17: Usaha Enyahkan Rasa

1.5K 141 10
                                    

Assalamualaikum...
Selamat pageeee dan happy weekend, semoga weekend kalian menyenangkan yaaa

Sebelum baca BIASAKAN VOTE, OK cantik??

Selamat membaca,

🌹🌹🌹


Sudah terhitung selama dua minggu sejak kejadian di cafe waktu itu, Radinka mulai perlahan-lahan mengenyahkan rasanya yang terpendam selama 5 tahun itu pada Arya. Dia sudah tidak sanggup rasanya untuk menyakiti hatinya berulang kali karena sikap Arya. Apalagi saat ini laki-laki itu sudah menjadi milik Dhelia, 'kan?

Bukankah bodoh namanya jika dia masih mencintai sepenuh hati kekasih orang. Keputusannya dirasa sudah tepat. Sekalian juga, agar Arya tidak curiga jika dia amat terluka karena ucapannya di cafe dulu, jika dia menunjukkan lukanya, bisa jadi sahabat---sekaligus cemceman---nya itu akan berspekulasi bahwa dia ada rasa padanya, ya meskipun benar.

Tapi 'kan Radinka masih sayang persahabatannya dan salah satu janji persahabatan mereka 'kan tidak ada saling suka apalagi cinta!

Saat berkumpul weekend pun, Radinka hanya sekali hadir dan lainnya dia memilih menghabiskan waktu sendiri, alibinya pergi ke suatu tempat padahal tenggelam ke pulau kapuk. Semuanya dia lakukan akan terhindari dari makhluk bernamakan ARYA. Keputusannya tepat bukan? walaupun pertanyaan beruntun dari Reana dan Didit sering dia dapatkan. Tapi sebisa mungkin dia bisa menjawabnya.

Namun, kali ini dia tidak bisa menghindar karena laki-laki yang dia hindari semalam mengirim pesan bahwa besok dia akan membesuk Daus---Papa Radinka---dan berencana mengajak dirinya karena janjinya pada Veni---Mama Radinka---waktu itu. Jadilah Radinka saat ini sedang duduk di kursi penumpang samping Arya yang sedang mengemudikan mobil milik Radinka dengan tenang.

"Gimana mau move on kalau gini," rutuknya dalam hati.

"Sudah lama banget ya gue enggak kesini," ujar Arya sesekali mengedarkan pandangan keluar, memperhatikan lingkungan yang banyak tanah luas karena daerah sini masih sepi penduduk.

"Nyadar sendiri, 'kan," batin Radinka kembali. Sepertinya dia sekarang lebih memilih membicarakan Arya di dalam hatinya.

Merasa bosan Radinka bergerak mengambil camilan---yang mereka beli di supermarket dekat rumahnya---di bagian belakang, tangannya berusaha meraih kantong putih yang tergeletak di kursi namun masih tak sampai. Akhirnya dia berdiri dan mencondongkan tubuhnya ke belakang sampai mobil mereka melewati jalan berlubang, kepalanya terantuk mengenai ujung kursi.

"Aduuuhhh!" rintihnya memegangi dahi merahnya. Arya langsung meminggirkan mobil dan membantu Radinka untuk duduk kembali di posisi awal. Memegang dahi merah gadis memakai pashmina navy itu dan berkata, "Maaf ya, gue enggak tahu kalau ada lubang di sana."

"Lo sih enggak mau diam," lanjutnya.

Lah, untuk apa meminta maaf jika masih saja menyalahkan Radinka. Meskipun benar yang dia katakan, tapi 'kan Radinka merasa lapar, kalau dia diam saja apa akan ada makhluk lain yang mau menyodorkan camilan ke kursinya? mana ada lah!

"Kalau enggak diam, gimana caranya camilan itu ke depan," balasnya

"Ya 'kan lo bisa minta tolong gue. Makanya punya tangan yang panjang dikit dong."

Luka dalam Prasangka ✔Where stories live. Discover now