20: Bersamamu

1.5K 136 19
                                    

Happy reading ders!

Semoga sukak

Sebelum baca sempatkan vote ok!
Sesudah baca silakan komen, biar rameee. Sedih akutuh lapak ini sepi amaat, melebihi kuburan. Kuburan aja ga sepi-sepi amat tu-,

🌹🌹🌹

Semenjak Reana pulang kampung, Arya dan Didit bergantian menemani Radinka hingga sore hari, tentunya tak hanya berdua-duaan. Disaat Didit menemani, si mantan gondrong itu mengajak sepupunya yang masih libur panjang di Kota ini sedangkan Arya, dia wajib mengajak Akina. Tak jarang pula Akina menginap di rumah Radinka atau Radinka yang tidur di rumah mereka.

Bukan karena takut pada sesembak kunti yang mungkin menjadi penghuni gelap rumahnya hanya saja Reana yang selalu mewanti-wanti terjadinya kemalingan di rumah saat Radinka hanya seorang diri.

Gadis gemuk itu selalu protektif terhadapnya.

Kali ini Radinka ditemani oleh dua beradik yang tengah sibuk dengan dunia mereka sendiri; Arya yang sedang menghafali lagu yang akan The A tampilkan pada perlombaan yang diadakan salah satu Universitas swasta di Kota ini sedangkan Akina sedang membaca novel.

Dan Radinka sendiri memandangi keduanya dengan ke-gabutan yang hakiki.

Membuang napas bosan dan tiba-tiba saja sebuah ide melintas di otaknya. Dia menjentikkan jemari kemudian bergeser memepet Akina dan berbisik, "Dek, ayuk bosan nih. Main apa gitu kek," katanya memelas.

Akina kontan meletakkan novelnya di atas pangkuan dan menatap Radinka seolah bertanya "Mau main apa?" Dan Radinka berbisik kembali. "Main monopoli yuk." Sontak kepala Akina menggeleng.

Wajah Radinka menekuk dengan bibir yang terlipat ke bawah. "Kok enggak mau?" tanyanya

Akina menjawab, "Kina pusing main itu, ribet."

Masih dengan wajah mode ngambeknya Radinka melengos ke sembarang arah, sesekali melirik Arya yang sedang bernyanyi dengan suara kecil. Dia asyik sendiri, merasa enggak ada orang di sini, umpat Radinka.

Akina menepuk bahunya dan menggerakkan tangannya, dia mengusulkan sebuah permainan lain dan mampu membuat wajah ngambek anak Ibu Veni itu berbinar dan mengangkat jempolnya tanda "Oke"

🌹


"Delapan ... sembilan ... sepuluh, cukup!" Suara Arya menggelengar lalu matanya terbuka, pandangannya menyapu sekeliling ruangan sesekali berdecak sebal.

Saat dia asyik-asyiknya berlatih, Akina dengan tampang melasnya memohon mengajak dirinya ikut andil bermain petak umpat yang Arya yakini pengaruh dari Radinka.

Ingin menolak tapi tak kuasa melihat sang adik yang memohon-mohon, jadilah dia mengamini ajakan gadis berbeda 5 tahun darinya itu. Namun naas, saat gambreng dimulai, dia memasang gunting dikalahi oleh dua gadis yang memasang batu.

Dua batu, cocok memang! cibirnya dalam hati.

"Ck! males banget gue. Berasa kayak masih anak-anak main ginian," rutuknya sambil menunduk-nunduk di bawa meja kalau-kalau adiknya atau gadis pandai melamun itu sembunyi di sana.

Radinka yang sedang menahan tawanya hanya mampu terkikik dalam hati seraya menempelkan tubuhnya di dinding agar tak terlihat bahwa dirinya berada di samping rak buku dari kayu jati yang menjulang tinggi sekitar 2 meter itu.

"Jangan ngumpet di kamar ya! curang kalo gitu, gue out kalau sampe kalian di kamar," cibir Arya kembali lalu kakinya melangkah menuju meja makan kemudian menunduk di bawah meja dan, "KENA!" teriaknya menangkap Akina yang sejak tadi menyembunyikan dirinya di sana.

Luka dalam Prasangka ✔Where stories live. Discover now