Part 15

2.3K 50 0
                                    

' Bak pinang di belah dua, cinta dan obsesi tak jauh berbeda.
Kebencian selalu turut serta di antaranya,'

***

Pria di ujung sana tak melepaskan pandangannya pada Ayya dan Irfan, tak luput pula umpatan keji dari mulutnya.
Tidak salah lagi, Dia Danuar Pratama.

"Lo bakalan mati, Irfandi Bagaskara !" Ancam pria itu, sekali lagi memukul stir kemudi mobilnya.

"Udah lah, Dan .. ! Apa Lo engga capek nyimpan dendam terus ?" Tanya seorang Pria di sampingnya, dengan mata malas memperhatikan tingkah Danu dalam dendamnya.

Danu tersenyum kecut "Diam ! Lo hanya perlu lakuin tugas yang Gua kasih, Arvin." Titah Danu tegas, pada pria yang benama Arvin.

Arvin menaikkan alisnya sebelah, tatapan matanya mulai tajam pada Danu "Gua selalu lakuin yang Lo mau, Danuar Pratama." Ujar Arvind penuh penekanan, "Bisa kita pergi sekarang ?" Pinta Arvin malas.

Danu mengangguk, kemudian menyalakan mobilnya dan berlalu entah kemana, dengan Arvin.

Irfan telah selesai dengan Push Up nya, nafasnya kini tersenggal-senggal, kelelahan. Ayya dan Bapak Kumis masih menahan tawa, sesekali menutup mulutnya dengan tangan.

Irfan melirik ke arah Ayya "Haus, " keluhnya, sembari mengatur nafasnya.

"Ayo pulang !" Tukas Ayya, menghiraukan keluhan Irfan.

"Sungguh Ter.la.lu." balas Irfan,

Setelah mengucapkan terimakasih dan pamit pada Bapak Kumis, Ayya dan Irfan segera memasuki mobilnya.
Irfan menyalakan mesin mobilnya, lalu mengendarainya menuju arah pulang.

"Kok manyun terus sih, sayang ?" Irfan melirik istrinya, heran.

"Akang payah !"

"Payah gimana ?"

"Hm,"jeda 5 detik "Baru push up segitu aja, udah ngeluh. Gimana kalo Nyai suruh Akang mendaki gunung, lewati lembah ?" Ucap Ayya sebal.

Irfan terkekeh mendengar dengusan istrinya "Tinggal panggil Ninja Hatori aja, susah amat." Balasnya,

"Iih Akang ... ! Sekalian aja panggil si Hachi, biar nyari ibunya yang hilang." Dercak Ayya, mengerucutkan bibirnya.

Irfan hanya menggeleng-geleng kepala, lalu mengambil botol minum di sampingnya, seraya meminumnya saat lampu lalu lintas berwarna merah.

Irfan membuka gerbang rumahnya, lalu memarkirkan mobilnya di garasi. Sebelum turun, Ayya menarik satu kantong belanjaan dari dalam mobil.

"Sini biar Akang aja yang bawa." Irfan mengambil alih belanjaan tersebut, dari tangan istrinya.

"Uuh, so sweet .. !" Goda Ayya, berlalu memasuki rumahnya.

Irfan menelan ludahnya sambil geleng-geleng kepala.

'Tadi ngedumel engga jelas. Eh, sekarang ketawa-ketawa sendiri.' Gumam Irfan, lalu menyusul istrinya masuk ke dalam.

Irfan menutup pintu, di lihatnya Ayya sudah ke kamar.
Di dapur terdengar Bi Yuyun yang sedang bersenandung, Irfan berjalan menuju dapur untuk menyimpan belanjaannya ke kulkas.

"Tariiikk maang ... !! Assiikkk," Ucap Irfan terkekeh, mengagetkan Bi Yuyun yang tengah asik bernyanyi sambil menumis bumbu.

Bi Yuyun menoleh, dan berhenti bersenandung "Eh, Aden ! Maaf, Den."

"Lanjut Bi, siapa tau jadi artis." Irfan terkekeh geli, begitupun Bi Yuyun.

"Ah, iya ! tadi Bapak Aden telpon, katanya mau kesini." Ujar Bi yuyun, memberi tahu.

Nikah Muda (Pacaran Halal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang