06 • How Can I?

79 23 4
                                    

Lelaki bersurai ash grey itu menarik napas dalam-dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki bersurai ash grey itu menarik napas dalam-dalam. Mencoba menyambut terpaan angin yang menerjang tubuhnya. Kaus abu-abu polos yang dikenakannya siang ini berkibar, mengikuti angin yang berarak kencang di atap gedung sebuah apartemen ini. Ia membuka mata bersamaan dengan helaan napas panjang yang diharapkan mampu meringankan beban kepalanya.

Namun tidak semua hal selalu berjalan sesuai keinginan, bukan?

Kepalanya masih terasa berat saat ini. Beban di pundaknya juga semakin terasa dan tak bisa ia letakkan lagi. Jihoon tidak menyangka firasat tidak enaknya hari itu benar-benar terbukti terjadi. Pertanyaan-pertanyaan besar yang menghiasi kepalanya juga tidak kunjung menemui jawabannya, dan hal itu membuatnya frustrasi.

Ia masih duduk di salah satu bangku taman yang menjadi salah satu fasilitas di rooftop ini. Pandangannya menerawang seiring pikirannya yang kalut. Ia tidak tau harus memutuskan apa, apakah ia bisa mengatasi ini semua? Keraguan mulai menyelinap kembali ke dalam hatinya.

Ia tidak menyangka hari ini datang juga; hari di mana Jihoon harus membuat salah satu keputusan besar dalam hidupnya yang tidak hanya berpengaruh untuk dirinya sendiri, tapi menyangkut harapan hidup orang banyak. Jika ia salah sampai langkah, maka Jihoon tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Tidak akan pernah.

"Jihoon-ah. Kau di sini, rupanya." Suara seorang gadis menyeruak tiba-tiba, membuat Jihoon akhirnya mengalihkan perhatian. Gadis dengan senyum manis itu mendekati Jihoon. "Ada apa denganmu?"

Tercetak jelas keheranan di wajah mungil gadis itu. Ia masih mengamati Jihoon dengan netra obsidiannya. Mencari celah untuk menebak apa yang tengah menganggu pikiran lelaki itu, karna tidak biasanya ia diam dan terlihat tidak bersemangat ketika bertemu gadis itu.

Jihoon tersenyum tipis. "Aku sedang merindukanmu."

Mendengarnya tentu saja gadis berambut sebahu itu tersenyum lebar. Meski bukan pertama kalinya mendengar kalimat itu tapi entah kenapa saat ini sensasinya terasa berbeda. Kini mereka saling bertatapan, Jihoon menatap gadis di sebelahnya dengam sendu. Jenis tatapan yang tidak mampu didefinisikan maksudnya oleh gadis itu.

"Tapi mulai saat ini aku akan belajar berhenti merindukanmu, Jiyeon-ah."

Dalam sekejap senyuman gadis itu luntur. Digantikan guratan di dahi mulusnya. Mata bulatnya menuntut penjelasan. "Jihoon, akuㅡ"

"Aku baru menyadari satu hal; untuk bisa tetap bertahan, harus ada upaya saling mempertahankan karena bertahan tidak pernah mudah," potong Jihoon sebelum Jiyeon selesai, lelaki itu menghela napas lalu kembali melanjutkan dengan sekali tarikan napas. "Jadi, aku menyerah mempertahankanmu."

Mendengarnya, Jiyeon menganga. Ia tidak percaya pada pendengarannya sendiri. Gadis itu masih mengamati Jihoon, yang tidak berani menatapnya. Ia hanya menerawang ke depan dan menyambar minuman kaleng yang sebelumnya dibawakan oleh gadis itu, menyeruputnya dengan santai lalu menghela napas lagi.

Tell Me Why ▪ Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang