chapter 1

16.4K 401 3
                                    

"Ini dia bunga mawar untuk adikku tercinta...." ucap kakak dengan riang.

"Hmm? Ini untuk apa kak?" tanyaku lalu mengambil bunga itu dengan hati-hati.

"Iseng saja, tadi aku memetiknya di sana tapi tidak tahu ingin diberikan ke siapa. Jadi, kuberikan saja padamu." ucap kakak dengan santai aku pun membalasnya dengan senyuman termanis yang bisa kuberikan.

Sudah lama aku mengagumi-ah tidak maksudku menyukai kakak. Henry namanya. Kakak memang populer di kalangan seluruh siswa baik perempuan maupun laki laki. Kakak yang tampan, baik kepada semua orang, perhatian, mempunyai tubuh yang bagus, tinggi semampai dan pintar. Kakak memang sempurna di mata semua orang. Ia memang membanggakan, patut untuk di tiru. Tak terhitung sudah berapa piala yang di sumbangkan kakak untuk sekolah.

Aku tak mengerti dengan sikap kakak, padahal banyak perempuan cantik di sekolah tapi kenapa tidak ada satu pun yang kakak pacari? Bahkan sekarang sudah ada klub untuk gadis gadis yang ingin menjadi pacar kakak. Aneh, memang.

Kalau kakak di tanya orang lain dengan pertanyaan seperti, kenapa kau belum punya pacar, atau apa ada orang yang kau sukai? Pasti jawabannya, 'tidak aku belum punya atau nanti saja lagipula jodoh itu kan memang datang dengan sendirinya jadi aku tak perlu khawatir dengan persoalan itu' atau 'aku masih mau menjaga adikku dulu. Kasihan dia masih kecil dan belum tahu dunia seperti apa di luar sana' yah kira kira seperti itulah jawabannya.

Apalagi kalau sampai ada perempuan kegatelan yang memohon mohon untuk menjadi pacar kakak. Sudah pasti aku yang menjadi tameng kakak dan kakak akan bilang "maaf sebelumnya, tetapi aku sudah punya pacar. Ini dia orangnya," lalu gadis itu pasti langsung pergi menjauh dan mengangis tersedu-sedu. Bohong jika tidak ada rasa senang di dalam hatiku. Rasanya seperti beribu kupu - kupu berterbangan dari perutku.

Namun, seperti di amuk angin, semua itu menghilang setelah..."Maaf merepotkanmu, terima kasih sudah mau menolongku tadi, hehe anggap saja itu hanya main main ya. Kau tahu sendiri seperti apa tampannya kakakmu ini," kakak pasti akan mengucapkan itu dan ia akan melanjutkannya dengan tertawa terbahak-bahak.

Aku sudah bosan dengan kalimat itu. Aku sudah bosan dengan bualan kakak kepada gadis gadis di luar sana yang mengtakan bahwa aku ini pacarnya. 'Tak bisakah kakak mengerti sedikit bagaimana perasaanku padanya? Tak bisakah kakak lebih peka terhadap keberadaanku?' 

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang