Part 14

2.4K 62 2
                                    

' Cinta adalah makna dalam hidup. Dan tanpa Kamu, hidupku tak berarti.
Cintaku tanpa alasan untukmu.'

***

Lanjutan kemarin,

Irfan masih duduk termenung di ruang kerjanya, hatinya masih bergelut tentang 'pria' itu. Ya, setelah shalat tahajud, ia memang tidak ke kamarnya lagi.

"Akang, kok disini ?" Tegur Ayya, membuyarkan lamunan Irfan.

Irfan terlonjak kaget "Belum ngantuk." Ucap Irfan, memandang sekilas lalu tertunduk.

Ayya mendekati suaminya, mengelus lembut puncak kepala Irfan "Ada masalah apa, Kang ?" Tanyanya, lagi.

Irfan menggeleng pelan, lalu menatap lekat manik mata sang Istri.
'Enggak mungkin Kamu selingkuh !' Batin Irfan.

"Cuma masalah kecil aja kok ! Tumben jam segini bangun?" Ucap Irfan, seraya menggenggam lembut tangan Ayya, yang mengelus kepalanya.

Yaps ! Saat ini adalah pukul 02.20 dini hari,

Ayya mendudukkan dirinya di paha Irfan "Nyai mimpi buruk, terus ke bangun. Pas liat Akang engga ada, Nyai kesini deh." Jelas Ayya,

Tiba-tiba hening, tak ada kata selanjutnya yang Irfan keluarkan, begitupun Ayya. Keduanya bungkam, seolah rasa takut tengah di rasakan keduanya.

Ayya menghela nafas panjang, lalu memeluk erat suaminya "Nyai takut Akang pergi," Lirih Ayya, matanya kini mulai berkaca-kaca.

Irfan masih terdiam, pesan dari 'lelaki itu' masih saja berputar di otaknya. Hatinya meronta tidak menerima, apa bila semua itu benar.

"Istighfar, Nyai." Irfan melepaskan pelukan Istrinya, air mata Ayya mulai membasahi pipi "Kenapa nangis ?" Lanjutnya, menghapus air mata Ayya.

Irfan berusaha meneguhkan hatinya, "Akang engga akan pernah tinggalin Kamu, Akang janji." Irfan menggenggam lembut tangan istrinya, menciumnya, menenangkan istrinya.

Ayya tersenyum getir, rasa takutnya seakan melanda. Bagaimana jika Danu melakukan sesuatu terhadap Irfan, Ayya tahu betul bagaimana Danu.

"Jangan sembunyiin apapun dari Akang! Sekecil apapun itu," Pernyataan Irfan membuat jantung Ayya berdegup tak karuan, bendungan di matanya kini makin meluap.

Ayya mengangguk, berusaha mengatur nafasnya. Memang sebaiknya jujur saat ini juga, agar tidak timbul masalah.
'Bismillah ..., Apapun yang terjadi harus siap.' Ucap Ayya dalam hatinya.

"Akang, Nyai ingin bicara. Mungkin ini akan sedikit membuat Kamu kecewa." Lirih Ayya terisak, menundukkan wajahnya.

Deg !

Jantung irfan kini berpacu lebih cepat, opsi-opsi negatif mulai bermunculan di otaknya.
Irfan mengangguk, berusaha mengontrol emosinya.

"Jangan nangis, Nyai. Akang engga pernah loh, kasih izin Nyai buat nangis, kecuali nangis bahagia." Tutur Irfan, mengusap air mata Ayya, "Bicara lah, sepahit apapun itu, Akang engga akan pernah kecewa." Tukas Irfan,

Ayya mengatur nafasnya, perlahan mulai menceritakan kehadiran Danu tadi siang, tanpa terlewat sedikitpun, termasuk ancaman Danu padanya. Beberapa kali Ayya menghela nafas panjang, merutuki kebodohannya yang tak mampu tegas mengusir Danu.

Irfan tersenyum lega setelah mendengar penuturan istrinya, "Apa Nyai kasih nomor ponsel ke dia ?" Tanya Irfan tenang.

Ayya menggeleng "Akang marah sama Nyai ?"

Irfan tersenyum "Enggak!" Jeda tiga detik, "Mungkin akan marah dan sangat kecewa jika Nyai tidak segera jujur."

"Nyai tahu 'Dia' tinggal dimana ?" Tanya Irfan penuh harap,

Nikah Muda (Pacaran Halal)Where stories live. Discover now