|6| Maaf kesekian kalinya

5.7K 355 18
                                    

Dengan langkah berat, Alvira menyusuri koridor sekolah. Pagi sekali ia datang, hanya satu dua orang saja murid yang lalu lalang. Jika tidak karena jadwalnya piket, mungkin ia tak akan serajin ini.

Saat melewati tangga, ia mempercepat langkahnya. Tangga gelap, lampunya sudah dimatikan memberi kesan horror seketika. Bulu kuduk Alvira sampai naik, beruntung kelasnya di lantai 2, jadi hanya menaiki 1 tangga saja.

Jantung Alvira mencelos begitu ada yang menarik tangannya, detik-detik pertama gadis itu hanya bisa mengatur nafas walaupun lehernya sudah gatal untuk menoleh.

Menyingkirkan semua pikiran negatifnya, akhirnya dengan gerakan perlahan ia menolehkan kepala. Diam, jeritannya tertahan. Kedua matanya berkontak dengan mata cowok di hadapannya ini.

Cowok yang tak lain adalah Gilang, entah apa keperluannya yang jelas Alvira kaget bukan main. Digerakkan pergelangan tangannya yang dicekal Gilang, berusaha melepaskan cekalan yang cukup kencang tersebut. Akan tetapi Gilang justru mempererat  hingga menciptakan ringisan kecil dari bibir Alvira.

"Gue lepas kalau lo turutin kata-kata gue, oke?" ucap Gilang, matanya memberikan amat ketajaman.

Tanpa berpikir panjang, dengan mudahnya kepala Alvira mengangguk. Cowok dengan mata elang ini menyunggingkan senyumnya lalu menghempaskan tangan Alvira begitu saja.

"Sekarang, lo jadi pacar gue. Gak ada penolakan!" Sebelum mendengar bantahan yang keluar dari mulut Alvira, Gilang segera menutup mulut gadis itu menggunakan tangan kosong.

Kedua tangan Alvira tak terkunci begitupun dengan kakinya. Alhasil dengan satu gerakan bersamaan, Alvira menginjak kaki Gilang dan tangannya menyubit pinggang cowok tersebut. Hingga lepaslah tangan Gilang dari mulutnya karena gerakan refleks cowok itu sendiri.

"Punya nyali juga ya lo," remeh Gilang, tak ada tahu-tahunya memang.

"Lo kira cewek gak punya nyali?" Alvira menyiniskan pandangannya, mencari gara-gara dengan singa jantan yang sedang lapar di hadapannya.

Gilang mengangkat bahunya cuek, "Apa pun celotehan lo, lo tetep milik gue, titik!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Gilang bebalik dan melenggang menuju koridor IPS.

Tunggu, Alvira baru ingat. Dia kan Gilang yang pernah bertengkar dengan Alvaro di parkiran, tidak salah lagi pasti ada sangkut pautnya dengan Alvaro. Alhasil dengan sesegera mungkin, melupakan kewajibannya untuk piket, tak peduli dengan PR, ia berlari menuju kelas Alvaro.

Langkah Alvira terhenti, menormalkan detak jantungnya karena berlari. Ia hanya mematung di tempat, menatap pintu kelas Alvaro yang tertulis

HARAP TUTUP PINTU KEMBALI

Biasa, orang kaya, seangkatan hanya kelas Alvaro saja yang pasang AC. Ah ralat, yang lain nyusul.

"Alvira...." sebuah panggilan familiar terdengar dari belakang, terlontar dari mulut seorang gadis berkuncir kuda yang tengah tergopoh-gopoh menghampiri.

"Rahma ... kangen...." Betapa lebaynya seorang Alvira, tapi beginilah jika sudah bersahabat lama. Sehari tak bertemu rasanya seperti seminggu.

Mereka berpelukan, Alvira yang merindu namun Rahma yang mempererat pelukannya sampai Alvira kesusahan bernafas.

Tiba-tiba deheman seseorang menghentikan ajang keduanya, deheman yang bersumber dari mulut Alvaro. Cowok itu melambaikan tangannya bermaksud menyapa Alvira dan Rahma.

"Kebetulan banget. Al, gue mau ngomong sesuatu," ucap Alvira to the point. Ia tak mau lama-lama terjerumus dalam masalah Alvaro dan Gilang. Ia tahu ribet dan repot urusannya.

Ketua PMR vs Kapten Futsal [Completed]Where stories live. Discover now