Chapter - 27

16 0 0
                                    

"Alva! Mau kemana?"

"Loncat tembok belakang," balas Alvaro tanpa berbalik ke Luna.

"Alvaa!" Panggil Luna pada Alvaro yang belum jauh.

Alvaro berhenti sejenak.

"Oke fine! Gue salah! Gue minta maaf! Gue minta maaf karena gue belum bisa jadi temen yang baik buat lo. Gue belum bisa jadi temen yang selalu dengerin curhatan lo." Tatapan Luna yang tadinya melotot berubah menjadi tatapan sendu.

Tidak lama kemudian Alvaro berbalik ke belakang, tepat di hadapan Luna.

"Nyadar juga lo," Balas Alvaro dengan secuek mungkin.

"Gue ikut," ucap Luna memelas dengan memasang dog eyes.

Ternyata cewek itu minta maaf hanya agar ia bisa ikut dengan Alvaro, pikirnya.

***

Luna dan Alvaro memilih untuk tidak masuk kelas. Mereka telah terlambat setengah jam. Jika Luna dan Alvaro mengikuti pelajaran, maka mereka tidak segampang itu untuk masuk. Mereka harus berdiri di depan pintu kelas dengan sebelah kaki yang di naikkan dan kedua telinga yang dijewer dengan tangannya sendiri. Setelahnya, mereka harus skot jump sebanyak sepuluh kali. Itu telah menjadi budaya SMA Garuda untuk murid-murid yang terlambat. Ya, tak semudah itu, ferguso.

Kini Luna dan Alvaro berada di kantin. Keduanya sedang serius menatap layar ponselnya masing-masing. Mabar ML. Itulah yang sedang mereka lakukan saat ini.

Waktu sangat cepat berlalu. Rasanya baru kemarin mereka bertengkar hebat hanya gara-gara hal sepeleh. Sekarang mereka akrab kembali dan sangat dekat, sedekat nadi.

"You has been slain", suara itulah yang terdengar dari speaker ponsel Alvaro tepat setelah ia kalah.

"YEEE GUE MENANG!!!" Teriak Luna dengan kegirangan setelah sekian lama ia kalah dari Alvaro.

Sesuai perjanjian yang mereka sepakati sebelum mabar, yang kalah harus membayar semua makanan dan minuman yang telah mereka berdua pesan.

"Ah elah. Baru menang sekali doang aja songong lu," sahut Alvaro dengan malas.

"Biarin!" Balas Luna sambil memeletkan lidahnya pada Alvaro.

"Awas lu kalo gak bayar. Jangan ngutang. Malu-maluin gue aja," sambung Luna open card.

Alvaro terkekeh. "Bawel lu ah." Alvaro mengacak-acak puncak rambut Luna lalu pergi untuk membayar.

Alvaro berhenti di depan ibu kantin yang sedang menunggu uang yang akan diberi oleh Alvaro.

"Mie ayam dua, air mineral dua." Ucap Alvaro sesingkat mungkin sambil meraba saku baju dan celananya.

Ia mulai merogoh satu persatu saku baju, kemudian saku celana berulang kali. Apakah ia lupa membawa uang saku?

Tiba-tiba saja seseorang menyodorkan tangan yang di genggamnya selembar uang kepada ibu kantin tersebut yang sedang menunggu.

"Nih, bude."

Alvaro menatap uang yang di genggamnya, kemudian kepalanya mulai mendongak mengikuti pandangannya pada orang itu.

"Raina?"

"Makanya, lain kali jangan lupa bawa uang. Apalagi kalo mau traktir orang." Ucap Raina sedikit menyindir.

Bestfriend Or Boyfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang