16: Ada Rasa yang Tak Terucap

1.6K 143 11
                                    

Happy reading

Jan lupa VOTE yaa kek part kemaren, kalian kasih vote, bahagia akutuhh...


🌹🌹🌹

Sejak kepulangan Radinka tadi, Reana hanya bisa mematung dalam diam, dia sempat kaget karena melihat penampilan sang sahabat yang sangat mengenaskan, mata bengkak dan wajah yang basah karena air mata. Ingin sekali dia bertanya tapi dia tahu sifat Radinka yang tidak mau menceritakan apa yang terjadi padanya.

"Ya Allah, dia kenapa sih. Dia pergi ke mana tadi, apa jangan-jangan ada seseorang yang berbuat jahat padanya?!"

Dengan memberanikan diri Reana berjalan menuju kamar Radinka yang tertutup rapat, "Di, lo kenapa? ada masalah? atau ada orang yang nyakiti lo?" teriaknya di depan pintu. Tidak ada jawaban yang mengundang rasa cemas Reana semakin besar.

"Di, gue mohon! cerita sama gue."

Radinka membalas sedikit berteriak dalam kamar, "Aku enggak apa-apa kok, kamu tidur aja, Re. Ini udah malam," katanya dengan suara parau.

Nyata banget lo sedang apa-apa Di.

"Gue merasa jadi sahabat yang enggak baik! gue enggak pernah tahu masalah yang lo alami, gue enggak bisa---"

Ucapan Reana terpotong karena Radinka langsung menyahut dari dalam, "Jangan lebay, Re!" suara kekehan yang sirat paksaan milik gadis yang masih menahan tangis itu terdengar sedangkan Reana mendengus sebal, "udah tidur sana, besok kamu ada jam pagi, 'kan." kalimat itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan untuk Reana.

"Terserah lo, Di. Terserah!" teriak Reana kesal sambil menghentakkan kakinya berjalan kembali ke kamarnya.

Radinka yang mendengar kekesalan Reana hanya mampu tersenyum, bukan tidak ingin bercerita hanya saja yang membuat dia seperti ini adalah Arya, sahabat mereka. Dia tidak ingin Reana dan Arya bertengkar hanya karena dirinya.

Lelehan bening dari matanya kembali menetes, ucapan menyakitkan Arya di cafe tadi seolah melekat diindera pendengarannya. Sepeduli itu Arya pada Dhelia bahkan setelah gadis itu membatalkan menyewa band mereka.

Arya bukan lelaki yang menerima dengan lapang dada pada orang yang mengecewakannya, tetapi pada Dhelia?

Radinka kembali terisak. Tidak akan ada tempat dirinya dihati laki-laki itu, cinta Arya sepertinya sudah diambil alih oleh Dhelia. Rasa yang dia miliki tidak mungkin bisa terbalas. 5 tahun mencintai Arya dalam diam sepertinya tidak cukup untuknya, harus berapa tahun lagi untuk dia bisa mengutarakan rasanya? sampai kapan? sampai kapan dia mencintai tanpa ada balasan.

Malam itu sudut-sudut kamar, menjadi saksi betapa sakitnya rasa yang Radinka pendam, betapa hancur hatinya mencintai sang sahabat yang semakin sulit dijangkau.

🌹

Reana keluar dari kelas setelah dosen meninggalkan kelas beberapa menit yang lalu, dia berjalan menuruni tangga menuju kantin seperti biasa. Dia masih terpikir pada Radinka semalam, apa yang membuat sahabatnya menangis seperti itu. Bahkan pagi tadi mata Radinka semakin membengkak, dia yakin gadis itu menangis kejer semalaman.

"Hoy! melamun bae, kesandung batu tau rasa lo," kejut Didit dari belakang membuat Reana memutar kepala memandangi lelaki gondrong yang sudah cengengesan di sampingnya.

"Kapan lo pulang, A'. Kok kita enggak tahu?"

"Semalam, gue enggak sempat ngabari kalian, sorry."

Mendengus lalu dia mempercepat langkahnya yang cepat-cepat disusul Didit.

Mereka berdua sudah setengah jam berada di kantin, Arya belum keluar dari kelas tadi dan saat ini dia baru saja bisa bergabung bersama Reana dan Didit.

Luka dalam Prasangka ✔Where stories live. Discover now