TITIK AKHIR XVII

28K 4.7K 212
                                    

Ini adalah salah satu potongan dialog extra part PADAM, yakin kalian nggak mau ikut Po?😋😋

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Ini adalah salah satu potongan dialog extra part PADAM, yakin kalian nggak mau ikut Po?😋😋

😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍

Aku tak mengucapkan apa pun saat akhirnya memilih berlalu, meninggalkan mama dalam tumpukkan rasa bersalah setelah segala pengakuan itu. Aku terlalu kalut, gabungan antara kemarahan dan kekecewaan yang tak  kuketahui, mana yang lebih mendominasi.

Terlalu banyak kejutan dalam hidupku, papa yang meninggal, fakta tentang adik dan ibu tiri, adalah sesuatu yang berusaha kucerna pelan-pelan. Namun, kini kenyataan tentang mama, sebagai dalang dari segala jalinan mengerikan yang membuatku berdarah-darah ini, adalah hal yang sama sekali tak kuduga.

Bahkan aku telah bersikap jahat, merasa paling sakit hingga menganggap pantas membuat manusia lain, yang berkaitan dengan wanita yang dinikahi papa, adalah seseorang yang berhak merasakan kesakitan setimpal, dan tentu saja orang itu adalah Bayanaka. Lelaki yang tak menampakkan batang hidungnya meski sekarang sudah hampir jam dua belas malam.

Aku tersentak saat menyadari, bahwa kakiku memiliki kehendak sendiri. Kini aku berada di lantai bawah, di depan kamar yang diperuntukkan bagi Taksa. Kenapa aku bisa ada di sini?

Tak membiarkan otakku bekerja keras memikirkan alasan, aku memilih memutar handle pintu lalu masuk dengan pelan, berusaha tak menimbulkan suara apa pun.

Kamar ini agak gelap, hanya lampu tidur di atas nakas yang menjadi satu-satunya sumber penerangan, fakta yang cukup mengejutkan karena kamar ini dihuni oleh anak berusia lima tahun. Umur di mana sebagian anak malah masih takut tidur sendiri. Taksa memang berbeda.

Mataku menjelajah kamar dengan cepat, di bawah penerangan yang sangat minim ini, aku tahu bahwa mama telah berusaha memberikan Taksa fasilitas terbaik. Tentu saja, Taksa adalah anak yang diidam-idamkan mamamu, ingat? Mengabaikan suara sinis dalam benakku, aku memilih melangkah mendekat ke arah ranjang tempat Taksa kini terlelap.

Bocah ini benar-benar anak Papa! Itu adalah pemikiran yang terlintas di kepalaku saat melihat posisi tidur Taksa. Bocah itu tidur dalam posisi telungkup, wajahnya menghadap ke samping, terlihat cukup lelap. Persis posisi yang menjadi favorit papa saat tidur.

Aku menghela napas saat mendekatkan wajah, memastikan bahwa apa yang kulihat di wajah Taksa memang jejak air mata yang mengering. Tante Pian menyebalkan! Bocah ini pasti telah banyak mendengar dan mendapat perlakuan buruk selama aku tak ada. Yeah, seolah aku tak pernah bersikap buruk juga pada Taksa!

Ingatan tentang pengakuan mama membuat tanganku yang hendak terulur menyentuh rambut Taksa terhenti. Selama ini aku selalu merasa sebagai pihak yang paling tersakiti, yang paling berhak marah dan mencaci, tapi setelah semua itu, setelah segala kenyataan terungkap, ada rasa malu menyalip cepat. Taksa, bocah inilah pihak yang paling tersakiti  sebenarnya. Lahir dari ibu dan ayah yang tak saling mencintai, dalam proses yang bahkan membuatku mual saat mengingat kata perangsang, cap sebagai anak dari istri simpanan yang selalu buruk di mata masyarakat, keberadaan yang terus menerus di sembunyikan hingga kepergian papa, di tambah bahwa kini bundanya sedang terbaring di rumah sakit antara hidup dan mati. Ia tak memiliki tempat bergantung, kecuali ibu tirinya yang hidup dalam rasa bersalah dan dua orang kakak yang selalu mengabaikannya, baiklah, bagian terakhir, aku lah yang selalu mengabaikannya.

Bagaimana mungkin anak sekecil ini diberikan takdir serumit ini oleh Tuhan? Tidakkah terlalu kejam. Dia bahkan belum sepenuhnya mengerti baik dan benar, tapi kesalahan orang dewasa dalam hidupnya, seolah dilimpahkan telak pada bocah ini.

Aku menggigit bibir saat pemikiran tentang rasa sakit Taksa tak mau hilang dari kepalaku. Ini takdir yang benar-benar sialan!
Segera kutarik selimut Taksa yang tadinya melorot hingga ke batas punggung bocah itu. Setidaknya ini yang bisa kulakukan untuk membuat rasa sesakku sedikit lebih berkurang. Memastikan bocah ini tidak kedinginan saat terlelap.

Aku memilih melangkah keluar dan terkejut saat berpapasan dengan mama yang hendak menuju kamarnya.

"Kamu... ke kamar Taksa?" Gabungan antara rasa terkejut dan takjub dalam suara dan ekspresi mama tak lantas memberiku keinginan untuk menjawab tanyanya. Oh, aku tidak sedang ingin melimpahkan kemarahan pada mama secara semena-mena, tapi aku memang tak mempunyai kemampuan untuk terlihat dan bersikap baik-baik saja kini. Aku terlalu letih untuk memaksa diri saat ini.

Jadi, memilih hanya mengangguk, akhirnya aku  meninggalkan mama yang masih terpaku di tempatnya.

Tbc

Love,

Rami

Doain aku bisa up hari minggu ya😊 ceritanya aku mo rajin.

Doain aku bisa up hari minggu ya😊 ceritanya aku mo rajin

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Tuan putri nggak baik-baik saja

Titik AkhirHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin