•2. -Kembali Merindukan

12 4 6
                                    

▪️▪️▪️


Jakarta, 28 Agustus 2018.

"Assalamu-,"

"ASTAGHFIRULLAH, ALLAHUAKBAR! SETANN!" Teriak laki-laki itu ketika sosok menyeramkan yang ia anggap setan tengah bertatap wajah dengannya. Erlang menutup wajah dengan kedua tangan. Merasa ketakutan.

"Yaallah hamba tidak ingin dirasuki oleh setan ini ya Allah. Kenapa di pagi yang begitu cerah ini ada setan serem di rumah Yatha, yaallah. Tolong hambamu ini yaallah." Erlang terus berkomat-kamit memohon agar sosok yang ia anggap setan itu segera menghilang dihadapannya.

"Husss, husss, pergi sono lo setan. Gue ogah bertatap wajah sama lo." Usir Erlang seperti mengusir seekor kucing.

"Iihh, kak Erlang ini aku, Zyeeta bukan setan. Enak aja samain aku kayak setan."

Erlang mengintip sedikit disela-sela jari tangannya. Apakah benar orang ini eh setan ini Zyeeta adiknya Yatha. Erlang menghela napas lega ketika ternyata benar orang yang ia anggap sebagai setan barusan ternyata Zyeeta. Adik temannya.

"Hufftt..., Kamu kalo mau nakutin orang-orang harusnya di malam hari bukan pagi-pagi buta kayak gini. Yang ada nanti pada gak takut." Ucap Erlang.

"Siapa bilang gak takut, ada kok yang takut."

"Siapa? Mana coba orangnya Cemen banget sih tuh orang." Tanya Erlang menaikan dagu.

"Nih, orang yang dihadapan aku. asal abang tau ini orang bukan Cemen lagi tapi udah kayak banci yang sering mangkal, masa sama hantu aja takut padahal kan boongan. Banci banget kan itu orang?"

Erlang tertohok.

"Wahh sialan itu gue, minta di pites nih anak kutu. Sini gue pites nih ya!"

Zyeeta tertawa. Sesekali meringis karena masker diwajahnya yang sudah mengering itu retak akibat ia tertawa.

"Dih, mengakui. Hahahaha." Zyeeta tertawa terbahak.

"Enggak adek enggak abangnya sama-sama selalu nistain gue. Sini kagak lo anak kutu gue pites sampe benyek!"

"Bunda, Kak Ata! masa aku dikira anak kutu sama bang Erlang! Padahal kan bang Erlang yang lebih mirip kutu. Kutu biawak!"

Zyeeta berbalik berlari masuk kedalam rumah sekencang-kencangnya menjauhkan diri dari manusia semacam Erlang yang akan siap menerkam mangsanya. Yaitu dirinya.

Erlang menarik napas lalu menghembuskannya. Sabar. Kata itulah yang selalu ia ucapkan ketika sedang berhadapan dengan Zyeeta, adik dari seorang Yatha. Bukan hanya untuk adiknya tapi untuk kakaknya juga.

Kadang Erlang heran kenapa dua bersaudara itu selalu saja menguji kejiwaan serta kesabarannya. Apa mereka ingin Erlang cepat-cepat meninggalkan dunia ini? Karena Erlang yang terus-terusan menahan tekanan batinnya saat berhadapan dengan mereka. Bisa gila Erlang jika terus menghadapi sikap bertolak belakang dua bersaudara itu.

Namun, meskipun ia selalu berkata begitu begitu Erlang masih saja tetap berteman dengan Yatha. Tidak ada orang lain yang betah berteman dengan Yatha, hanya Erlang lah teman se-Tk, se-Sd, se-SMP, se-SMA, se-Perkuliahan yang mampu bertahan berteman dengan seorang Yatha. Karena hanya Erlang teman yang dapat memahami dengan segala sikap Yatha.

"Untung batre kesabaran gue masih penuh. Belum entar ngadepin abangnya. Astaghfirullah, hidup ini sungguh penuh dengan cobaan. Sabar, Sabar." Ucapnya sendiri menenangkan diri.

"Ngapain lo nyebut si sabar?"

Erlang terperanjat terkejut dengan kedatangan Yatha yang tiba-tiba.

Bisikan Hati (On Going)Where stories live. Discover now