09 • The Special Day

82 20 6
                                    

Jihoon menatap kosong ke arah cermin yang menampilkan dirinya, kemeja putih dan jas hitam sudah sempurna melekat di tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihoon menatap kosong ke arah cermin yang menampilkan dirinya, kemeja putih dan jas hitam sudah sempurna melekat di tubuhnya. Mendadak ada sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya, ia gelisah. Jihoon menarik napas, pikirannya terlempar ke hari kemarin, di mana ia berbicara serius dengan orang tuanya.

"Aku tahu ini tidak akan mudah untukmu, maka jangan melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan, Jihoon-ah," ujar Park Ji Wook cemas.

Kalimat yang tertangkap telinganya itu membuat Jihoon mengurungkan niat untuk langsung beranjak ke kamarnya, ia menghentikan langkah lalu menoleh dengan tatapan pasrah. "Apa aku punya pilihan lain?" tanyanya parau.

"Aku tidak ingin memaksamu."

"Jika aku menuruti keinginanku sendiri, apa kita semua bisa bertahan?"

Ji Wook berdiri dari sofa dan menghampiri Jihoon lalu memeluk anak laki-laki semata wayangnya itu. Ada air yang merembes dari pelupuk mata lelaki itu. Jihoon tersentuh meskipun masih mampu menahan air mata, ibunya yang sedari tadi berdiri tak jauh dari posisi mereka juga tak bisa menahan tangis.

"Tidak perlu mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja dengan pernikahan ini." Ia memaksakan seulas senyum. "Apapun akan aku lakukan, selama aku bisa membantu."

Jihoon kembali tersadar ketika seseorang mengetuk pintu kamar riasnya. Setelahnya, pintu bergeser dan seseorang yang menyembul dibaliknya membuat ia sedikit tersentak tidak menyangka.

"Nyonya Han SooHee," gumam Jihoon ketika wanita itu tersenyum kagum menatapnya lalu membantu Jihoon merapikan dasinya.

"Aku memintamu, untuk memanggilku Halmeoni mulai saat ini."

"Baiklah, Halmeoni."

SooHee tertegun sejenak memerhatikan Jihoon. "Astaga, kau memang tampan sekali," pujinya tulus. Terlihat dari matanya yang berbinar menatap Jihoon. Lelaki itu menunduk sambil tersenyum malu.

"Ada yang ingin aku katakan." Wanita itu sebisa mungkin masih memelihara senyuman di wajahnya. "Barangkali ini akan menjawab beberapa pertanyaanmu," lanjutnya hati-hati. Ia ingin menjaga suasana ini agar tidak terlalu tegang.

Alis Jihoon terangkat penasaran. "Ada ... apa?"

"Aku tahu ini memang pernikahan berdasarkan kerja sama, tapi tolong jangan benci Sera. Ini bukan kesalahannya." Tatapannya berubah sendu lalu perlahan SooHee meraih tangan Jihoon. "Tolong jaga Sera sebagaimana istrimu, terlepas dari latar belakang pernikahan kalian."

Jihoon tersenyum, jenis respon yang melegakan bagi SooHee. "Jangan khawatir, aku akan berusaha menjaganya semampuku, hanya itu yang bisa aku janjikan padamu." Jihoon berpikir sejenak sebelum mengatakan hal yang mengganjal pikirannya. "Maaf karena aku tidak bisa berjanji untuk selalu membahagiakannya." Lelaki itu kemudian menunduk.

SooHee mengelus rambutnya lembut. "Kenapa kau harus meminta maaf? Kau benar, memang tidak perlu berusaha selalu membahagiakannya. Hiduplah sebagaimana semestinya maka kebahagiaan sebenarnya akan muncul sendiri dari dalam hati." Wanita paruh baya itu tersenyum, kata-katanya benar-benar menyentuh hati Jihoon. "Sera memang tidak salah memilihmu."

Tell Me Why ▪ Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang