satu

23.5K 891 103
                                    

Dear Readers yang terhormat. Silahkan baca lima part pertama. Kalau suka silahkan lanjut dan kasih komen. Kalau tidak boleh skip😊

Ig. Etnilee123
***

Sudah terbit, silahkan lihat trailernya

Egois, jika menikah bertujuan hanya untuk memenuhi kebutuhan sex semata. Lalu, jika suatu saat istrimu tidak bisa memberikannya. Apakah kau akan meninggalkannya?

***

Pov Shaya

"Ini berapa Mas?"

Tanya ku pada pedagang baju di sebuah toko yang berada di Mall Paris Van Java sore ini. Aku memang sering ke sini. Terutama sehabis gajihan.

Si tukang jualan itu hanya menatapku dengan tatapan tak bisa aku baca. Aku yakin ia marah atau kesal padaku. Karena aku menanyakan harga yang memang sudah tertera di sana.

Bukan aku buta tak bisa melihat harga yang terpampang di bagian depan baju itu. Tapi yaa ... Sedikit berbasa - basi siapa tahu si tukang jualan itu mau menurunkan harganya.

"Enggak bisa kurang Mas?"

Aku melihat harga yang tertera di sana. Gila saja sepotong baju harganya selangit. Siapa yang mau beli? Rutukku di dalam hati.

"Kalau enggak bisa beli, gak usah tanya."

Jawaban si Mas tukang dagang membuatku mengerucutkan kedua bibirku. Ingin rasanya aku mencakar wajah laki - laki itu. Aku kan pembeli, dan seharusnya dia lebih tahu dari aku. Kalau pembeli adalah Raja, right?

"Eh, Mang. Kalau jualan itu ramah dikit ke. Saya itu pembeli! Amang gak tahu kalau pembeli itu adalah Raja. Kalau gak tahu ungkapan itu. Amang enggak usah jadi pedagang deh,"

Ujarku asal ceplos. Aku memang tidak pernah basa - basi kalau sedang marah. Terserah, aku tidak peduli si tukang baju itu mau marah atau tidak. Yang penting emosiku tersampaikan.

"Dari pada kamu marah - marah enggak jelas karena gak bisa beli. Mending jadi istri saya. Saya akan kasih kamu baju apapun yang kamu mau!"

Apa katanya!

Aku maju satu langkah. Dan menatapnya penuh dendam. "Mau ngajak saya nikah?" Aku meneliti laki - laki itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemudian tersenyum meremehkannya.

"Berapa gajihmu sebulan?"

Aku menatapnya dengan senyuman andalanku. Aku yakin sekali ia akan mati kutu. Dasar laki-laki. Seenaknya saja ngajak nikah. Dia enggak mikir kalau menikah itu bukan mainan. Perlu dana, perlu persiapan matang. Laki-laki enak, nikah, cuma nyari uang. Lalu punya anak dari perempuan.

Lah, perempuan. Nikah, enggak bisa kemana-mana. Tiap hari ngurus rumah. Belum mertua yang kadang sikapnya seenaknya sendiri. Berlaga senior. Belum nanti hamil, punya anak. Enak, kalau suami kerjaan sudah mapan. Kalau belum, hidup numpang di mertua tiap hari jadi pembantu mereka. Enggak semua mertua baik lhooo. Tapi gak semua jahat juga siihh ...

"Berapa juta kamu mau bayar saya sebulan kalau kamu nikah sama saya?"

Tanya ku lagi semakin jengah. Dan lihat laki-laki gila itu terdiam menatapku dan lagi, tak bisa aku baca apa arti tatapannya itu.

Unimaginable (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang