0

1K 39 1
                                    

Dunia selalu berkutat tentang cinta, menggantung indah bagaikan mainan cantik di genggaman seorang bayi. Merambat semu melalui belaian kelingking ibu yang tak berani bersuara. Mengubah akal menjadi sangka, mengubah nyata menjadi hanya, mengubah bahagia menjadi celaka. Mengubahmu, yang kini menatapku melalui celah kecil kacamata kotakmu, yang dulu pernah membuatku tersenyum geli akan tindakanmu. Mengubahmu menjadi seseorang yang tidak pernah kupikirkan akan menjadi sumber kebahagianku, menjadi pusatku, dan deras aliran darahku. Begitulah kau saat itu dan masih terlihat sama sekarang.

Sejak kapankah rasa ini menemuiku, entah kenapa dan bagaimana, dunia selalu menemukanmu di sekitarku. Dunia selalu menempatkanmu dalam lingkaran di sekitarku tetapi bukan itu yang ingin kupertahankan. Dunia selalu melawanku, dan kamu hanya menatapku diam, dengan seribu rahasia dalam hidupmu yang tak pernah kau biarkan aku menyentuhnya. Dunia selalu berjalan dengan kepercayaan dirinya, membiarkan aku terdiam di tempat yang sama, dalam kesendirian yang mencekikku, tak memberiku ampun sedikitpun dan kau tetap terdiam disana. Kau dengan semua hal yang membuatku bertekuk lutut padamu - diam tak bergerak di sana. Kini aku merasa semua ini- ikatan ini terlalu ringan untuk kuraih.

Aku ingin kembali di tempat pertama kali aku merasakan sebuah kenyamanan dalam tetes hujan di luar kaca yang terlihat dingin mencekam. Aku ingin kembali pada saat dimana hatiku kosong. Aku ingin kembali, sungguh, perasaan ini tidak sedalam yang aku kira, dan sekarang aku hanya ingin kembali. Kenapa kau selalu tak mengijinkanku melewati bayanganmu? Kenapa? Aku yakin tidak membuat janji apapun mengenai hal ini, aku sudah lelah dan aku hanya ingin menemukan tempat yang dulu merasa nyaman. Tempat dimana aku bisa terdiam tanpa meneteskan air mata ketika mengingatmu.

Namun, aku sadar dunia yang aku hadapi sekarang telah berubah, dunia tenang dalam ingatanku telah lepas dari genggamanku. Duniaku bukan lagi milikku sepenuhnya, seseorang telah mengambilnya dan bodohnya, aku melepaskannya begitu saja. Bodohnya, aku tersenyum bahagia ketika kau mengulurkan tangan hangatmu padaku sore itu.

Apakah aku harus memohon dan melepaskan airmataku lagi untukmu ? Apakah aku harus bertahan untukmu ? Berilah aku petunjuk, karena organ tubuhku ini, yang sedang kupegang erat agar tak remuk ini, rasanya sakit sekali. Dan kini, aku merasakan serpihan kaca mengiris tanganku dengan garis halus seperti senyumnya yang terakhir kali aku ingat. Senyum jahat dari bibir manis seperti yang pernah aku rasakan terakhir kali.

Tak kusangka ternyata aku bukanlah pemeran utama. Tentu saja aku tidak bisa meminta akhir yang bahagia dari-Nya, satu-satunya tempatku berharap.

***

SELAMAT MEMBACA CERITA PERTAMAKUU

Serpihan Kaca [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang