Part 17

4.1K 88 13
                                    

' Kamu tahu apa yang lebih sakit dari merindu sendirian.. ?
Meratapi cinta tak terbalas !'

***

"Akang, bangun.. "

Irfan menggeliat, di lihatnya jam pukul 02.30 dini hari,

"Kenapa, Nyai ?" Jawabnya lesu, mengucek matanya.

"Pengen es doger." Rengek Ayya,

Irfan membulatkan mulutnya kecil, menganga.

"Beliin, sekarang."

"Besok aja ya..., Mana ada jam segini ."   Ucap Irfan,

Ayya mengerucutkan bibirnya "Tuh, Nak, lihat... ! Ayahmu jahat sama Bunda." Ucapnya mengelus perut ratanya, Dokter bilang kehamilan Ayya baru menginjak 10 minggu.

Irfan mengerutkan dahinya "Soto aja ya ! Akang beliin kalo itu,"

Ayya tidak menggubris, menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ngambek barangkali,

"Engga jadi." Jawab Ayya ketus,

Irfan menghela nafas dalam, 'Ngidam apa ngerjain sih.' gerutunya,

"Yaudah Akang-" Irfan tidak melanjutkan ucapannya, ketika mendengar dengkuran sang Istri.

[ Emang pelor nih si Ayya ]

'Ngorok lagi, si Nyai...' Irfan terkekeh geli, lalu melanjutkan tidurnya.

Ini hari kedua Ayya di rumah sakit setelah kejadian kemarin sore.

Matahari pagi mulai meninggi, terang saja sudah pukul 10.00 pagi.
Irfan yang baru saja selesai sarapan bersama Ayya, di kejutkan dengan kedatangan Danu, Arvin dan Pak Budi.

Seperti kata Pak Budi kemarin, hari ini ia akan membantu menyelesaikan masalah anak-anaknya.

Flashback

Pagi itu Pak Budi terburu-buru mengantarkan seorang anak yang berlumur darah ke rumah sakit, ia menyelamatkan korban tabrak lari. Anak berusia sekitar 15 tahun itu, terus saja memaki dalam igau nya di tengah kesadaran yang menurun.

"Papa biadab, brengsek, ... " Ucap bocah itu yang ternyata adalah Danu, lalu tak sadarkan diri.
Dokter pun langsung mengambil tindakan,

Danu tidak sendirian saat itu, ada Arvin di sampingnya dalam keadaan shock berat. Pak Budi memperhatikan keduanya, iba, itulah perasaannya.
Anak seusia mereka harusnya belajar dan bersenang-senang.

"Tenang, Nak. Om janji, kembaranmu akan baik-baik saja." Pak Budi menepuk bahu Arvin, lalu memeluknya.

"Harusnya, Om biarin Danu mati ! Biar setelah itu Papa ku puas." Ucap Arvin datar, Pak Budi heran.

"Kaluargaku berantakkan.., Aku dan Danu ingin mati saja." Lirih Arvin, perlahan ia menceritakan kekejaman Papa nya.

Hanya karna Danu tidak secerdas Arvin, Papanya tega memukuli Danu dengan sangat kejam. Bahkan tidak sekalipun memperdulikan Danu yang mengerang kesakitan.

Pak Budi berusaha memahami tanpa menanyakan lebih lanjut, saat ini ia hanya ingin menyelamatkan Danu dan Arvin dari tangan dingin Papa nya.

Sejak kejadian itu Pak Budi mengangkat mereka menjadi anak asuhnya, dan mengajari kebaikan-kebaikan untuk masa depan Danu dan Arvin.

Setiap minggu mereka selalu bertemu, untuk belajar, dan untuk membuat kehangatan makin akrab pada ketiganya.

Berbeda dengan Arvin yang selalu terbuka, Danu lebih tertutup akan pribadinya. Tapi Pak Budi tidak menyerah, sampai akhirnya Danu perlahan mulai sedikit terbuka.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Feb 02, 2019 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Nikah Muda (Pacaran Halal)Onde histórias criam vida. Descubra agora