Prolog

46 8 8
                                    


••••

Setitik Rindu

Sejak setitik rindu terpisahkan koma
Puing kerapuhan mampu bertahan pada jiwa.
Sedemikian sesal yang membawa arti
Namun hujan tetap menyakiti.

Hingga tanah tersadar dahsyatnya hujan.
Perih penantian telah di ujung kebahagiaan.
Sejak setitik rindu terpisahkan koma
Puing kerapuhan tenggelam dalam ruang kerinduan.

Jakarta, 23 Maret 2018

••••

Bogor, 14 Juli 2013

"Yatha, coba tolong ibu sebentar, nak!"

Laki-laki yang diketahui bernama Yatha itu lantas langsung menutup buku catatan miliknya. Buku yang menjadi saksi kisah hidupnya selama ini. Buku itu lah isi dari semua pengalaman yang ia alami selama di dunia ini.

Yatha merapikan buku-buku yang berserakan di meja belajarnya. Sudah rapi. Ia bergegas menuju dapur karena ibunya tadi memanggilnya dan meminta tolong padanya.

"Ada apa Bu?"

"Tolong kamu buang sampah ini ke depan ya, nak. Ibu sedang memasak." Perintah ibu yang di angguki oleh Yatha.

Mata Yatha membinar senang kala melihat sesuatu yang dimasak oleh ibunya. "Wah, pisang goreng. Enak nih kalau di makan pas hujan gini, Bu."

Ibu terkekeh."Iya enak, apalagi kalo pas lagi anget-angetnya. Yasudah, gih kamu buang sampahnya. Ohiya, Payungnya ada di samping rak sepatu ya."

"Oke, Bu."

Yatha keluar rumah dengan membawa satu kantong sampah berwarna hitam dan payung yang ia pegang di tangan satunya. Hujan malam memang lebih dingin daripada hujan saat siang hari. Yatha menghirup udara segar disekitarnya. Ia selalu suka dengan menghirup aroma bau tanah yang diakibatkan oleh hujan. Baginya tidak ada yang lebih menenangkan dari aroma bau tanah yang diakibatkan oleh hujan.

Yatha membuka gerbang lalu membuang sekantong sampah itu pada tempatnya. Ketika akan berbalik, fokus Yatha teralihkan oleh seekor kucing yang sedang berteduh di bawah pohon mangga samping rumahnya. Ia berjalan menuju tempat kucing itu. Berjongkok lalu membelai pucuk kepala si kucing.

"Kasihan kamu kucing. Harusnya kamu bermalam di tempat yang lebih hangat jika sedang hujan. " Racau Yatha. Ia tersenyum ketika ternyata ia hanya percuma mengajak seekor kucing berbicara padanya.

Yatha mengamati kucing itu sambil terus membelai pucuk kepala si kucing. Kucing itu sedikit menutup-nutupkan matanya karena Yatha yang terus membelainya. Mungkin nyaman dan hangat. Mata Yatha tak sengaja melihat bandul kalung yang dipakai kucing itu. Ada tulisan nama bertuliskan 'Chopa'. Oh, jadi kucing ini mempunyai juga berarti ia juga mempunyai majikan?

"Sepertinya kamu tersesat ya Chopa?"

'Meongg...Meongg'

Yatha terkekeh melihat ternyata sedari tadi ia memanggil kucing itu, kucing itu hanya diam tak menanggapi tapi ketika ia menyebutkan namanya ia langsung meracau menyahuti.

Bisikan Hati (On Going)Where stories live. Discover now