Epilog

8.6K 301 99
                                    

Happy Sweet Seventeen
☆BINTANG☆

Malam yang sangat berkesan bagi seorang Bintang. Tujuh belas tahun sudah dirinya menjalani lika-liku kehidupan. Dan hidupnya monokrom, sama seperti tema acara ini. Ia celingak-celinguk, lalu kembali melirik arjoli yang melingkar manis pada pergelangan tangannya.

Pukul delapan malam, tapi empat sahabatnya belum juga menampakkan batang hidung. Tak ada tanda-tanda mereka akan datang, bahkan sudah berkali-kali Bintang menelpon mereka satu per satu. Semuanya off, saat ditelpon via pulsa selalu menolak.

Pemandu acara sudah berdiri di atas panggung, mengenakan jas hitam  selaras dengan bawahannya. Tak lupa merahasiakan identitas diri dengan memakai topeng mata polos berwarna putih. Tak jauh berbeda penampilannya dengan Bintang, hanya dasi saja yang membedakan.

Bintang kesal sambil mengacak rambutnya. Ia berbalik dan menaiki panggung dengan berat hati. Sesuai dengan scene yang direncanakan, Bintang harus menyanyikan lagu Monokrom-Tulus.

L

embaran foto hitam putih
Aku coba ingat lagi
Warna bajumu kala itu
Kali pertama di hidupku
Manusia lain memelukku

Lembaran foto hitam putih
Aku coba ingat lagi
Wangi rumah di sore itu
Kue coklat, balon warna-warni
Pesta hari ulang tahunku

Bintang sesak, di detik ini mereka belum juga datang dan menyanyi bersama. Tolong datang, Bintang ingin menangis.

Dimanapun kalian berada
Ku kirimkan terima kasih
Untuk warna dalam hidupku
Dan banyak kenangan indah
Kau melukis aku

Tiba-tiba saja ada yang membekap mulut Bintang, suara ricuh penonton masuk ke pendengarannya. Lewat celah penglihatan topeng yang dikenakan, Bintang melihat kegelapan. Hitam tanpa adanya tanda-tanda kehidupan.

Bintang diseret oleh dua orang yang tidak diketuhui siapa. Dibawa ke sebuah tempat yang cukup jauh dari kediamannya. Bintang hitung, sudah berpuluh-puluh langkah kaki.

Lembaran foto hitam putih
Kembali teringat malam ku hitung-hitung bintang
Saat mataku sulit tidur, suaramu buatku lelap

Suara perempuan melanjutkan lagu yang sempat Bintang nyanyikan. Samar-samar tapi jelas suaranya mirip seseorang yang Bintang kenal.

Dimanapun kalian berada
Ku kirimkan terima kasih
Untuk warna dalam hidupku
Dan banyak kenangan indah
Kau melukis aku

Kali ini bagai paduan suara, ada perempuan dan laki-laki. Lebih dekat, bahkan tepat di telinga Bintang. Ah, si penculik ikutan bernyanyi, bung! Jelas, suara sahabat-sahabatnya.

Penglihatan Bintang diizinkan terbuka oleh si penculik yang tak lain tak bukan adalah Alvaro. Mulut yang dibekap juga dilepas bekapannya oleh Rafael. Di depan sana, ada Alvira dan Rahma yang membawa kado besar, dan kue tar berlapis-lapis.

Kita tak pernah tahu
Berapa lama kita diberi waktu
Jika aku pergi lebih dulu, jangan lupakan aku
Ini lagu untukmu, ungkapan terima kasihku

Rahma bernyanyi sambil mendekat. Menyodorkan kado besar di pangkuan tangannya. Bintang mengambil alih dengan perasaan senang yang nampak sekali di wajahnya.

"Semuanya!" Rafael melambaikan kedua tangannya ke udara, gerakan tangan untuk mengiringi bagian terakhir lagu Monokrom ciptaan Tulus.

Lembar monokrom hitam putih
Aku coba ingat warna demi warna di hidupku
Tak akan ku mengenal cinta bila bukan karena hati baikmu

Bintang terharu seraya membuka kado tersebut. Benar, jangan lihat sesuatu dari bungkusnya. Bungkus yang besar ternyata isinya hanya beberapa lembar foto polaroid yang dicetak hitam putih.

Bukan foto mereka bersama, tapi foto mereka satu per satu. Tersenyum semua, tak ada yang menangis. Semoga senyuman di sana akan selalu abadi, layaknya kenangan yang ada di dalam sebuah album.

Berbeda dengan yang lain, pose Bintang justru sedang mengorek hidung dan namanya pun ditambahi dengan embel-embel jelek.

Alvira mendekat, ancang-ancang ingin memberi kejutan agar Bintang kesal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alvira mendekat, ancang-ancang ingin memberi kejutan agar Bintang kesal.

Satu....

Dua....

Pluk!

Melempar kue tar tersebut tepat ke wajah Bintang. Si empunya wajah menghela napas pasrah dan berucap, "Oke, bukan cuma Bintang jelek. Tapi Bintang jelek banget...."

Semua terbahak melihat wajah Bintang yang sudah dipenuhi cream cokelat dan vanilla. Monster kue tar. Tak ambil diam, ia mengejar sahabat-sahabatnya untuk dipeperi cream dari wajahnya.

Sampai jauh, entah berakhir di mana.











Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]Where stories live. Discover now