungkin semua ini adalah takdir yang harus aku jalankan.
💬
💬
💬
Kuy koment kuyyy
🌟
🌟
🌟
Kuy vote kuy
YOU ARE READING
My Big Husband •내 뚱뚱한 남편•
FanfictionRank #1-gendut 23/04/19 Rank #1-kecil 12/03/19 Rank #1-married 15/10/18 Cerita ini berlatarkan Korea tetapi ini bukan tentang KPop, jadi jangan menyangkutpautkan dengan idol K-Pop thnks Kim Veera Seorang gadis yang hampir berumur 24 tahun Yang suda...
03.장래 남편?
Start from the beginning
