14 • What is it?

59 16 0
                                    

Gadis bermata cokelat itu mengalihkan pandangan ketika telinganya menangkap suara pintu terbuka dari sisi sebelah kirinya

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Gadis bermata cokelat itu mengalihkan pandangan ketika telinganya menangkap suara pintu terbuka dari sisi sebelah kirinya. Ia tersenyum, ketika Jihoon menyembul dari sana. Masih mengenakan piyama tidur dan handuk untuk mengusap wajahnya. Rambutnya masih tidak tertata, tapi dia tetap menawan ketika membalas senyuman Sera.

"Ada yang bisa aku bantu?" tawar Jihoon melihat Sera masih sibuk bolak-balik ke meja makan dan dapur.

Gadis itu menggeleng tegas. "Duduk saja. Aku selesai sebentar lagi," sahut gadis itu yang akhirnya membuat Jihoon tidak punya pilihan lain.

Sera menyajikan roti bakar yang baru diangkatnya dari pemanggang ke piring di depan Jihoon lalu menaruh miliknya juga. Setelahnya keduanya mulai menyantap menu sederhana sarapan kali ini setelah dioles selai beraneka rasa sesuai selera.

"Wah, ini enak!" ungkap Jihoon kagum, dengan mulut yang masih penuh mengunyah roti. "Kau memang berbakat membuat roti, ya."

Sera tersenyum bangga mendengarnya. Melihat Jihoon bisa lahap menyantap apa yang disajikannya setiap pagi membuatnya diam-diam bersyukur, bahagianya sesederhana ini. Seolah ada air es yang mengalir dari kepalanya sehingga membuatnya merasa lega.

"Aku sudah biasa menyajikan sandwich untuk Halmeoni setiap hari, jadi ini bukan hal yang sulit," balas Sera yang membuat ekspresi Jihoon berubah lebih antusias lagi.

"Ah, benar juga! Kau bahkan memiliki toko bakery yang cukup terkenal." Jihoon berdecak menyadari dirinya hampir benar-benar lupa fakta besar yang terpampang jelas dari gadis di hadapannya ini. "Aku jadi penasaran bagaimana rasa setiap kue yang dijual di tokomu itu."

Sera tertawa. "Kalau begitu, kau sendiri yang harus mencobanya."

"Bolehkah?"

Gadis itu mengangguk cepat. "Kau bebas jika ingin mencobanya kapanpun, aku memberikan garansi gratis khusus untukmu."

Mata Jihoon semakin berbinar. "Kau serius?"

"Tentu saja. Lagipula aku sudah jadi teman hidupmu, bukan?"

Kini giliran tawa Jihoon yang berderai. Membawa kembali topik tentang 'teman hidup' membuat bayangan kehebohan ekspresi Minjung yang lucu baginya itu masih terbayang di kepala lelaki itu. "Baiklah."

"Kau mau lagi?" tawar Sera melihat piring Jihoon hampir kosong. Jihoon sangat lahap melebihi ekspektasi awalnya.

Lelaki itu akhirnya mengangguk tanpa ragu. Sera kemudian beranjak mengambil roti tambahan yang sudah siap matang di dalam panggangan. Hampir di saat yang bersamaan ponsel Sera yang diletakkan di meja makan mereka bergetar. Spontan Jihoon meliriknya, tidak sengaja ikut membaca pop up pesan yang baru masuk itu.

Lai Guan Lin: Apa kau punya waktu untuk bertemu denganku hari ini? Jam 5 sore

Setelahnya Jihoon kembali mengalihkan pandangan kepada Sera yang bersemangat membawa roti hangat dari dapur. Jihoon mulai memakannya tanpa menampilkan ekspresi aneh meskipun pemikiran sebenarnya masih tertuju pada pesan yang baru dibacanya itu.

Tell Me Why ▪ Park JihoonNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ