03 • Have Been Chosen

119 36 8
                                    

Jihoon dan sembilan saudara sepupunya yang lain mulai bergerak ke salah satu ruangan di lantai dua rumah ini, ruangan yang cukup dianggap sakral karena tidak sembarangan dibuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihoon dan sembilan saudara sepupunya yang lain mulai bergerak ke salah satu ruangan di lantai dua rumah ini, ruangan yang cukup dianggap sakral karena tidak sembarangan dibuka. Ruangan itu memang hanya digunakan untuk kepentingan khusus, kebanyakan dari mereka akan mendapat semacam punishment setelah keluar dari ruangan ini karena membuat masalah di The Wanone Corp.

"Apa kita berbuat kesalahan?" bisik Woojin yang kebetulan sejajar melangkah dengan Jihoon.

Tertangkap jelas ekspresi lelaki bergigi gingsul yang manis itu kini sedikit cemas. Ia bingung, Jihoon bisa melihat itu melalui matanya. Hanya saja, dia tetap menutupinya dengan keceriaan yang tidak pernah padam dari tingkah lakunya.

"Eomma-ku bilang, ini bukan kesalahan kita," jawab Jihoon santai.

Jinyoung tiba-tiba menyembulkan wajah kecilnya dari arah belakang. "Hyung, sebenarnya...," ujarnya ragu. "Aku masih bingung apa maksud Halmeoni mengumpulkan kita semua," sambungnya yang langsung disambut anggukan dari Woojin.

"Bahkan Guanlin yang sedang berada di Taiwan juga diundang," timpal Woojin mendukung keheranan yang dirasakan Jinyoung.

Apa mereka tidak tau tentang keadaan The Wanone?

Pertanyaan besar itu kini jelas menggantung di benak Jihoon. Sebenarnya, dirinya juga bingung dan masih tidak mengerti kenapa tiba-tiba Halmeoni mengumpulkan semua cucunya seperti ini. Jelas ada yang mengganjal. Tapi kini dirinya juga merasa menjadi satu-satunya yang mengetahui keadaan The Wanone.

Jihoon menghela napas, lalu tersenyum. Ia menepuk pundak Woojin dan Jinyoung bersamaan. "Aku juga tidak tau. Jadi, kita lihat saja, apa yang terjadi."

Mulai memasuki ruangan, hall itu ternyata lebih luas dari yang diperkirakan. Rupanya ruangan itu memang difungsikan untuk ruang rapat cadangan The Wanone Corp. Jadi, ornamen yang melekat juga khas dengan perusahaan itu. Sebelas kursi telah dipersiapkan, ternyata suasana di ruangan ini tidak sehoror yang dibayangkan.

Mereka duduk secara random, menyisakan satu kursi kosong di ujung kiri, milik Guanlin yang masih belum sampai di tempat. Entah kenapa, ada kecemasan tersendiri yang menyelimuti sepuluh orang itu, termasuk Jihoon. Pikirannya belum selesai menerka apa yang sebenarnya akan terjadi.

Apa Halmeoni akan memberikan The Wanone Corp. pada salah satu cucunya saat ini juga?

Terdengar mustahil, jika ia tidak tau bagaimana keadaan perusahaan yang sebenarnya. Namun saat ini, keadaan perusahaan memang sedang kritis, bahkan sampai berdampak serius pada black credit card-nya, yang menjadi salah satu fasilitas dari Halmeoni untuk kesebelas cucunya.

Jadi, itu mungkin saja.

Tapi, bukankah diperlukan orang yang tangguh untuk mengambil alih perusahaan yang hampir bangkrut?

Tell Me Why ▪ Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang