Penyelesaian Masa Lalu

2.6K 89 0
                                    


Mari kita selesaikan masa lalu dan memulai jalan hidup yang baru, karena lewat masa lalu aku mampu belajar banyak darimu

***

Author PoV

Pukul 09.00 Tepat Ivany dan Vian sudah berada dihalaman kampus. Hari ini keduanya ada kelas, meskipun mereka tidak berada dalam kelas yang sama seperti yang mereka harapkan. Keduanya menyusuri koridor kampus menuju ruang kelas mereka. Beberapa saat setelahnya, Vian menghentikan langkahnya. 

"Van, kita kesana dulu yuk" Vian menunjuk seorang perempuan yang sedang duduk memainkan gawainya disalah satu tempat duduk yang disediakan koridor kampus. Ivany menggangguk dan mengikuti langkah Vian. 

"hai" Vian menyapa perempuan itu saat keduanya sampai disana. Perempuan itu mendongak, menatap viand an ivany secara bergantian. 

"oh hai Yan" perempuan itu tersenyum simpul.

 "boleh ikut duduk Nez?" tanya vian pada perempuan bernama Inez itu. 

"iya, boleh" Inez menggeser posisi duduknya. 

"siapa Yan ? gebetan baru lo ?" Vian menatap Ivany sejenak, lalu menggeleng 

"bukan, dia anak temen orang tua gue yang kebetulan kuliah disini juga"

"Ivany" Ivany tersenyum sambil mengulurkan tangan memperkenalkan diri. 

"Inez temen lamanya Vian" Inez menjabat tangan Ivany diikuti senyum simpulnya. 

"oh iya Nez, gue mau ngomong sesuatu sama lo" Vian menatap lekat Inez, menampilkan wiwik wajah yang serius. 

"ngomong apa ? serius banget kayaknya ?" 

"ngomongin masalah kita dulu," jawab Vian santai. Kini giliran ekspresi Inez yang berubah, dari tenang menjadi lebih serius. 

"oh, boleh. Silahkan"

"gue mau jelasin kalau sebenernya dulu gue mutusin lo bukan karena gue bosen sama lo, juga bukan karena gue udah nggak ada rasa lagi sama lo kayak yang gue bilang dulu, alasan gue mutusin lo waktu itu karena gue nggak sengaja denger pertengkaran lo sama nyokap lo waktu gue main ke rumah lo, disana gue denger semuanya, dari mulai lo yang nggak mau pindah sekolah dan nyokap lo yang terus-terusan maksa, sampai akhirnya nyokap lo ngasih waktu buat berpikir sekaligus hukuman buat motong uang jajan lo" 

Vian menatap lekat mata Inez, dirinya seolah kembali kemasa-masa SMP dulu, ingatannya kembali menampilkan kejadian masa lalunya. 

"gue tau alasan lo nggak mau pindah selain karena lo udah banyak temen disana, alasan itu gue kan ? lo cinta banget sama gue sampai lo nggak mau ninggalin gue dan rela nolak permintaan orang tua lo waktu itu. Gue juga sama, saat itu gue sangat mencinta lo, nggak pernah terbesit dalam pikiran gue untuk meninggalkan lo, tapi gue akan sangat egois jika gue terus-terusan nahan lo disana bersama gue, gue nggak akan rela ngebuat lo jadi anak durhaka dan terus-terusan dihukum hanya karena gue," lanjut vian.

 Inez terdiam tanpa niatan seiktpun menyela penjelasan Vian, ia menatap lekat Vian yang kini beralih menatap lurus kedepan, tatapan itu menggambarkan luka didalamnya. Sementara Ivany hanya diam dan menatap lurus kedepan, memberikan ruang untuk Vian dan Inez menyelesaikan masalah mereka. 

"akhirnya setelah beberapa hari gue mikirin semuanya, gue memilih buat ngeakhiri hubungan kita dengan alasan kalau gue udah bosen sama lo, gue bilang udah nggak ada rasa lagi sama lo. Gue berpikir dengan itu lo bisa lebih mudah nurutin semua keinginan orangtua lo dan ya, gue berhasil, setelah hari itu, gue denger lo pindah sekolah" Vian mengakhiri penjelasannya.

"kenapa lo baru ngejelasin semuanya sekarang ?" tanya Inez, Vian menatapnya dan tersenyum

"gue rasa gue punya hutang sama lo, gue keinget tawaran lo kemarin, tentang lo yang nawarin buat temenan lagi. Gue rasa sebuah pertemanan harus diawali dengan kejujuran, jadi nggak mungkin gue memulai pertemanan kita kembali saat gue masih menutupi sesuatu dari lo"

"tapi lo telat jelasinnya" Inez mengalihkan pandangannya, menatap kedua kakinya yang saling beradu. 

"iya, gue ngaku gue salah, tapi setidaknya gue udah jujur sama lo sekarang, dan asal lo tau, gue nggak pernah nganggep pertemanan kita putus, gue cuma merasa bersalah aja sama lo, jadi gue sedikit canggung kemarin"

"kalau gitu kita nggak perlu temenan lagi dong ?"Inez menatap Vian dengan senyum sinisnya.

"maksud lo ?"

"ya kan lo bilang gue masih temen lo, dan gue pun sama. jadi nggak perlu izin-izinan segala buat temenan lagi," jawab Inez sambil memutar bolah matanya malas. 

"deal," balas Vian dengan senyum simpulnya. 

Ivany menatap keduanya dan tersenyum simpul. Akhirnya masalah keduanya bisa selesai dengan cepat. 

"oh iya, nama lo siapa tadi ?" tanya Inez yang baru sadar bahwa ada Ivany yang memperhatikan mereka. 

"Ivany," jawab Ivany dengan senyum simpulnya. 

"lo mau jadi temen gue juga nggak ?" Inez mengulurkan tangannya. 

"boleh" Ivany mengangguk sambil menjabat tangan Inez tersebut.

***

Ivany berjalan menuju kelasnya. Sesampainya disana, ia mencari tempat duduk yang kosong dan mendudukinya. Ia menghela nafas berat, mencoba menyingkirkan semua pikiran buruk yang mendadak muncul dikepalanya. Ia tidak mau kecemburuannya malah membuat masalah baru dipernikahannya. 

"hayo ngelamun" sebuah suara dari samping mengagetkannya. 

"eh" Ivany menengok kearah sumber suara. 

"Vian ? kok ada disini ?"

"iya, abis tadi belum puas liat kamu"bisik Vian sambil mengerling jail 

"kebiasaan deh, bentar lagi kan jam pertama dimulai, nanti telat loh"

"ngusir nih ?" tanya Vian dengan nada malas. 

"bukan, tapi kan..."

"iya-iya, aku bentar lagi masuk kelas. Aku kesini cuma mau mastiin kamu baik-baik aja kok"

"baik-baik aja maksudnya ?"

"aku nggak mau nyakitin hati kamu, maaf buat yang tadi, mungkin aku terlalu terbawa suasana jadi kata-kata aku agak aneh ke Inez, tapi  aku cuma cintanya sama kamu kok, tolong percaya sama aku ya. Oh iya satu hal lagi, kalau kamu punya sesuatu yang ingin kamu tanyakan, ingin kamu bilang, atau ingin kamu bagi, jangan takut untuk melakukannya" Vian menggenggam erat tangan Ivany dan tersenyum. 

"iya iya, aku percaya sama kamu Vi, tapi ini di kelas, jangan pegang-pegang sembarangan" Ivany melepaskan genggaman ditangannya 

"yaudah deh, jangan ngelamun lagi ya, nanti kesambet gimana ?" Vian tertawa kecil. 

"ih ngedoainnya gitu banget" 

"abis kamunya ngelamun terus,kalau gitu aku kekelas dulu deh, kamu belajar yang bener, Assalamualaikum" Vian berlalu meninggalkan Ivany, tanpa menunggu balasan salam darinya.

"Wa'alaikumsalam"Ivany tersenyum, betapa beruntungnya ia mendapatkan pria seperti Vian, pria yang sangat perhatian, pengertian dan pria yang selalu berusaha membuatnya bahagia setiap saat.

***

Revisi : 27 Juni 2020

Makasih udah mau baca cerita ini, maaf updatenya lama banget hehehe, jangan lupa votenya ya :)

Secret Marriage [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now