Inez

2.8K 95 0
                                    

Jika melepaskan mampu membuatmu lebih bahagia, maka untuk apa ikatan ini harus ada?

Jika hanya kamu yang mampu menjadi mentari pagiku dan aku selalu menjadi hujanmu

Sangat egois jika aku terus-menerus memaksakanmu bersamaku

_*_

Vian duduk termenung di teras rumahnya. Ivany sedang berbelanja di pasar, tadi ia sempat menawarkan untuk mengantarkan, namun Ivany menolak karena alasan pasar tersebut cukup dekat dengan rumah mereka dan Vian baru saja pulang dari kampus. 

Vian sesekali meneguk teh hangat yang ia buat. Ingatannya kembali pada kejadian di kampus tadi, saat Inez mengajaknya kembali berteman. Sebenarnya, Inez adalah teman yang baik, dia sosok pertama yang mampu mengisi hati Vian, dan dia juga yang perempuan pertama yang mampu mematahkan hati pemuda itu.

Flashback

Vian PoV

Gue memasuki gerbang rumah bercat putih, halaman rumahnya cukup luas ditambah tanaman hias yang berjarar di halaman rumah, menambah kesan nyaman dan sejuk. Perlahan langkah kaki gue menuntun untuk menuju pintu rumah yang sudah lebih dulu terbuka di depan gue.

"kok tumben pintunya dibiarin kebuka?" gue bergumam pelan. 

Gue melangkah pelan memasuki rumah itu, tapi waktu gue mau mengucap salam, tak sengaja indra pendengaran gue menangkap suara pertengkaran disana. Gue mendekat mencoba memperjelas percakapan dua orang yang sedang bertengkar itu.

"ma, Inez nggak mau pindah sekolah" suara lirih itu sangat gue hafal, suara Inez perempuan yang selalu mengisi hari-hari gue beberapa tahun ini. 

"pokoknya mama nggak mau tau, kamu harus pindah. Papa dipindah tugaskan, kamu mau sama siapa disini?  kita nggak punya sanak keluarga disini Nez" suara keras dan terkesan mengintimidasi itu juga sangat gue hafal, itu suara mama Inez, tante Fanya namanya. 

"tapi ma, Inez udah betah disini, Inez udah punya banyak temen disini"

"masalah teman nanti disana kamu bakal punya teman yang lebih banyak, disana sekolahnya lebih bagus, dan lingkungannya lebih baik daripada disini nez"

"ma Inez mohon, izinin Inez tetap disini, Inez janji kalau Inez libur Inez pasti akan sering mengunjungi kalian disana"

"maksud kamu apa Nez? Kamu nggak mau ikut mama dan papa? Ngapai kamu disini ha? jangan bilang ini semua karena pacar kamu itu?" suara mama Inez semakin meninggi. 

"Inez cinta sama dia ma" suara Inez melemah, diikuti suara isakan. 

Disini gue ngerasa orang yang paling nggak berguna, gue nggak bisa menghapus air mata dari perempuan yang gue cinta, gue hanya bisa berdiam diri mendengarkan semuanya dibalik tembok menyaksikan pertengakaran keduanya.

"kamu lebih memilih dia daripada ornag tua kamu? kamu mau jadi anak durhaka?" suara tante fanya semakin mendominasi rumah ini. 

"bukan begitu ma, Inez sayang sama mama dan papa, tapi Inez sudah nyaman disini, disini inez bisa menemukan teman-teman yang tulus sama Inez, tidak seperti di sekolah-sekolah Inez yang sebelumnya, yang hanya memandang Inez karena kekuasaan mama dan papa" suara Inez semakin bergetar. 

"putuskan dia, mama jamin disana kamu akan menemukan teman-teman dan laki-laki yang lebih baik dari dia" 

"tapi ma....." 

"mama beri waktu 1 minggu untuk kamu memikirkan semuanya, dan mulai besok uang jajan kamu akan mama kurangi, mama harap kamu bisa memilih keputusan yang terbaik Nez" terdengar langkah kaki tante Fanya menjauh, kini tinggal suara tangis Inez yang gue dengar, dia menjatuhkan diri diatas kursi.

Sejak saat itu, gue lihat Inez jarang kekantin dan tak seceria biasanya. Gue sering menawarkan atau mambelikan beberapa makanan ,tapi dia lebih sering menolak dari pada menerimanya. Meski begitu dia selalu menunjukkan bahwa dia tidak apa-apa, dia baik-baik saja. 

Dari sana gue merasa sangat egois jika gue memaksa Inez untuk terus bersama gue, akhirnya gue memilih melepaskan dia, gue memutuskan dia dengan alasan bahwa gue sudah bosan dengan hubungan ini. Mungkin itu adalah hal terbaik yang bisa gue lakuin untuk dia, gue nggak akan tega ngebuat Inez menjadi anak durhaka apalagi itu karena gue.

Flashback Off

Author PoV

Sebuah tangan menyentuh pundak Vian pelan. 

"mau makan?" Ivany mengambil posisi duduk disampingnya. 

"eh, enggak hehehe," jawab Vian seadanya. 

"lagi ngelamunin apa sih?"

"engga kok, oh iya, kemarin aku baru ketemu temen lama di kampus" Vian tersenyum simpul.

"oh iya, siapa?"

"Inez, temen SMP, eh ralat, maksudnya mantan aku waktu SMP" Vian dengan hati-hati menjawab. 

"terus ? kalian bicara apa aja ?" 

"dia ngajak aku temenan lagi"

"loh, bukannya kalian memang udah temenan ya ? jangan bilang kalian lost contact setelah putus?" Selidik Ivany yang dibalas dengan anggukan Vian.

"kalau boleh tau,memangnya kenapa kalian bisa sampai lost contact gitu ?"

"semua salah aku Van" Vian menggenggam lembut tangan kanan Ivany 

"salah kamu gimana?"

Vian menjelaskan duduk masalah yang sebenarnya pada Ivany. Vian memang bukan tipe laki-laki yang suka menutup-nutupi masalah terlebih kepada orang yang dia sayang. Jika hal tersebut tidak menyusahkan orang yang disayanginya, maka ia akan mengatakan sejujurnya, seperti sekarang. Menurutnya menutupi suatu hal pada orang yang disayang terutama pasangan justru akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja, yang mampun menghancurkan kepercayaan yang telah lama mereka bangun.

"jelasin semua kedia Vi, biar semuanya jelas, biar kamu bisa ngurangin rasa bersalah kamu," saran Ivany setelah mendengar penjelasan suaminya. 

"untuk apa dijelasin lagi ? toh sekarang aku udah nggak ada rasa apapun sama dia, aku udah punya kamu, kamu yang mampu melengkapi dan menerima semua kekurangan aku" Vian mengecup tangan Ivany yang ada digenggamannya. 

"bukan itu masalahnya, mungkin hati kamu memang cinta sama aku, tapi disudut lain hati kamu masih terikat dengan masa lalu itu, jelasin semuanya kedia, mungkin dengan itu kamu bisa kembali berteman sama dia, saling memaafkan dan kembali memulai dari awal" Ivany tersenyum simpul meyakinkan suaminya. 

"kamu nggak papa?"

"maksudnya?"

"nggak cemburu sama aku?"

"cemburu pasti ada, tapi rasa percaya aku ke kamu lebih besar dari pada rasa cemburu aku" Vian memeluk erat sang istri. Ia sangat merasa beruntung bisa memiliki istri sebaik Ivany, ia akan berusa untuk membuat wanita itu bahagia sebagaimana Ivany mampu membuatnya bahagia telah memilikinya.

***

Revisi : 27 Juni 2020

Makasih udah mau baca cerita ini, maaf updatenya lama banget hehehe, jangan lupa votenya ya :)

Secret Marriage [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now