31: Sebelum Keberangkatan

1.8K 141 22
                                    


"Dek besok jam berangkatnya siang, soalnya pagi-pagi kakak ada kerjaan bentar," kata Baim ketika melihat Radinka yang baru saja keluar dari kamarnya.

Radinka menguap sejenak setelahnya mengangkat jempolnya tanda 'oke' lalu langkahnya menuju dapur yang sudah mengeluarkan aroma ayam goreng. Siapa lagi jika bukan Reana yang sedang bertempur dengan menu kesukaan mereka.

"Lapeerrr!" seru Radinka terkikik.

Reana menolehkan kepalanya sebentar dan mencebik, "Laper ya makan, sebelum makan ya masak!" sindirnya.

Tawa Radinka berderai di sana, "Nggak mau ah, maunya makan buatan kamu, 'kan nanti bakalan susah buat menikmati masakan ala chef Reana untel."

Reana sudah terharu sebelumnya namun ketika kata terakhir masuk ke telinganya, mulutnya maju lima centi dengan tangan yang memegang spatula dia hentak-hentakkan pada wajan.

"Hahahahahaha, jangan marah kali, ntar juga kamu kangen sama candaan diriku."

"Ish! Kak Baim! adekmu ini ngeselin banget deh. Jangan buat gue nangis malam-malam gini ya, Di," ucap Reana dengan suara yang bergetar.

Radinka masih tertawa sambil mendekati sahabatnya itu dan memeluk bahu Reana dari samping. "Aah, aku sayang sama kamu Re!"

"Kalau sayang nggak ninggalin! nggak pernah ngerasain sih yang namanya; ditinggal pas lagi sayang-sayangnya!"

Kembali suara tawa Radinka menggema di sana. Dia mengusap perutnya yang sedikit perih akibat terlalu banyak tawa. "Aku pernah ngerasain semua rasa sakit kok."

Reana berhenti mengaduk masakannya dan kini pandangannya terfokus pada Radinka yang masih menyandarkan kepala di bahunya.

"Maaf." Reana menyesali perbuatannya yang tak sengaja mengingatkan sahabatnya itu pada lelaki kejam yang sering mengunuskan ucapan tajam padanya itu.

"B aja kali." Radinka membalas dengan kekehan.

"Lo yakin?" tanya Reana sembari memasang wajah seriusnya menghadap Radinka.

Radinka mengembuskan napas sejenak kemudian kepalanya mengangguk. "Ya, aku sakit jika harus berada di sini," ucapnya.

"Apa lo enggak memikirkan persahabatan kita? lo enggak sayang sama kita?" Reana berucap dengan lirih.

"Maaf, tapi ini sudah menjadi keputusanku. Kita masih bisa bersahabat, jarak bukan masalah, Re." Sebuah senyum terukir di bibir Radinka, jika ditanya apakah dia tidak memikirkan persahabatan mereka, tentunya Radinka menjawab dia sangat memikirkan mereka, bahkan terasa berat kala mengingat hitungan jam dia akan meninggalkan mereka.

***

Akina menimang ponsel yang berada di genggamannya saat ini, sejak tadi dia berpikir apakah dia harus menanyakan perasaan gadis yang dicintai Kakaknya itu. Entah kenapa, Akina merasa yakin sekali jika cinta kakaknya tidak lah tidak bersambut, Akina yakin mereka berdua saling mencintai.

Maka dari itu akhirnya jemari gadis manis itu menari di layar ponsel, mengetikkan sebuah pesan untuk dikirim pada Radinka.

-Kina dengar, katanya besok Ayuk ke Bandung?

Syukurnya tak lama dari sana Radinka membalas pesannya.

Ayuk Di
-Iya sayang. Kina yg rajin ya sekolahnya, jaga Mamak dek, jgn lost contact sama Ayuk ya syg.

Akina menggangukkan kepalanya saat membaca pesan tersebut.

-Pasti Yuk.
-Yuk, nggak ke rmh? hehe syp tau mau buat kenang-kenangan sama abng.

Luka dalam Prasangka ✔Where stories live. Discover now